pelantar.id – Presiden Direktur PT Adaro Energi Tbk, Garibaldi Thohir berinisiatif menukarkan sebanyak US$ 1,7 miliar ke rupiah atau setara dengan Rp25 triliun. Uang itu merupakan hasil transaksi bisnis perusahaan yang selama ini menggunakan dolar Amerika Serikat.
Pria yang akrab disapa Boy ini merincikan, US$ 1,7 miliar tersebut, terdiri dari royalti pajak dalam rupiah, yang kurang lebih sekitar US$ 600 juta – US$ 700 juta. Lalu transaksi bahan bakar dengan PT Pertamina (Persero), sekitar US$ 400 juta- US$ 500 juta, dan sisanya merupakan transaksi dengan tiga kontraktor yakni PT Saptaindra Sejati, PT Pama Persada, dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama senilai US$ 600 juta- US$ 700 juta. Boy menyebut kebutuhan dolar AS perusahaan dalam setahun ada di sekitar US$ 1,9 – 2 miliar.
“Penggunaan dolar kami kan pada dasarnya tidak terlalu banyak, karena kami berorientasi ekspor. Alat-alat kontraktor memang dirakit di sini, tapi komponennya kan impor,” kata Boy kepada wartawan di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (3/10).
Baca Juga : Selamatkan Rupiah, Pemerintah Naikkan Pajak 1.147 Barang Impor
Boy mengatakan, sebagian sudah bayar pakai rupiah dan memang sebagian itu berhubungan dengan kontrak lama yang harus memakai dolar.
“Tapi mulai sekarang kami berkomitmen. Ya tidak revisi kontrak sih, tapi kami akan berdiskusi dengan mitra kami secara business to business (b to b), mengajak kalau transaksinya pakai Rupiah saja,” ujarnya.
Baca Juga : BUMN Ekspor Senjata untuk Perkuat Rupiah
Langkah Boy tersebut langsung mendapat apresiasi dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Ia mengatakan, untuk melakukan konversi dan rupiah di Indonesia, didukung oleh Bank Indonesia (BI) sudah mengeluarkan mandatory untuk transaksi dalam negeri seharusnya memang sudah memakai rupiah.
“Dalam konteks ini, beberapa eksportir kita memang masih menggunakan dolar untuk kewajiban mereka,” katanya.
Sri semakin mendorong agar pengusaha dan eksportir lainnya juga melakukan konversi dolar mereka ke rupiah untuk membantu memperkuat mata uang rupiah.
“Kalau tadi disampaikan US$ 1,7 miliar, itu berarti nilainya sangat besar untuk satu perusahaan saja, jadi saya yakin di Indonesia banyak perusahaan-perusahaan eksportir besar yang juga bisa melakukan langkah yang sama seperti Adaro,” katanya.
Sumber : CNBC Indonesia