Penulis: H.M Chaniago.
Musik dangdut adalah prisma yang peka dan berguna untuk memandang masyarakat Indonesia– William Frederick.
Pelantar.id – Berbicara tentang dangdut di era milenial ini, akan muncul nama-nama seperti Via Vallen, Lesti, Nella Kharisma. Mundur ke belakangnya, kita akan mengingat Inul Daratista yang muncul secara fenomenal dengan goyang ngebor-nya dan sempat menuai kecaman dan dicekal oleh sang raja dangdut Oma Irama.
Mengenang lebih jauh lagi ketika membahas dangdut, tak lepas dari pengaruh besar Rhoma Irama dan Soneta-nya dalam melestarikan musik dangdut di tanah air, dan juga ada nama-nama seperti Elvis Sukaesih, Meggy Zakaria (Meggy Z), atau A Rafiq (Elvis Presley versi dangdut) dan lain-lain.
Musik dangdut di Indonesia tidak datang begitu saja. Pada beberapa sumber bebas, disebutkan secara kultural dangdut ada karena asimilasi antar beberapa budaya.
Walau dangdut dikenal sebagai genre musik tradisional-populer di negeri nyiur melambai ini, tetapi awal mulanya mengakar dari pada musik-musik budaya Melayu, Arab dan Hindustan.

Peminat LIDA Batam
Mengutip kajian sejarah UKM Band Universitas Binus di scdc.binus.ac.id, disebutkan, kedatangan pedagang-pedagang Arab pada tahun 635 dengan tujuan awal berdagang dan juga menyiarkan agama Islam, turut berpengaruh akan musik dangdut di Indonesia, melalui nuansa musik Qasidah.
Perkembangan Qasidah semakin diperkuat oleh kedatangan bangsa Gujarat di tahun 900 hingga tahun 1200, kemudian disusul saudagar dari timur tengah lainnya, yakni Persia di tahun 1300 hingga tahun 1600.
Sementara itu, kedatangan jenis musik ini menciptakan bentuk adaptasi baru dalam musik tradisional Indonesia, yang pada awalnya benih-benih dangdut ini muncul dari irama musik Melayu Deli di Sumatera Utara pada 1940. Bereksperimennya musisi saat itu dengan ragam jenis budaya musik dari Arab, dan India dicampur Melayu, akhirnya menciptakan nama yang disebutkan Orkes Melayu.
Hingga di tahun 1968, ragam musik yang telah berasimilasi tersebut akhirnya berhasil menciptakan jenis musik yang hampir mengakar kuat di Indonesia, bakan hingga ke pelosok-pelosok desa dan kita kenal sekarang dengan musik “Dangdut”. Dengan Rhoma Irama sebagai salah satu tokoh kuncinya.
LIDA dan Cara Mereka Melestarikan Dangdut Hingga ke Daerah-Daerah
Minggu tanggal 6 Oktober 2019, bertempatan di Kepri Mall, Sukajadi, Batam Center, Kepulauan Riau. Sekitaran pukul 09:00 WIB pagi harinya, ratusan orang menunggu antrian untuk mengejar mimpi mereka agar bisa ikut mengambil bagian dari kompetisi dangdut terbesar di Indonesia.
Ratusan orang ini datang dari beberapa wilayah kota kabupaten se-Kepulauan Riau, tujuan mereka tak lain hanya untuk berpartisipasi dalam gelaran audisi Liga Dangdut Indonesia (LIDA) 2020 yang diprakarsai oleh televisi nasional, Indosiar.
Program penjaringan bakat-bakat berpotensi dalam musik dangdut ini, pada dasarnya memang telah menjadi signature dari televisi nasional itu sendiri. Tidak hanya di dalam negeri, cara mereka melestarikan dan memperkenalkan musik dangdut juga mulai merambah negeri tetangga dan Asia lainnya, dengan memperluas gelombang kompetisi hingga ke luar negeri.
Setelah sukses melahirkan beberapa bintang dangdut dalam kontes sebelumnya. Kini mereka kembali lagi dengan LIDA 2020, yang mana audisi secara langsung diadakan di 34 kota di Indonesia.
Untuk seleksi di Kepri sendiri adalah seleksi ke-dua yang diadakan secara serentak dengan Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan Tengah. Dalam audisi di Negeri Bumi Segantang Lada terdapat 222 peserta audisi.
Sementara itu, selepas audisi tahap awal di Provinsi Lampung, Jambi dan Sumatera Barat, kemudian tahap dua di Kepri, Bangka-Belitung serta Kalimantan Tengah. Maka audisi selanjutnya tahap tiga disebutkan akan diadakan di Maluku Utara, Banten dan Bengkulu.
Eva Estriana, produser produksi acara menjelaskan alasan pemilihan kota Batam sebagai tempat audisi di Kepri pada tahun ini yakni karena merasa banyak bakat-bakat terpendam penyanyi dangdut di Kota Batam, meski kontestan audisi di daerah juga tidak kalah menariknya. Sehingga audisi LIDA yang pada 2017 dan 2018 lalu diselenggarakan di Tanjungpinang, akhirnya mereka coba pindahkan ke Batam dengan 222 peserta audisi yang mencoba peruntungan.
Sementara itu ia katakan, untuk hal-hal yang diseleksi pada LIDA 2020 ini terdapat beberapa penambahan kriteria penilaian khusus. Kalau sebelumnya berfokus pada kepiawaian dalam bernyayi, kini peserta juga bisa dinilai dari perpaduan tampilan bakat lainya seperti bermain alat musik, dance, dan lainnya.
“Selain bisa bernyanyi bagus di lagu dangdut, kita juga ada penilaian skill lainnya, seperti bisa bernyanyi dan memainkan alat musik atau seperti olahraga dan sebagainya yang kita bisa angkat nanti pas On Airnya,” terang Eva.
Hal lainnya, mengutip pernyataan Ekin Gabriel, VP – PSRD Division Head Indosiar, kesuksesan alumnus LIDA di tahun sebelumnya hingga kancah Asia, membuktikan bahwa dangdut dan bakat-bakat penyanyi terbaiknya menujukkan bahwa mereka bisa bersaing dengan penyanyi dangdut yang telah terlebih dahulu dikenal.
“Tahun ketiga penyelenggaraan LIDA, Indosiar semakin selektif menemukan duta-duta dangdut dari setiap provinsi di Indonesia, dari Barat ke Timur dengan membawa ragam kekayaan adat dan budaya. Harapannya LIDA program yang tidak hanya menginspirasi para kontestan, akan tetapi juga dapat melahirkan idola baru dalam kancah musik dangdut tanah air (dari daerah-daerah),” ucapnya dalam siaran pers resmi.