pelantar.id – Rilisan Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri terkait pertumbuhan ekonomi di Batam yang mencapai 4,45 persen pada triwulan pertama tahun 2018 dinilai sebagai kabar baik. Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Lukita Dinarsyah Tuwo menyebut, pertumbuhan itu cukup menggembirakan, setelah perlambatan yang dialami.
“Data BPS ini menggembirakan,” kata Lukita kepada Antara, di Batam, Rabu (9/5).
Pasalnya, menurut Lukita, tahun sebelumnya ekonomi Provinsi Kepri hanya tumbuh sebesar 2,01 persen. Khusus Batam, kata Lukita, investasi saat ini mulai meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2017. Dia berharap peningkatan investasi itu akan terjaga dan berlangsung hingga triwulan berikutnya.
Dengan modal pertumbuhan pada awal tahun ini, Lukita cukup optimistis menetapkan target pertumbuhan 4,5 persen secara tahunan. Hal itu didasari perhitungan gerak belanja pemerintah yang akan berlangsung pada kwartal berikutnya.
“Tahun ini kita (BP Batam) menargetkan pertumbuhan ekonomi minimal di angka 4,5 persen,” ujar Lukita.
Lukita berharap, seluruh pemangku kepentingan terkait ekonomi di Batam dapat mendorong pertumbuhan hingga titik maksimal. Dalam dua tahun, apabila iklim investasi dan bisnis terjaga, bukan tidak mungkin Batam akan mencapai pertumbuhan hingga 7 persen, atau di atas nasional.
“BP Batam punya target BBM 27 yaitu Batam Bersatu Maju dalam dua tahun ekonomi tumbuh tujuh persen,” ujar Lukita.
Namun kata Lukita ada beberapa upaya yang harus dilakukan untuk mencapai target tersebut, salah satunya net ekspor. Upaya itu bersandar pada upaya pemerintah untuk mendorong sektor industri agar berorintasi pada ekspor.
Baca juga : Event Wisata Batam Disebu Masih Amatiran
“Paling utama kita harus mendorong industri berorientasi ekspor dan kita optimistis dengan hal ini,” papar Lukita.
Menjawab tantangan melambatnya sektor migas, dan manufaktur galangan kapal pada periode 2016 hingga 2017, Lukita menyatakan semua pihak harus bekerja ekstra untuk kembali menggairahkan sektor tersebut. BP Batam sejauh ini tidak pernah luput memberikan dorongan kepada pemerintah pusat, terutama kewajiban agar menggunakan produksi dalam negeri.
“Msal, khususnya di migas dan mineral, saat mereka mau menggunakan peralatan, bisa diproduksi khususnya di Batam,” kata Lukita.
Selain itu, kata Lukita, BP Batam menawarkan insentif atau cara pembayaran yang lebih murah bagi industri-industri tertentu yang sewa lahannya akan berakhir. Bahkan, lanjut Lukita, sudah ada beberapa industri yang akan memperpanjang sewa lahannya meski masa penggunaannya masih lima hingga enam tahun lagi.
“Kami siap memberikan diskon atau cara pembayaran yang lebih mudah,” kata Lukita. (Antara)