Siapa yang tidak kenal Wi-Fi pada zaman sekarang?. Sulit menemukan manusia moderen yang tidak pernah menggunakan teknologi itu saat ini. Wifi yang merupakan kependekan kata dari Wireless Fidelity, merupakan jaringan nirkabel yang mengubungkan dua perangkat komputer. Saat ini, keberadaan Wi-Fi banyak memudahkan aktivitas manusia.

Awalnya wifi hanya bisa digunakan untuk pengguna perangkat nirkabel dan Local Area Networks (LAN). Kini, Wi-Fi dapat menghubungkan beberapa perangkat tanpa kabel, berkat desain teknologi yang ditemukan oleh Hedy Lamarr. Perempuan tercantik yang pernah menjadi primadona Hollywood, namun memiliki kehidupan yang keras pada masa awal dan akhir dia berkecimpung di bawah sorotan publisitas.

Lari dari negaranya karena diburu Nazi dan menghadapi banyak tuntutan serta konflik pada akhir hidupnya di Amerika, Hedy tetap tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Jasanya terlalu besar untuk mempermudah aktivitas digital manusia moderen.

Dunia Mengenalnya Sebagai Wanita Tercantik Eropa

Hedy Lamarr dalam Lady of the Tropics (1939). Foto Joseff of Hollywood

Hedwig Eva Maria Kiesler, lahir di Wina, Austria, 9 November 1914. Wanita cantik itu memulai karir sebagai pemain film di Cekoslovakia (saat ini pecah menjadi Republik Ceko dan Slovakia) dan membintangi sejumlah film, dengan nama panggung Hedy Lamarr. Salah satu yang paling kontroversial berjudul Ectasy yang dirilis pada tahun 1933, saat dia berenang dan tampil polos tanpa sehelai benangpun, sesuatu yang belum lazim dalam perfilman kala itu.

Hedy kabur meninggalkan suaminya, seorang taipan pengusaha aminisi di Austria. Dia melarikan diri diam-diam menuju Paris, kemudian berpindah ke London untuk bertemu bos Metro Goldwyn-Mayer (MGM) Louis B Mayer yang menawarinya kontrak bermain film di Hollywood. Dia bekerja untuk MGM pada masa keemasan rumah produksi itu. Paras dan kepiawaian Hedy membawanya ke puncak karier perfilman hingga tahun 1950an.

Sederet film yang dibintanginya dan laris di pasaran adalah Algiers (1938), Boom Town, Comrade X, dan I Take This Woman (1940), Come Live With Me dan HM Pulham Esq (1941) dan Samson and Delilah (1949).

Hedy tak hanya rupawan. Wanita yang pernah dijuluki sebagai perempuan tercantik di Eropa itu juga memiliki otak yang encer. Dia tercatat sebagai matematikawan dan fisikawan andal, yang menemukan sistem gelombang pemandu torpedo pada Perang Dunia II. Saat itu, Hedy bersama komposer George Antheil menemukan gelombang radio yang dapat memandu torpede menemukan sasarannya. Temuannya itu membantu pasukan sekutu untuk menghindari inherensi atau gangguan gelombang dari musuh di laut.

Meskipun Angkatan Laut Amerika tidak mengadopsi langsung temuan Hedy hingga tahun 1960an dengan alasan masih rawan penyadapan, namun prinsip kerja gelombang radio itu diyakini mendasari penemuan berikutnya. Sebut saja Bluetooth, sebuah teknologi gelombang pendek antar dua gawai yang memungkinkan transfer data antar keduanya secara nirkabel.

Hedy Lamarr dalam film “Samson and Delilah” arahan sutradara Cecil B. De Mille (1949)

Foto via TheMessyNessyChic

Kemudian ada Code Division Multiple Access (CDMA) yang merupakan inti dari cara kerja dunia selular sekarang yang juga disebutkan oleh beberapa literatur menggunakan temuan Hedy sebagai pijakan. Karena pemikiran dan temuannya itu pulalah Hedy masuk dalam jajaran penemu papan atas, Inventor National Hall of Fame pada tahun 2014 lalu.

Hedy lahir dari keluarga Yahudi yang berpindah keyakinan memeluk Katolik. Dia adalah anak tunggal dari pasangan Emil dan Getrude Kiesler, seorang Yahudi yang berasal dari Lviv, Ukraina. Sementara, Getrude, ibu Hedy adalah warga asli Budapest yang kemudian berpindah dari Yahudi ke Katolik, namun mempraktikkan ritual Kristiani.

