pelantar.id – Senyum tipis terlukis di wajah Idianto usai dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Selasa (27/3). Senyum itu seakan menggambarkan kelegaannya. Ia sudah tiba di ujung jalan, setelah melalui labirin panjang penuh kelok untuk dapat duduk di kursi Wakil Gubernur (Wagub) Kepulauan Riau (Kepri).

Pelantikan didasarkan pada surat Keputusan Presiden RI Nomor 129/P/2017 tentang pengangkatan Isdianto sebagai Wagub Kepri. Isdianto boleh senang, Presiden Jokowi tidak mempersoalkan adanya sejumlah gugatan dari beberapa pihak di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap surat keputusan DPRD Kepri yang menetapkannya sebagai Wagub Kepri.

Meski mengaku tak risau dengan gugatan tersebut, namun Isdianto juga tak menampik bahwasanya ada yang tak suka dengan keputusan terpilihnya ia sebagai wakil Nurdin Basirun untuk sisa masa jabatan 2016-2021.

“Setiap keputusan pasti ada yang senang dan tidak senang, saya kira itu wajar. Tapi itu tak harus dirisaukan, toh sekarang saya sudah dilantik,” katanya.

Isdianto menegaskan siap membangun komunikasi dengan Nurdin, termasuk tentang pembagian tugas dan kewenangan. “Saya selalu siap menjalankan tugas yang diberikan Pak Gubernur. Saya siap memberi yang terbaik untuk Kepri,” kata adik Muhammad Sani (almarhum), mantan Gubernur Kepri ini.

Mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Kepri ini berkomitmen bersinergi dengan Nurdin dalam menjalankan tugas sehari-hari. Karena itu pula, setelah prosesi pelantikan ia tak berlama-lama di Jakarta.

 

“Sudah banyak tugas besar menanti saya di Kepri.” 

– Isdianto

 

Penantian Panjang

Nurdin Basirun dilantik menjadi Gubernur Kepri pada 25 Mei 2016, setelah Muhammad Sani wafat pada 8 April 2016, sekitar dua bulan usai dilantik sebagai Gubernur Kepri. Ketika itu, Isdianto menjabat sebagai Kepala Dispenda. Begitu Nurdin naik, kursi Wagub Kepri menjadi kosong.

Isdianto pun bertekad mengisi kekosongan tersebut. Ia rela menanggalkan jabatan, termasuk status PNS yang melekat di dirinya. Ia mengundurkan diri dan mendaftar sebagai calon Wagub Kepri melalui partai pengusung pasangan Muhammad Sani-Nurdin Basirun pada Pilkada Kepri 2015.

Partai pengusung pasangan Sani-Nurdin adalah Demokrat, Gerindra, PKB, PPP dan NasDem. Lompatnya Isdianto dari birokrasi ke politik mendapat sambutan positif. Lima partai pengusung mendukung dan memberi rekomendasi kepadanya untuk ikut bertarung dalam pemilihan Wagub Kepri di DPRD.

Sesuai aturan, partai pengusung diharuskan mengusulkan dua nama. Di tahap ini, situasi politik di Kepri sempat memanas. Walau lima partai sepakat merekomendasikan nama Isdianto, namun tidak untuk satu nama calon lainnya. Suara partai pengusung pecah.

Demokrat selain Isdianto juga mengusulkan nama Agus Wibowo, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bintan yang merupakan Ketua DPC Demokrat Kabupaten Bintan. Sedangkan PKB mengusulkan nama Mustafa Widjaja, mantan Ketua Badan Pengusahaan Batam. Kemudian Gerindra mengajukan nama Fauzi Bahar, mantan Wali Kota Padang, Sumatera Barat. PPP menyerahkan tiga nama yaitu Isdianto, Mustafa Widjaja dan Fauzi Bahar. Adapun NasDem, figur yang diusulkan selain Isdianto adalah Rini Fitrianti, putri Muhammad Sani.

Gubernur yang berkewajiban menyetorkan dua nama calon tersebut ke DPRD pun bingung. Apalagi, Nurdin juga menjabat sebagai Ketua NasDem Provinsi Kepri. Tidak satu suaranya lima partai pengusung membuat proses pemilihan Wagub Kepri di DPRD berjalan tertatih-tatih.

Pergolakan politik di lingkaran partai pengusung semakin membuncah saat Demokrat memaksakan diri agar usulan mereka (Isdianto dan Agus Wibowo) diteruskan gubernur ke DPRD. Tercatat dua kali Ketua DPRD Kepri mengembalikan berkas berisi dua nama calon wagub yang disodorkan Gubernur Nurdin Basirun.

Pengembalian berkas itu disertai alasan, Agus Wibowo tidak mengantongi surat rekomendasi dari empat partai pengusung. Proses pengajuan dua nama calon wagub ini memakan waktu berbulan-bulan lamanya. DPRD sudah memutuskan, dua calon yang diajukan partai pengusung melalui Gubernur Kepri, harus memiliki surat rekomendasi dari seluruh partai pengusung.

