pelantar.id – Badan Pengusahaan (BP) Batam akan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) tahap dua di kawasan Tanjunguma, Kota Batam, Kepulauan Riau. Pembangunan IPAL ini merupakan bagian dari rencana pembangunan 7 IPAL di Batam.
Kepala Bidang Pengelolaan Limbah BP Batam, Iyus Rusmana mengatakan, saat ini Batam baru memiliki satu yakni IPAL Batam Centre yang berlokasi di kawasan Bengkong Sadai, Kecamatan Bengkong, dengan kapasitas 230 liter per detik atau 20 ribu meter kubik per hari.
“Pembangunan IPAL ini untuk menjaga lingkungan dari pencemaran limbah domestik. Di Batam ini, perlu dibangun sejumlah IPAl, rencananya akan dibangun 7 IPAL,” katanya di Batam, Rabu (30/5).
Selain Batam Centre (Bengkong Sadai), IPAL lain yang akan dibangun di Batam ada di kawasan Kabil, Telaga Punggu, Tanjunguma, Sekupang, dan Tembesi.
“Untuk yang di Tanjunguma segera dibangun setelah IPAL Bengkong Sadai selesai sepenuhnya. Saat ini di sana (Bengkng Sadai) sudah 15 persen. IPAL Tanjunguma, diperkirakan mampu menampung 33 ribu meter kubik per hari,” kata dia.
Kini, BP Batam sedang menunggu persetujuan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Jika disetujui, langkah selanjutnya BP Batam akan mencari investor untuk mendanai proyek ini.
Menurut Iyus, proyek pembangunan IPAL di Batam sudah dilirik dan diminati investor dari berbagai negara seperti Jepang, dan China.
IPAL Batam Centre
Untuk IPAL Batam Centre (Bengkong Sadai), Iyus mengatakan, dijadwalkan beroperasi tahun depan. Pembangunan IPAL di Batam merupakan proyek kerja sama antara BP Batam dengan Hansol, perusahaan asal Korea Selatan.
IPAL di Bengkong Sadai dibangun diatas lahan seluas 7 hektare pada pertengahan 2017 lalu. Pipa yang direncanakan dibangun di beberapa tempat di Batam, sepanjang 114,3 kilometer dengan panjang pipa utama 41,8 km dan sekunder 72,5 km.
Sebagian pipa yang dibangun tahap pertama ini akan terintegrasi ke waste water treatment plan (WWTP) di Bengkong Sadai, dan menghubungkan 11 ribu sambungan ke rumah tangga.
Proses pengolahan limbah domestik nanti dimulai dari pengangkutan menggunakan jaringan pipa dan mobil tinja. Kemudian setelah terkumpul, maka proses selanjutnya adalah pemisahan lumpur melalui proses Conventional Activated Sludge (CAS) dan Food Chain Reactor (FCR) sehingga diperoleh air bersih yang siap digunakan.
Menurut Iyus, pengerjaan pemasangan jaringan pipa saat ini sudah 15 persen. Proyek ini diperkirakan rampung pada 2020 mendatang. Proyek ini menggunakan anggaran pinjaman lunak dari Korea Selatan sekitar 43 juta US dollar.
Dikatakannya, saat ini sudah ada beberapa perumahan yang dalam proses penyambungan pipa. Di antaranya perumahan Anggrek Mas 1, 2 dan 3, perumahan Sukajadi, Bella Vista, Meditrania serta Citra Batam.
“Setelah seluruh jaringan pipa tersambung, nantinya setiap hasil pembuangan limbah rumah tangga dan perkantoran akan ditampung untuk selanjutnya diproses di instalasi pengolahan dengan menggunakan bakteri,” kata dia.
Menurut Iyus, teknologi seperti ini sudah dijalankan di Cikarang, Bekasi. Bakteri tersebut akan memakan mikroba jahat pada limbah. Hasil pengolahan air limbah ini nantinya akan menjadi air bersih yang siap digunakan masyarakat.
“Batam termasuk kota yang memiliki tingkat produksi air limbah tertinggi di Indonesia, yang dikhawatirkan air limbah itu mencemari sumber air bersih di waduk-waduk yang ada di Batam,” katanya.
Yuri B Trisna