
pelantar.id – Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) terus mengembangkan pariwisata berbasis kemasyarakatan demi membuat wisatawan betah berlama-lama liburan di kota itu. Pemerintah telah memilih empat kampung wisata dengan melibatkan warga setempat.
Empat kampung wisata yang dipilih yakni, Kampung Nongsa di Kecamatan Nongsa, Kampung Tanjunguma di Kecamatan Lubukbaja, Kampung Belakangpadang di Kecamatan Belakangpadang, dan Kampung Ngenang di Kecamatan Galang. Di empat kampung wisata itu, beberapa rumah warga akan dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau homestay bagi turis yang berkunjung.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan anggaran Rp500 juta untuk melatih warga Tempatan mengelola rumah wisata atau homestay tersebut. Menurutnya, pemilihan empat kampung wisata itu didasarkan pada beberapa penilaian.
“Di antaranya, daerah tersebut memang sedang tumbuh dan berkembang sebagai tempat wisata, dan sudah ramai didatangi oleh wisatawan,” katanya di Batam, Senin (18/3/19).
Konsep pariwisata berbasis kemasyarakatan ini diharapkan bisa “menahan” wisatawan untuk berlibur lebih lama di kampung-kampung wisata tersebut. Dengan demikian, akan memberi dampak nyata bagi perekonomian masyarakat setempat.

Dengan konsep homestay ini, nantinya para wisatawan akan berbaur dengan warga tempatan. Para turis itu bisa merasakan kehidupan sehari-hari warga tempatan sesuai dengan kearifan atau kebudayaan lokal.
Karena itu, lanjut Ardi, rumah-rumah warga yang bakal dijadikan homestay juga harus memenuhi sejumlah persyaratan.
“Yang pasti, rumah dan lingkungannya harus bersih, dan nyaman ditempati. Kita juga melatih beberapa warga untuk memberi pelayanan terbaik bagi turis yang datang ke kampung mereka. Ini untuk membangun citra Batam sebagai destinasi wisata yang ramah,” katanya.
Rencananya, pelatihan kepada warga di empat kampung wisata itu akan dilaksanakan pada April atau Juni 2019. Adapun anggaran Rp500 juta berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-Fisik 2019.
Ardi mengatakan, ada 40 warga yang akan dilatih tentang konsep pariwisata berbasis kemasyarakatan. Mereka nantinya juga akan mendapat pelatihan mengenai pengetahuan tentang kepariwisataan, manajemen homestay, sampai perilaku soal dalam menyambut dan melayani tamu.
Untuk mendukung konsep ini, lanjut Ardi, pihaknya juga akan merekrut tenaga pendamping untuk membantu warga dalam pengelolaan homestay. Tenaga pendamping pun akan dipilih dari warga setempat yang sudah memiliki pengalaman di sektor kepariwisataan.

Menurut Ardi, pariwisata berbasis masyarakat dengan mengedepankan suasana natural alami sangat diminati wisatawan khususnya mancanegara. Para pelancong itu kerapkali merasa tertarik dengan aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Dengan tersedianya homestay di daerah-daerah tujuan wisata di Batam, Ardi yakin para wisatawan bakal “bertahan” lebih lama di kota ini. Jika kunjungan wisatawan semakin lama, maka hal itu akan berdampak ekonomis langsung bagi perekonomian masyarakat.
Selain pelatihan, lanjut Ardi, Pemko Batam mulai tahun ini juga akan memaksimalkan potensi kampung tua. Catatan pemerintah, saat ini setidaknya ada 37 titik kampung tua yang tersebar di Pulau Batam.
Tahap pertama, pemerintah akan menggelontorkan dana hingga Rp35 miliar untuk kegiatan penataan di Kampung Tua Tanjungriau, Kecamatan Sekupang. Anggaran yang berasal dari program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) Kementerian Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat (PUPR) itu bakal dipakai untuk mempercantik kawasan sehingga tumbuh menjadi daerah tujuan wisata berbasis kemasyarakatan.
*****
Editor : Yuri B Trisna