Sebagai keturunan Yahudi, keluarga Hedy menjadi buron penguasa Jerman saat itu, Adolph Hitler. Demi lari dari kejaran sang Fuhrer, Hedy membawa ibundanya mengungsi ke Amerika dan menjadi warga negara. Di Amerika, dia menyatakan diri sebagai keturunan Israel dalam dokumen naturalisasinya.

Kehidupan masa kecil Hedy cukup bahagia, sebagai keluarga Yahudi kalangan atas. Dia berlatih teater pada awal tahun 1920an. Bakatnya terendus oleh Max Reinhardt, seorang produser film yang rajin mengamati Hedy berlatih. Max jugalah yang membawa masuh Hedy ke dunia film, meskipun karirnya harus diawali dari peran sebagai pencatat skrip.

Setelah terjun bermain peran di film, kecantikan Hedy membuat dia lekas memperoleh ketenaran pada masa remajanya. Ecstasy, film arahan Gustav Machaty yang dia bintangi saat masih berusia 18 tahun meraih penghargaan di Roma, dan disusul sederet film lainnya yang melambungkan nama Hedy sepanjang karir Eropanya.

Saat karir mulai menanjak, penggemar Hedy menggila. Mereka melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian. Namun gadis cantik itu jatuh cinta kepada seorang pedagang senjata bernama Mandl. Sayangnya, kisah percintaan Hedy mendapat ganjalan dari kedua orangtuanya yang keberatan karena Mandl berafiliasi dengan pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini, juga berhubungan dengan sang Fuhrer, Adolph Hitler. Mandl adalah penyuplai amunisi bagi kedua pimpinan fasis itu.

Hedy tak dapat dihentikan, dia menikahi Mandl pada tahun 1933, meskipun saat itu baru berusia 18 tahun dan suaminya itu berusia 33 tahun. Firasat orangtua Hedy tidak salah. Suami yang baru saja dinikahinya ternyata tidak seideal saat masih berpacaran. Hedy merasa dipenjara di kastil mewah, dan kesulitan menjalani karir filmnya.

Berteman dekat dengan penguasa, menempatkan Hedy dalam strata sosial kelas atas, meskipun dia tidak menikmatinya. Usia pernikahannya tidak lama. Hedy memutuskan untuk lari dari Mandl sekaligus berganti kewarganegaraan pada tahun 1937. Dalam otobiografinya, Ecstasy and Me, Hedy menulis, dirinya merasa diperlakukan sebagai pembantu oleh suaminya. Sebelum lari, dia meminta izin untuk mengenakan seluruh perhiasan mahalnya, dan membawanya kabur.

“Aku menyadari tidak akan menjadi artis jika tetap sebagai istri Mandl, karena pernikahan kami seperti monarki absolut, dia memperlakukanku layaknya mainan, dipenjara, tidak boleh bermimpi, bahkan tidak boleh memiliki kehidupan sendiri,” tulis Hedy dalam otobiografinya.

Melarikan Diri Dari Suami, Hitler dan Mengejar Popularitas

Foto George Hurrell via TheRedList

Berpindah ke London, Hedy menggunakan nama panggung Barbara La Marr, pemberian bos MGM. Nama itu dipergunakan untuk memasuki Hollywood pada tahun 1938, dan kemudian dipromosikan bersama predikat “gadis tercantik di dunia”. Selain bermain untuk film produksi MGM, Hedy juga bermain untuk sejumlah rumah produksi lain dan mencetak box office. Puluhan judul film dan kesan glamor di layar film tidak sejalan dengan kehidupan di balik layarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, Hedy merupakan pribadi yang sering merasa kesepian dan merindukan kampung halamannya.

Howard Sharpe, seorang penulis Amerika mengaku pernah menemukan Hedy berada di pantai, namun hanya melamun memandangi orang-orang dalam kebisuan, seperti orang kesepian. Saat dia diwawancarai, sejumlah penggemar yang datang meminta tanda tangan. Hedy bahkan terlihat bingung dan bertanya, mengapa orang menginginkan tandatangannya itu. Dia tidak merasa terkenal.

Meski begitu, Howard tetap menyebut Hedy adalah perempuan sempurna, yang mengerti apa keinginan pria dan orang di sekitarnya.

