Ruang kecil rumah petak sewaan di kawasan Bengkong Sadai, Batam, yang ditempati keluarga Rodliudin dan Nurita mungkin adalah salah satu potret daya hidup manusia urban Indonesia.

Industri generasi ke empat, atau kerap disebut Revolusi Industri 4.0 adalah sesuatu yang rumit. Meskipun kehadirannya adalah sebuah keniscayaan, namun praktiknya penyelarasan rantai suplai industri berbasis data tidak mudah untuk dijelaskan. Kait mengait dengan terminologi dan teknis yang tidak dipahami semua kalangan, faktor penggunaan data dalam industri mungkin lebih mudah didekati jika skalanya diperkecil.
Rumus sederhana ekonomi adalah tindakan, motif dan prinsip. Telaah tindakan ekonomi sering hanya dimaknai secara bahasa sebagai kegiatan untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan alat yang ada dan usaha sekecil-kecilnya.
Telaah itu mungkin relevan, namun dengan persaingan usaha yang semakin ketat, perlu upaya menciptakan peluang, dengan dukungan alat yang disediakan oleh teknologi.
Kisah pengusaha membaca peluang dan memanfaatkan teknologi dengan maksimal mungkin banyak bertebaran. Satu di antaranya adalah yang dilakukan Muhammad Rodliudin (33) dan Nurita (32). Pasangan dengan dua anak itu sejak dua tahun belakangan menjalankan bisnis beromset puluhan juta rupiah dari rumah petak di kawasan Bengkong Sadai, Batam, Kepulauan Riau.
Rodliudin menginjakkan kaki di Batam pada tahun 2008 silam. Mula-mula dia membuka usaha kuliner kaki lima bersama rekan dari daerah asalnya di Jawa Timur. Usaha itu dijalaninya sambil bekerja sebagai radiografer industri.
Saat Gojek resmi mengaspal di Batam, Rodliudin mendaftar sebagai mitra pengemudi, bermodalkan sepeda motor yang sehari-hari digunakannya bekerja. Pekerjaan rangkap dijalaninya karena tidak setiap saat seorang radiografer industri bekerja.
Profesi yang bertanggung jawab melakukan pemindaian foto radiologi pada sambungan pipa gas atau fluida itu hanya bekerja saat proses penyambungan selesai dikerjakan.
Setelah menikah, Rodliudin bersama istrinya menambah usaha. Pasangan itu menggeluti peluang bisnis penjualan kebutuhan diet ketofastosis. Nurita memanfaatkan satu-satunya ruangan tamu di rumah itu sebagai gudang.
Untuk mengurus penjualan, Nurita hanya memanfaatkan toko online. Dia membuka akun di sejumlah marketplace dan memaksimalkan penggunaan media sosial.
“Irit mas, saya pakai Telkomsel. Untuk sebulan, paling hanya perlu isi data Rp150 ribu,” kata Nurita.
Dengan operasional membuka toko yang hanya Rp150 ribu perbulan, Nurita mampu meraih omset berkisar Rp15 hingga Rp25 juta tiap bulannya. Nominal yang diperlukan untuk mengurus bisnis boleh dikata sangat kecil apabila dibandingkan dengan membuka toko offline.
Selain hemat, membuka toko secara online menurut dia memberikan keleluasaan membagi waktu dengan mengurus kedua buah hati.
Perkembangan bisnis Nurita didukung dua hal, kualitas produk dan kemampuan menjangkau pasar. Seiring perkembangan gaya hidup sehat, diet ketofastosis semakin digemari oleh berbagai kalangan di Batam.
Berkahnya, perputaran barang bahan baku konsumsi diet semakin cepat.
Pelaku diet ketofastosis di Batam berkembang pesat. Komunitasnya aktif berhubungan melalui grup media sosial dan aplikasi pesan instan. Hal itu mengilhami Nurita untuk memperbesar laba dengan membuka pesanan menu ketofastosis siap santap.
Saban harinya, Nurita setidaknya mengurus mengunggah penawaran, order, memasak dan menjawab konsultasi dari calon pembeli hanya dengan ponselnya. Selain itu, dia juga memanfaatkan fasilitas mobile banking untuk berbagai keperluan transaksi. Sementara, Rodliudin memiliki tugas tambahan, mengantarkan pesanan menu maupun bahan baku kepada pelanggan.
“Jadi dengan dukungan teknologi begini, saya tidak perlu kemana-mana. Semua mudah, diurus dari hape saja,” kata Nurita.
Untuk menambah pemahaman terhadap produk baru maupun variasi menu ketofastosis, Nurita masih dapat memanfaatkan paket data bulanannya. Sehari-hari, dia menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dari Youtube.
“Tak habis itu paket untuk jualan saja, karena kencang, lancar buat Youtube juga,” akunya.
Tech Enabler + Provider = Untung

Bulan Juli 2018 lalu, Telkomsel bersama GO-JEK menandatangani kerjasama dan meluncurkan Paket Siap Online untuk mendukung kinerja dan meningkatkan pendapatan pengemudi. Paket data dengan harga miring itu diperuntukkan khusus pengemudi GO-JEK.
Jaka Wiradisuria, Vice President Driver Community GO-JEK menyebut, 80 persen pengemudinya membeli data di atas Rp100 ribu tiap bulan, dan 62 persen lebih menggunakan paket data di atas 10 giga.
GO-JEK kemudian mencari cara agar mitra pengemudi yang merupakan tulang punggung perusahaan mendapatkan penghasilan lebih. Caranya, dengan memangkas kebutuhan pokok pengemudi, yaitu data.
Rodliudin adalah satu di antara 50 ribu pengemudi yang merasakan manfaat paket Telkomsel untuk pelanggan korporasi itu. Setiap bulannya, Rodliudin hanya perlu membayar Paket Siap Online sebesar Rp75 ribu perbulan. Dengan harga tersebut, dia memperoleh paket data 15 giga, kuota bicara unlimitted ke sesama operator, dan 500 SMS.
“Pakai Telkomsel juga lebih stabil, bisa online di pinggiran yang sepi ojek,” kata Rodliudin.
Online dengan Telkomsel menurut dia membuat pengemudi untung lebih karena selain harga yang miring, kualitas sinyal juga menjangkau daerah pinggiran. Di Batam, sejumlah resort dan pemukiman terletak di pinggiran pulau yang jauh dari pusat kota di Batam Centre. Saat pengemudi pengguna provider lain kerap kehilangan sinyal di lokasi gemuk, pengguna Telkomsel seperti Rodliudin menjadi pemenang kompetisi.
Alasan Rodliudin cukup masuk akal. Menurut rilisan data terkini Telkomsel, hingga tahun 2018 mereka telah menggelar 167 ribu BTS di seluruh Indonesia. Posisi BTS itu banyak yang berada di pelosok wilayah.
Vice President Corporate Account Management Telkomsel Primadi K Putra menyebut, 70 persen dari BTS yang terpasang di sistem Telkomsel mendukung 3G/4G.
Menurut dia, kerjasama dengan GO-JEK juga merupakan bentuk dukungan Telkomsel untuk membangun Indonesia Digital. Saat ini, lanjut dia, Telkomsel memiliki 15 ribu lebih pelanggan korporat lain yang juga mendapat dukungan serupa, dengan berbagai paket solusi.
Tak hanya soal gaya, Telkomsel juga merupakan solusi bagi kebutuhan korporasi, terutama technology enabler semacam GO-JEK.
“Pada akhirnya, kami harap solusi ini dapat membantu memaksimalkan pendapatan yang dimiliki dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.” kata Primadi.
Penulis : Joko Sulistyo