Pelantar.id – Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Unair Prof. Djoko Santoso, melakukan isolasi mandiri dengan benar dan disertai pengawasan dokter adalah hal yang wajib dilakukan saat melakukan penanganan dini.
Karena jika salah dalam penanganan, maka isolasi mandiri justru akan memunculkan COVID-19 bagi klaster keluarga.
“Isolasi mandiri di rumah harus dilakukan dengan benar guna memutus mata rantai penularan. Kemudian juga harus dilakukan dengan pengawasan dokter yang berperan dalam penentu kesembuhan,” ujar Djoko melansir laman Unair, Selasa (13/7/2021).
Berikut 5 tips isolasi mandiri yang benar:
1. Memperhatikan lama isolasi
Guru besar yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Unair menjelaskan bahwa kriteria bebas isolasi pada pasien COVID-19 dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu orang tanpa gejala serta orang dengan gejala. Pengelompokkan tersebut menjadi acuan untuk menentukan masa isolasi.
“Orang tanpa gejala dapat dikatakan bebas isolasi jika telah melakukan isolasi mandiri selama sepuluh hari, namun jika orang dengan gejala adalah sepuluh hari ditambah tiga hari bebas gejala,” ungkap dokter kelahiran Jombang itu.
2. Tidak ada kontak erat baru
Prof. Djoko mengatakan lingkungan yang digunakan untuk isoman tidak boleh terpapar oleh kontak erat baru. Hal ini bertujuan agar tercipta lingkungan yang mendukung dalam kesembuhan pasien. Kemudian, orang yang memberikan perawatan langsung kepada pasien harus menggunakan APD sesuai standar guna mencegah munculnya kontak erat baru.
“Kontak erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi Covid-19. Jadi batasi satu orang saja yang berinteraksi merawat pasien dan pilihlah orang yang sehat tanpa penyakit penyerta,” tuturnya.
3. Memaksimalkan aktivitas di dalam kamar isolasi
Membatasi aktivitas di luar kamar isolasi serta kurangi berbagai ruangan yang sama dengan anggota keluarga. Agar tidak mudah bosan, pasien dapat melakukan aktivitas yang disukai seperti membaca buku, menonton atau menulis. Harapannya dapat mengurangi stres dan mempercepat penyembuhan.
4. Cek saturasi oksigen secara berkala
Gunakan alat oksimetri untuk mengecek saturasi oksigen dalam tubuh. Nilai normal pemeriksaan adalah sekitar 96-100 persen. Jika nilai saturasi oksigen di bawah angka tersebut maka menunjukkan adanya potensi hipoksia atau kekurangan oksigen.
“Sebaiknya pasien memiliki alat oksimetri sendiri, sehingga sewaktu-waktu dapat mengecek kadar oksigennya. Maka dari itu pasien dapat mengidentifikasi kondisinya secara rutin,” ungkapnya.
5. Menerapkan pola hidup sehat
Prof Djoko juga menerangkan bahwa pasien COVID-19 dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bergizi serta suplemen vitamin C, vitamin D, vitamin E dan zinc. Lalu pasien juga diharuskan untuk tidur cukup dengan waktu 6-8 jam per hari, menghindari stres, minum obat sesuai anjuran dokter dan selalu melaporkan perkembangan kondisi kepada dokter.
“Makanan yang baik untuk penderita Covid-19 adalah makanan sumber protein seperti telur, daging, ikan, dan kacang-kacangan. Selain itu dapat mengonsumsi makanan sumber vitamin dan mineral seperti buah, sayur, dan madu murni,” pungkasnya.(***)