pelantar.id – Investasi di Batam mengalami fase pasang-surut setiap tahunnya. Terpaan isu dan fluktuasi perekonomian global berpengaruh langsung pada realisasi investasi. Untuk mempertahankan, berbagai upaya dilakukan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam dan pemerintah untuk terus menarik investor masuk. Selain BP Batam, tak ketinggalan para pengusaha juga melakukan berbagai cara memperbesar investasi di perusahaannya.

Upaya yang dilakukan oleh BP, pemerintah dan kalangan usaha memerlukan dukungan agar investor asing tidak ragu membenamkan modalnya di Batam. Salah satu yang paling membuat investor berpikir ulang adalah jaminan keamanan investasi. Tantangan terbesar yang dihadapi para pengusaha untuk meyakinkan penanam modal adalah jaminan iklim usaha kondusif, tanpa gangguan, semisal aksi pemogokan dan demonstrasi buruh.

Presiden Direktur PT Sat Nusapersada Abidin menyatakan, tantangan yang dihadapi pengusaha saat ini salah satunya adalah kondusivitas dan kurang terjaganya ketenangan usaha akibat sejumlah masalah.

“Tantangan kita di Batam masalah demo, harus ada kondusivitas karena banyaknya demo ini menakuti investor,” kata Abidin.

Abidin menyebut, berbagai cara yang dilakukan pengusaha untuk menarik investor masuk memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Dia menyebut, pemangku kepentingan di Batam diharapkan mampu mendukung upaya para pelaku bisnis dengan memberikan stabilitas agar iklim industri tetap terjaga.

Gejolak masih menjadi tantangan utama untuk meyakinkan Investor. Dari target enam juta unit smartphone Xiaomi setiap bulannya, Abidin menjelaskan, PT Sat Nusapersada baru bisa memenuhi dua juta unit, sehingga upaya pengembangan perusahaan dengan potensi lapangan pekerjaan masih sangat terbuka. Belum lagi hadirnya 24 calon investor yang menjadi mitra Xiaomi sebagai penyedia bahan baku produk-produknya dalam acara Supplier Investment Summit (SIS) lalu.

“Sekarang bahan baku kita masih import makannya kita undang perusahan-perusahaan untuk membangun di sini, sehingga bisa menekan biaya produksi, soalnya kita masih impor yang belum ada,” kata Abidin.

Dia berharap, pemangku kepentingan dapat duduk bersama dan menemukan formulasi agar iklim usaha di Batam terjaga.

Pada triwulan pertama tahun 2018, Badan Pengusahaan (BP) Batam mencatat izin komitmen investasi mencapai 220 juta Dollar Amerika, meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya dengan periode yang sama sebesar 50,5 juta Dollar Amerika.

“Dari jumlah tersebut ada delapan penanam modal asing (PMA) yang memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam (i23j),” kata Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BP Batam, Ady Soegiharto, di Batam, belum lama ini.

Ady mengatakan PMA tersebut sebagian besar berasal dari China, dengan total  investasi 32,5 juta Dollar Amerika. Investor asal Tiongkok tersebut lanjut Ady rata-rata bergerak di bidang industri manufaktur.

“Tahun ini mengalami peningkatan signifikan, tapi ini baru izin komitmen belum realisasi,” ujar Ady.

Dia menambahkan pada Januari lalu sejumlah perusahaan yang sudah beroperasi di Batam melakukan perluasan usaha. Salah satunya PT Cladtek Bi Metal yaitu perusahaa yang bergerak dibidang industri pipa dan sambungan pipa dari besi.

Selain itu kata Ady pihaknya terus berupaya meyakinkan para PMA yang sudah mengurus izin investasi dapat segera merealisasikan komitmennya tersebut. Dia mengatakan delapan perusahaan asing yang masuk ke Batam dengan memanfaatkan kemudahan layanan i23j di antaranya PT Hong Sheng Plastic Industry dan PT Panca Costa Investment.

“Dua perusahaan ini masuk pada Januari kemarin,” ujar Ady.

Kemudian PT Royal Newport Plastic dan PT Xin Poly Industri yang masuk pada awal Februari. Selanjutnya empat perusahaan lainnya masuk pada Maret. Yaitu PT Proclad Asia International, PT Xinhe Plastic Silicone, PT CFL Metaland Plastic Industries dan PT FCS RGP Plastic.

Joko Sulistyo