pelantar.id – Belum usai dengan coronavirus, Pemerintahan China kini dihadapkan dengan virus babi. Pada Senin (29/6) para ilmuwan di China mempublikasikan temuan jenis baru flu babi itu dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal sains AS, PNAS.

Jenis flu babi tersebut adalah G4 merupakan jenis virus baru. Dilansir dari AFP, Kementerian Luar Negeri China bergerak cepat untuk meredam kekhawatiran tersebut.

“Virus G4 yang disebutkan dalam laporan terkait adalah subtipe dari virus H1N1. Para ahli telah menyimpulkan bahwa ukuran sampel dari laporan ini kecil dan tidak representatif,” kata juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian dalam sebuah briefing rutin, Rabu (1/7).

Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah mewaspadai kemungkinan serangan flu babi itu pada manusia. Pemerintah melakukan surveilans, sehingga mewaspadai berbagai kemungkinan yang terjadi.

Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

“Surveilans kita masih jalan untuk memantau kemungkinan mengenai hal itu. Untuk mendeteksi kemungkinan kasus pada orang atau petugas, pekerja yang bekerja di peternakan (peternakan babi). Itu sebenarnya ranahnya Kementerian Pertanian (Kementan),” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, dilansir dari Antara, Kamis (2/7/2020).

Hingga saat ini, di Indonesia belum ditemukan potensi serangan flu babi galur baru tersebut, baik pada hewan maupun potensi penularannya dari hewan ke manusia. WHO sendiri menyatakan bahwa flu babi merupan flu biasa dan vaksinnya sudah tersedia.

Namun, Ilmuan China mengamati bahwa G4 dapat menular, bereplikasi dalam sel manusia dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada musang daripada virus lain.

 

kompas