Sementara, Richard Rhodes , penulis lainnya mendeskripsikan Hedy sebagai seseorang yang sukses membaurkan diri dengan kultur Amerika. Di antara banyak sekali imigran yang melarikan diri dari Nazi, Hedy adalah satu dari sedikit yang sukses menggabungkan diri dalam budaya baru, tidak canggung dan memiliki sudut pandang yang tidak terlalu berbeda. Richard menulis, kebanyakan imigran tidak dapat keluar dari komunitas dan bayang-bayang budaya asalnya, sehingga kurang membaur.

Ke-Amerika-an Hedy itu kemudian menjadi modal untuk bromosi penjualan surat berharga untuk pendanaan perang yang diikuti oleh Paman Sam. Dia berpindah dari kota ke kota lain, memanfaatkan popularitasnya untuk membantu pemerintah mengumpulkan dana peperangan.

Menjadi Ilmuwan Karena Hobi Utak-Atik

 

Hedy tidak pernah mendapat pendidikan formal untuk kepakarannya dalam ilmu pengetahuan, khususnya matematika, kimia dan fisikan. Sebagai penemu yang diakui oleh kalangan peneliti dan ilmuwan, dia berangkat dari kegemarannya mencoba-coba sesuatu. Hobi yang dia jalani di waktu senggang itu menghasilkan temuan penting. Sebut saja lampu pengatur lalulintas yang dapat berkedip-kedip dan tablet larut air untuk minuman berkarbonasi. Hedy mengutak-atik bagan rambu pengatur itu dan menyempurnakan teknologi pada lampu merah hingga seperti sekarang.

Temuan tablet efervesscent atau efervesen dalam serapan bahasa Indonesia merupakan tablet yang akan memunculkan gas jika direaksikan dengan air. Bahan minuman berkarbonasi itu adalah temuan gagal Hedy pada awalnya. Dia mencoba-coba di dapurnya dan mengaku menghasilkan air yang berasa sangat aneh. Satu temuan lain adalah formulasi kimia untuk membuat minuman yang menjadi simbol budaya tahun 1950an di Amerika, Fizzies.

Hobi utak-atik Hedy semakin menggila saat dia berkencan dengan taipan penerbangan, Howard Hughes yang meminta tim insinyurnya untuk menemani Hedy dan mewujudkan rumusannya. Hedy dibantu tim insinyur bawahan Howard meneliti dan mengembangkan pemanfaatan sinyal radio untuk bertukar data dan memandu torpedo hingga desain Frekwensi Hopping (FH) atau ubahan interval waktu komunikasi antar dua stasiun bumi mendapat paten.

Rekan penelitiannya, George Antheil menyebut, Hedy berfikir untuk meninggalkan karir selebritasnya saat mulai serius bekerja sebagai ilmuwan. Dia merasa tidak nyaman menghasilkan banyak uang dalam kondisi perang dan tidak membantu apa-apa. Hedy menyimpan banyak pengetahuan mengenai persenjataan dan amunisi karena kerap mengikuti mantan suaminya menggelar pertemuan bisnis.

“Dia berulang kali mengatakan kalau dirinya mengerti banyak tentang amunisi dan senjata rahasia,” papar George Antheil.

Hedy kemudian betul-betul melaksanakan niatnya dan hijrah ke Washington DC untuk mengabdikan diri secara sukarela ke badan penelitian pemerintah Amerika yang baru saja dibentuk. Temuan FH itu dipatenkan menggunakan nama Hedy Kiesler Markey, nama yang

Iklan FIzzies. Foto Flickr/Grickily

disandangnya setelah menikah. Meskipun tidak langsung diterima AL Amerika, namun temuan itu mendapat perhatian serius dari kalangan luas di luar militer.

Krisis misil Kuba meletus pada tahun 1962, Antheil dan Hedy mengembangkan sistem komunikasi yang kemudian diadopsi oleh kapal-kapal AL Amerika. Temuan itu merupakan pijakan untuk jalan panjang untuk teknologi yang saat ini akrab dengan dunia kita, Bluetooth dan Wi-Fi.

Tahun 1997, Hedy memperoleh penghargaan Electronic Frontier Foundation Pioneer dan medali perunggu Bulbie GNass Spirit of Achievement. Medali itu diberikan kepada orang-orang uang mencatatatkan sumbangsih di dunia seni, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penemu yang memberikan dampak signifikan kepada masyarakat.