Agus Wibowo tertekan. Meski sudah melakukan lobi-lobi politik kepada pengurus empat partai pengusung, ia tak juga mendapatkan surat rekomendasi. Oleh DPRD Kepri, ia dinyatakan tidak lulus verifikasi. Dengan berat hati, ia pun mundur dari bursa pencalonan. DPRD meminta gubernur mengajukan satu nama pengganti Agus.

Hari demi hari berlalu. Hingga batas waktu yang ditetapkan Panitia Pemilihan Wagub Kepri di DPRD Kepri, Nurdin tak kunjung memberi satu nama pengganti Agus Wibowo. Keinginan Nurdin agar pilihannya yaitu Rini Fitrianti yang maju bertarung melawan Isdianto, ditolak partai pengusung lain. Maka macetlah tahapan pemilihan Wagub Kepri.

Isdianto seperti terombang-ambing. Ia bagai pelanduk di tengah pertarungan para gajah. Meski posisinya sebagai calon aman, namun ia tak merasa nyaman. Informasi di kalangan pejabat Pemprov Kepri, ada beberapa kali Isdianto menghadap Nurdin. Tidak ada yang tahu pasti isi pertemuan itu. Tapi banyak yang menduga, ia meminta kepastian tentang jadwal pemilihan wagub.

DPRD Kepri yang tidak melihat ada sinyal satu nama pengganti Agus lantas mengambil langkah maju. Pemilihan tetap dijalankan meski hanya ada satu calon. Pro kontra atas langkah ini membuat ramai suasana. Kabar ini menghiasi media massa di Kepri, menjadi perbincangan masyarakat. Perang statement dari pengurus partai pengusung pun kerap menghiasi media massa. Namun DPRD Kepri mantap dengan keputusannya dengan menetapkan jadwal pemilihan. Isdianto bakal melawan kotak kosong.

Pada 7 Desember 2017, DPRD Kepri menggelar paripurna yang hasilnya menetapkan Isdianto sebagai calon tunggal dalam pemilihan Wagub Kepri. Dalam paripurna itu pula, para anggota Dewan secara aklamasi memilih Isdianto menjadi Wagub Kepri.

Pun demikian, suara-suara penolakan terhadap jalannya paripurna tetap muncul. Legislator dari PPP dan PKB paling lantang. Mereka menegaskan, pemilihan dengan calon tunggal tidak dibenarkan. Argumen itu dimentahkan Ketua DPRD Jumaga Nadeak.

Jumaga mengatakan, calon yang diusulkan partai pengusung ada dua orang yaitu Isdianto dan Agus Wibowo. Namun Agus mengundurkan diri sehingga hanya tersisa Isdianto sehingga paripurna tetap dapat dilanjutkan. Pernyataan Jumaga, mendapat dukungan penuh justru dari partai yang menjadi lawan pasangan Sani-Nurdin di Pilkada Kepri 2015 yakni PDIP, Golkar, Hanura, dan PKS. Maka berlangsunglah paripurna pemilihan Wagub Kepri tersebut setelah disetujui oleh 33 anggota DPRD Kepri.

Hasil rapat paripurna yang menetapkan Isdianto sebagai Wagub Kepri terpilih, kemudian diteruskan ke Presiden Jokowi melalui Kementerian Dalam Negeri. Penyerahan hasil paripurna itu didelegasikan kepada Gubernur Nurdin Basirun.

Tenangkan Isdianto? Belum. Pascaputusan DPRD Kepri, muncul gugatan di PTUN terhadap hasil paripurna dari sejumlah pihak baik perorangan maupun kelompok. Hingga kini, sebagian proses gugatan masih berlangsung.

Isdianto kembali harus bersabar. Ia tak bisa langsung duduk di kursi orang nomor dua di Kepri, meski sudah terpilih secara aklamasi. Penetapan dirinya sebagai Wagub Kepri, seolah mengendap di Kemendagri. Pusat beralasan, butuh waktu untuk mengaji apakah tahapan demi tahapan pemilihan Wagub Kepri yang dilaksanakan DPRD Kepri tidak melanggar aturan. Termasuk menanti hasil gugatan di PTUN.

Tiga bulan lebih Isdianto menunggu. Sampai akhirnya ia mendapat kabar baik, pelantikannya sebagai Wagub Kepri akan digelar di Istana Negara, Selasa, 27 Maret 2018. Sebelum kabar gembira itu datang, Isdianto membuat geger. Fotonya mengikuti rapat akbar PDIP beredar luas. Hal itu mempertegas kedekatannya dengan Soerya Respationo, Ketua PDIP Provinsi Kepri yang pada Pilkada Kepri 2015 silam, menjadi lawan Nurdin Basirun.

Pada paripurna pemilihan wagub, Soerya juga hadir. Ia dan Isdianto tak sungkan mempertontonkan kegembiraan mereka ke peserta paripurna, para undangan serta masyarakat yang hadir.

Isdianto enggan mengomentari hal itu. Ia menyatakan sikapnya, siap bersinergi dan membantu Gubernur Nurdin dalam mengurus pemerintahan. Ia menegaskan, tidak akan mengganggu kekuasaan Gubernur Nurdin Basirun.

“Saya ingin mengabdi dan berkarya untuk masyarakat Kepri,” ujarnya.***

 

Penulis: Yuri B Trisna