pelantar.id – Dunia penerbangan Tanah Air sedang berduka. Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 hilang kontak dan ditemukan jatuh di perairan dekat Tanjung, Karaawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi. Pesawat tipe B737-8 Max itu membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak, dan 2 bayi, dengan 2 pilot dan 5 FA.

Lion Air JT-610 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng pada pukul 06.10 WIB menuju Pangkalpinang. Seharusnya, pesawat tersebut sudah mendarat di Pangkal Pinang pada pukul 07.10 WIB. Namun pesawat hilang kontak pukul 06.33 WIB, hingga akhirnya ditemukan jatuh ke laut. Sampai sekarang, proses upaya pencarian masih terus dilakukan oleh Tim Basarnas.

Kecelakaan pesawat memang menjadi salah satu momok menakutkan bagi mereka yang ingin bepergian dengan menggunakan moda transportasi udara. Meski perbandingan terjadinya kecelakaan sejauh ini masih sangat rendah yakni 1 berbanding 5 juta, tapi tetap saja ada rasa cemas yang melingkupi hati sebagian besar penumpang setiap kali hendak terbang.

Perkara maut atau kematian memang menjadi rahasia Tuhan. Jika sudah tiba waktunya, tak ada yang bisa mencegah. Begitu pula sebaliknya. Namun, bagi Anda yang sering atau ingin bepergian dengan pesawat, sebaiknya perlu mempersiapkan diri.

Baca Juga : 

Berikut ini beberapa cara yang harus dilakukan untuk bisa bertahan hidup dalam kecelakaan pesawat. Dilansir dari New York Post, apa yang dilakukan penumpang di menit-menit terakhir sebelum insiden terjadi, sangat penting untuk hidup mereka.

Kapten pesawat Boeing 787, Dave Inch membagikan beberapa tips bertahan hidup yang bisa dilakukan dalam keadaan kritis di dalam pesawat. Tips tersebut dibagikannya dalam forum berbagi informasi Quora.

Ilustrasi, pramugari mendemonstrasikan cara penggunaan pelampung.

Ikuti Instruksi Awak Pesawat
Penumpang harus mengamankan diri serta orang-orang terdekat mereka dahulu. Keluarkan semua benda tajam dari kantung, kendurkan ikat pinggang, lepaskan dasi atau syal dan lepaskan sepatu hak tinggi.

“Lepaskan dan simpan kacamata agar tidak terbang. Itu bisa membantu Anda untuk melihat jalan keluar ketika dibutuhkan,” katanya.

Penumpang sebaiknya mengetahui lokasi keluar terdekat serta pintu alternatif lain. Beberapa pintu tidak bisa digunakan dalam pendaratan di air.

“Hitung jumlah baris pintu keluar tersebut. Coba identifikasi tonjolan apa pun yang mungkin Anda gunakan, ketika kabin menjadi gelap atau dipenuhi dengan asap tebal,” tulisnya.

Untuk dapat mengetahui semua itu, di awal penerbangan Anda harus mendengarkan baik-baik petunjuk keselamatan yang diperagakan awak pesawat. Jangan malas untuk membaca kartu keselamatan. Hal itu sering dianggap remeh, padahal bisa sangat membantu dalam upaya penyelamatan.

“Ikuti petunjuk dari pramugari sebelum melakukan pendaratan darurat. Jika semua orang berada dalam pemahaman yang sama, mereka akan bekerja sama mengeluarkan semuanya,” sebut Inch.

Saat pesawat dalam keadaan kritis, Anda sebaiknya menempatkan tubuh serendah mungkin agar efek benturan dan risiko menghirup asap dapat dikurangi. Posisikan kaki di belakang lutut, kemudian cari tas tangan atau benda lain di bawah kursi depan. Gunakan benda tersebut untuk pelindung tambahan kepala. Pertahankan posisi itu sampai pesawat benar-benar berhenti.

Sebelumnya, Anda juga harus mengenakan sabuk pengaman dengan benar serta tahu cara melepasnya di saat yang tepat. Yang penting untuk diingat, Anda harus berusaha tetap tenang meski terasa sulit. Dengarkan dan ikuti semua petunjuk yang disampaikan pramugari atau pilot pesawat. Bagaimanapun, mereka sudah dilatih untuk menghadapi kondisi paling darurat selama penerbangan berlangsung.

Proses evakuasi penumpang pesawat Lion Air yang mendarat darurat di perairan Bali, April 2013. (AFP Photo)

Pendaratan Darurat
Setelah pesawat mendarat darurat, Anda jangan langsung berlari keluar, tetaplah di posisi sampai ada instruksi lanjutan. Anda harus menahan diri untuk berlari keluar.
“Jangan membuka pintu atau jendela untuk keluar tanpa instruksi dari petugas,” tulis Inch.

Jika pesawat melakukan pendaratan darurat di atas air, jangan mengembangkan rompi kehidupan sampai Anda berada di ambang pintu. Pasalnya, kalau rompi itu mengembang sedangkan pesawat terisi air, Anda akan terjebak di langit-langit dan tidak bisa berenang keluar.

“Jika kondisi itu terjadi, berusahalah keluarlah dari pelampung dan bergantunglah pada orang yang sedang keluar. Pelampung bisa mengapung dengan berat dua orang,” kata dia.

Pemilihan Kursi
Selain cara-cara yang dianjurkan Inch tersebut, ada cara lain yang dianggap bisa meningkatkan persentase selamat seseorang dalam insiden kecelakaan pesawat. Cara itu adalah pemilihan kursi atau tempat duduk dalam penerbangan.

Hasil studi Universitas Greenwich yang kemudian ditulis Telgraph menyebutkan, penumpang yang memilih kursi deretan belakang relatif lebih aman. Studi itu menyatakan, mereka yang duduk enam baris dari pintu keluar, lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup.

Analisis majalah Popular Mechanics terhadap kecelakaan udara setelah tahun 1971 hingga tahun 2007 juga menyimpulkan, kursi belakang yang berada di belakang sayap adalah tempat yang lebih aman bagi penumpang. Menurut majalah itu, penumpang yang duduk di kursi belakang memiliki tingkat ketahanan hidup hingga 69 persen. Sementara, penumpang yang duduk di kursi bagian atas sayap sebesar 56 persen dan di kursi bagian depan sekitar 49 persen.

Meski demikian, walau kita sudah menjalankan semua cara-cara bertahan hidup di atas, sekali lagi, tidak ada yang mengetahui tentang hidup seseorang. Itu mutlak menjadi rahasia Tuhan. Yang bisa kita lakukan adalah berdoa dan berusaha.

 

Editor : Yuri B Trisna
Dari berbagai sumber