Periode Suram Hidup Sang Primadona

Tidak terlalu banyak catatan mengenai kehidupan pribadi Hedy. Dia dikabarkan telah menikah sebanyak 6 kali dan memiliki sejumlah anak. Menjelang akhir karirnya, dia menghadai banyak masalah.

Imigran yang menjadi warga naturalisasi pada tahun 1953 itu mengalami pasang surut kehidupan. Dia bahkan sempat mendapat tuntutan dari seorang jurnalis dunia hiburan majalah Screen Fact, Gene Ringgold yang menuding karya otobiografinya sebagai karya plagiat. Hedy dituding mencaplok tulisan Rene dalam artikel yang terbit di majalahnya ke dalam buku yang disebutnya fiktif itu. Namun Hedy mengaku tidak menulis sendiri buku yang diterbitkan pada tahun 1966 berjudul Ecstasy and Me itu, melainkan menggunakan Ghost Writer, Leo Guild.

Tuntutan Rene masuk ke persidangan, dan sempat menjadikan polemik. Hedy bahkan sempat ditangkap karena mengutil di sebuah toko pada saat-saat periode sulitnya tahun 1966 silam. Namun tuntutan kepadanya kemudian dibatalkan dan tidak jadi disidangkan. Pada tahun 1991, Hedy kembali ditahan untuk kasus pengutilan, karena mengambil obat tetes mata dan sejumlah barang seharga 21 Dollar Amerika. Kembali tuntutannya batal disidangkan. Titik nadir kehidupan Hedy itu berbarengan dengan upayanya kembali ke dunia film yang gagal.

Foto ikonik Hedy Lamarr yang digunakan sebagai sampul CD CorelDraw. Foto Australian Stock

Pada masa-masa sulit, Hedy sebetulnya mendapatkan sejumlah tawaran bermain di drama televisi, iklan dan beberapa drama panggung. Namun tidak satupun yang menarik perhatian Hedy untuk kembali ke dunia layar waktu itu. Pada tahun 1974, dia menuntut Warner Bros karena memparodikan namanya dalam sebuah komedi berjudul Hedley Lamarr. WB yang dituntut sebesar 10 juta Dollar Amerika itu kemudian berdamai di luar sidang, membayar denda yang jumlahnya dirahasiakan, dan meminta maaf.

Usai peristiwa itu, Hedy menghilang dari sorotan media dan hidup menyepi di Miami. Kesuraman hidup Hedy terjadi pada 10 tahun terakhir usianya. Dia terlibat konflik dengan raksasa perangkat lunak Corel yang menggunakan foto ikoniknya tanpa izin pada sampul CD CorelDraw tanpa izin pada tahun 1996. Perusahaan itu berkelit dengan menyatakan Hedy bukanlah pemilik hak cipta foto tersebut. Namun akhirnya konflik itu diselesaikan dengan cara damai dengan jumlah denda yang dirahasiakan.

Menjelang akhir hayatnya, Hedy bahkan disebut melakukan operasi plastik untuk memperbesar buah dada, dan mengembalikan kekencangan kulit. Namun upayanya tetap tidak dapat mengembalikannya ke dunia layar. Dia bahkan hidup menyepi dan berhubungan dengan dunia luar hanya menggunakan telepon. Hedy tidak bertemu orang selama setahun penuh, dan menghabiskan 5 jam sehari bercakap-cakap lewat telepon pada periode itu.

Anak laki-lakinya, Anthony Lamarr menyebut, ibunya berusaha mengembalikan kecantikannya agar dapat kembali berkarir di dunia hiburan. Namun upayanya gagal dan justru merusak total penampilannya. Pada masa sulit, salah satu anaknya James Lamarr Loder yang menuntut uang pertanggungan dan hak atas kekayaan Hedy yang ditaksir bernilai 3 juta Dollar Amerika lebih. Konflik dengan anak yang 50 tahun meninggalkannya itu berakhir dengan putusan memberikan 50 ribu Dollar Amerika sebagai uang pertanggungan.

Si cantik nan cerdas itu meninggal dalam usia 85 tahun akibat serangan jantung pada 19 Januari tahun 2000. Anthony Loder menebar abu jenazah Hedy di sebuah hutan yang ada di Wina, sesuai wasiat terakhir ibunya itu. Pemerintah Austria memberikan penghormatan dengan membuatkan makam di pusat pemakaman Kota Wina.

Joko Sulistyo

Dari berbagai sumber