pelantar.id – Ahmad Rafiadi, balita asal Dusun I RT 002 RW 001 Desa Pongkar Kecamatan Tebing. Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, sudah bisa bermain dan tertawa lepas. Ia tak lagi menderita karena sakit yang diidapnya di kepala.
Sejak menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, beberapa waktu lalu, putra pasangan Efendi (35) dan Suraya (28) itu telah kembali ke rumahnya, Kamis (1/11/18).
Ahmad Rafiadi, sebelumnya tak bisa menjalani hari-harinya dengan tenang. Balita itu selalu merasa sakit yang teramat sangat, hampir setiap saat ia menangis. Hal itu disebabkan adanya benjolan di bagian batok kepalanya.
Ia dibawa ke RSCM Jakarta lantaran tak bisa ditangani di rumah sakit daerah. Di sana, Ahmad penanganan medis khsusus untuk menjalani perawatan dan harus dioperasi. Alhamdulillah proses operasi dan perawatan medisnya sukses. Ia pun diperbolehkan kembali ke Karimun.
Ditemui di rumahnya, Sabtu (3/11/18), Efendi dan Suraya menyambut dengan senyum lepas. Sejak kepulangannya, mereka sudah menerima banyak tamu. Mulai dari tetangga hingga para petinggi di Karimun. Efendi dan Suraya mengaku sangat bahagia.
Di antara para tamu yang datang, tampak Kapolsek Tebing, AKP Budi Hartono dan anggota DPRD Kabupaten Karimun, Nyimas Novi Ujiani. Di antara para tamu itu juga, Ahmad kecil bermain.
Badannya kini jauh lebih berisi dibandingkan beberapa bulan lalu. Di bagian atas kepalanya, tampak bekas luka operasi sekitar 8 centimeter yang telah kering.
Efendi bercerita, ia bersama sang istri sempat merasa putus asa melihat kondisi Ahmad Rafiadi. Mereka tak kuat hati melihat penderitaan yang dialami putra bungsunya tersebut.
Sudah tak terhitung mereka membawa Ahmad ke puskesmas. Kemudian ke RSUD Karimun, sampai dirujuk ke Rumah Sakit Badan Pengusaan (BP) Batam di Kota Batam. Tapi upaya-upaya itu belum juga membuahkan hasil. Semua tak bisa mendiagnosa, penyakit apa yang sudah menyerang Ahmad.
Mereka semakin pusing karena anaknya dirujuk dibawa ke RSCM Jakarta. Jangankan ke Jakarta, untuk biaya hidup sehari-hari saja, mereka masih pas-pasan.
“Kami sudah sempat putus asa, dan pasrah menerima takdir,” kata Efendi.
Di tengah keputusasaan pasangan Efendi dan Suraya, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kabar bahwa penderitaan sang anak sudah tersebar di dunia maya. Entah siapa yang memulai, foto kondisi anaknya banyak beredar di media sosial Facebook dan grup-grup WhatsApp. Efendi bahkan sempat protes dan meminta orang-orang untuk menghapus foto-foto anaknya.
“Waktu itu saya panik, sudah keluar masuk ke fasilitas kesehatan tapi tak juga ditangani, tahu-tahu harus dirujuk pula ke Jakarta, kan itu butuh biaya besar,” ujarnya.
Namun, sejak kondisi anaknya tersiar kemana-mana, angin segar mulai berhembus ke rumah Efendi dan Suraya. Sejumlah tokoh dan pejabat di Karimun mulai berdatangan. Bantuan pun mengalir.
“Kami sangat bersyukur dengan banyaknya bantuan yang datang kepada kami. Kami sangat berterima kasih,” ujar Suraya.
Penanganan Medis Ahmad Rafiadi
Menurut Efendi, anaknya Ahmad lahir dengan proses normal, sebagaimana anak-anak mereka sebelumnya. Ahmad lahir pada 20 Juni 2018 di Puskesmas Tanjungbalai Karimun.
Namun, beberapa hari kemudian, mereka melihat ada sesuatu yang tumbuh pada batok kepala sang anak. Putra bungsu mereka itu pun bersikap aneh, sering menangis seperti merasakan sakit yang teramat sangat.
Efendi dan Suraya kemudian membawa Ahmad ke puskesmas. Lalu ke rumah sakit daerah. Tapi tak juga diketahui penyakit apa yang sebenarnya diderita putra mereka. Dari RSUD Karimun, Ahmad dirujuk ke RSBP Batam. 12 hari lamanya Ahmad menjalani perawatan di rumah sakit pemerintah yang berlokasi di Sekupang, Batam itu.
Harapan Efendi dan Suraya mulai menipis tatkala pihak RSBP Batam juga belum berhasil menangani penyakit yang menyerang anaknya karena harus dioperasi. Ahmad kembali dirujuk ke rumah sakit lain. Kali ini ke RSCM Jakarta.
Saat mendengar itu, Efendi dan Suraya langsung lemas. Keduanya hampir tak sanggup lagi. Biaya yang dikeluarkan sudah terlalu banyak. Tak ada lagi dana untuk mereka berangkat ke Jakarta. Sampai bala bantuan datang dari segala penjuru. Efendi dan Suraya kembali bangkit.
Berbekal bantuan dari para donatur, mereka membawa Ahmad ke RSCM Jakarta pada 8 Agustus 2018, lewat Bandara Hang Nadim Batam.
Setibanya di Jakarta, mereka langsung menuju RSCM untuk mendaftar. Dua hari kemudian, barulah Ahmad mendapat perawatan intensif dari dokter. Menjelang operasi, terjadi infeksi pada bonggol di kepala Ahmad, sehingga operasi harus ditunda.
Sementara, menunggu beberapa hari pelaksanaan operasi, Efendi harus menyewa kos-kosan yang tak jauh dari RSCM di Jakarta. Apalagi, pascaoperasi, Ahmad masih harus menjalani beberapa perawatan lain, termasuk untuk membuka jahitan dan rawat jalan atau kontrol. Sekitar 10 hari lamanya proses itu berlangsung.
“Bonggol yang dioperasi itu saya tinggalkan di RSCM, mau dibawa pulang pun saya bingung mau ditanam dimana. Setelah memastikan anak saya betul-betul sembuh, barulah kami pulang ke Karimun,” katanya.
Menurut Suraya, anaknya masih akan menjalani kontrol ke RSCM pada 1 Januari 2019 mendatang. Karena menurut dokter yang menangani, mata Ahmad terkena pengaruh dari bonggol di kepalanya. Saraf matanya dinyatakan pucat. Menunggu Januari 2019, Ahmad diperbolehkan mendapt terapi ringan di rumah.
“Menurut dokter, batok kepala anak saya memiliki kelainan sehingga selaput otaknya keluar dan sempat menjepit saraf otak. Dan itu yang harus dioperasi. Rupanya berpengaruh juga dengan saraf mata, ada yang pucat katanya,” kata dia.
Anggota DPRD Karimun, Nyimas Novi Ujiani mengucap syukur atas pulihnya kondisi Ahmad Rafiadi. Ia merasa bangga atas sikap peduli yang ditunjukkan pemerintah dan elemen masyarakat di Karimun kepada keluarga Efendi
“Syaratnya berharap selalu seperti ini, Pemerintah Karimun dan masyarakat kompak, bersatu saling membantu jika ada warga yang membutuhkan uluran tangan. Apapun masalah, jika dihadapi bersama, tentu akan lebih ringan” katanya.
Reporter : Abdul Gani
Editor : Yuri B Trisna