pelantar.id – Badan Pengusahaan (BP) Batam, Kepulauan Riau menyodorkan 3 sektor unggulan untuk menggaet investor datang ke kota tersebut. Tiga sektor itu adalah, perdagangan dan logistik, pariwisata, dan perawatan atau perbaikan pesawat.

Kepala BP Batam, Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan, menjadikan Batam sebagai pusat perdagangan dan logistik bisa menarik investor menanamkan modalnya. Batam memiliki bandara dengan landasan pacu terpanjang. Bandara itu juga terhubung atau memiliki akses yang dekat dengan pelabuhan.

Dalam keterangan tertulis BP Batam disebutkan, Batam memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Posisinya yang bertetangga langsung dengan negara Singapura dan Malaysia menjadikan Batam daerah tujuan wisata di kawasan Asia Tenggara. Secara nasional, Batam (Provinsi Kepulauan Riau) sudah menjadi pintu masuk terbesar ketiga setelah Bali dan Jakarta.

“Bukan hanya menyasar wisatawan mancanegara, BP Batam juga akan menjadikan Batam sebagai opsi destinasi wisata turis domestik,” kata dia di acara Bussiness Gathering “Batam Connecting Asia Pasific, Better Business Opportunities” di Jakarta, Kamis (6/9) lalu.

Adapun sektor perawatan dan perbaikan pesawat, menurut Lukita, Batam punya kemampuan fasilitas. Bandara Hang Nadim Batam, terdapat fasilitas perawatan pesawat yakni MRO Lion. BP Batam ingin memanfaatkan fasilitas tersebut dengan maksimal, sehingga nantinya pesawat-pesawat besar milik perusahaan penerbangan di Indonesia bahkan di kawasan Asia bisa menggunakan fasilitas tersebut.

“Lokasi Batam sangat strategis. Biaya lahan dan lainnya pun relatif lebih murah. Ini yang ingin kami tawarkan,” katanya.

Fasilitas perawatan pesawat MRO Lion di Bandara Hang Nadim Batam.
Foto: istimewa

Penerbangan Langsung dari Tiongkok
Pemanfaatan Bandara Hang Nadim juga akan diarahkan untuk mendorong tersedianya penerbangan langsung dari Batam ke negara-negara potensial, salah satunya Tiongkok. BP Batam sudah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia.

“Jumlah wisawatan Tiongkok yang datang ke Indonesia semakin tumbuh. Itu akan sangat bagus jika didukung dengan penerbangan langsung dari Batam ke Tiongkok atau sebaliknya. Kami juga akan upayakan penerbangan dengan sistem charter ke Tiongkok diperbanyak,” ujar Lukita.

Ia mengatakan, BP Batam juga tengah mendorong Tiongkok untuk menjadikan Batam sebagai hub kunjungan wisman ke Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Tiongkok yang ingin bepergian ke wilayah Indonesia bisa mendarat ke Batam. Begitu juga untuk tujuan Singapura atau Malaysia.

Selain Tiongkok, Bandara Hang Nadim juga sedang menjajaki kerja sama dengan salah satu maskapai penerbangan Korea Selatan yakni anak perusahaan Korean Airlines. Negeri Gingseng tersebut juga tercatat sebagai salah satu negara penyumbang wisatawan terbesar di Indonesia.

Yang menjadi kendala adalah penerbangan dari Batam ke Korsel atau Tiongkok. Catatan pengelola Bandara Hang Nadim, jumlah penumpang dari Batam ke negara tersebut masih di bawah 50 persen.

“Kalau dari Tiongkok atau Korea (Selatan) ke Batam sudah mencukupi, yang dari Batam ke sana itu masih belum,” katanya.

Pihak Bandara Hang Nadim sudah memberi diskon landing fee hingga 50 persen untuk mengatasi kendala tersebut. Selain itu juga ada rencana pemberian diskon Passenger Service Charge. Namun, kedua diskon tersebut dianggap masih kurang menarik. Karena itu, Bandara Hang Nadim lebih fokus menjadikan Batam sebagai hub bagi penerbangan internasional dari dan menuju Indonesia.

“Kami masih terus koordinasi dan nego dengan anak perusahaan Korean Airlines tersebut,” kata dia.

Kepala Biro Komunikasi dan Publik Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti mengatakan, pihaknya sudah meminta BP Batam menginisiasi charter dan direct flight untuk memberi kemudahan bagi wisatawan mancanegara. Dengan demikian, BP Batam dapat berperan lebih besar untuk mendongrak pariwisata di Provinsi Kepri.

“Sebagai otoritas yang mengelola bandara di Batam, BP Batam bisa membuat regulasi terkait charter dan direct flight bagi turis asing, itu salah satu strategi untuk negara-negara potensial,” katanya.

Editor : Yuri B Trisna