pelantar.id – Hujan deras yang mengguyur wilayah Pulau Kundur dan sekitarnya sejak beberapa hari belakangan, mengakibatkan dua desa dan satu kelurahan terendam banjir. Puluhan rumah terendam air dengan ketinggian mencapai pinggang orang dewasa.

Pantauan di lapangan, banjir terparah terjadi di Tanjungsari Kelurahan Gadingsari, disusul Desa Sungai Sebesi dan Desa Sungai Ungar. Pemerintah dan relawan setempat sudah mendirikan posko dan tenda darurat di lapangan sepaktakraw Gadingsari untuk warga yang mengungsi lantaran rumahnya terendam.

Ketua Relawan Indonesia (Relindo) Kabupaten Karimun, Zuriantias mengatakan, intensitas hujan sejak Kamis (1/11/18) di Pulau Kundur cukup tinggi, dan berlangsung sepanjang hari. Pada Jumat (2/11/18) siang, hujan sempat berhenti setelah turun dengan deras sejak pagi hari.

“Tadi sore, (kemarin) masih tiga kepala keluarga (KK) yang kami evakuasi dari 45 rumah yang terendam. Mereka mengungsi di rumah saudaranya yang tidak tenggelam. Tapi sekitar pukul 20.30 WIB kami kembali mengevakuasi satu lagi keluarga, mereka diinapkan di Posyandu ang kebetulan tidak tenggelam dan berlokasi di pinggir jalan,” kata Zuriantias, Jumat malam.

Pria yang akrab disapa Juren itu mengatakan, pihaknya belum memiliki data pasti meski telah didata 45 rumah warga yang tenggelam. Para relawan saat ini masih fokus memantau kedalaman air dengan mengarungi banjir, dan mengitari pemukiman penduduk. Tujuannya, jika sewaktu-waktu debit air makin tinggi, maka evakuasi akan kembali dilakukan pada rumah yang tak memungkinkan lagi untuk didiami.

“Jadi kami belum punya data pasti berapa jiwa yang tekena dampak. Baru jumlah rumahnya saja, 45 rumah yang tenggelam. Kebanyakan berada di RW 004 di Gadingsari,” ujarnya.

Warga berjalan di tengah banjir di wilayah Gadingsari, Kundur, Jumat (2/11/18).
Foto:PELANTAR/Abdul Gani

Menurut Juren, para relawan yang terdiri dari Relindo, Koramil 03 Kundur, pihak Kecamatan Kundur, Kelurahan Gadingsari, warga setempat dan Radio Antar Penduduk Indonesia (Rapi), mengalami kendala melakukan pemantauan dan evakuasi jika nantinya air semakin tinggi. Pasalnya, relawan tak punya perahu karet untuk evakuasi warga.

“Ada beberapa jembatan warga yang terbuat dari kayu hanyut terbawa arus. Sehingga ketika kita kesulitan saat mengevakuasi dan akan menyeberangi Parit Jepun (nama dari aliran anak sungai sekitar). Terpaksa ke rumah tetangganya yang masih punya jembatan untuk kita pakai. Kami tak punya perahu karet, jadi seadanya saja,” kata dia.

Hambatan lain, lanjut Juren, kondisi tanah di sebagian besar wilayah terdampak banjir adalah lahan gambut. Hal itu membuat warna air menjadi lebih gelap, sehingga agak merepotkan dalam proses evakuasi secara manual (mengangkat atau membopong warga).

Relindo mengimabu warga yang terdampak banjir agar menempatkan berkas atau surat-surat penting pada lokasi aman atau yang lebih tinggi. Sehingga ketika debit air terus bertambah, warga bisa langsungmengungsi dan tak perlu memikirkan barang-barang berharga, karena telah lebih dulu diamankan.

Juren mengatakan, sampai Sabtu pagi, aliran listrik di wilayah banjir belum dipadamkan, krena masih banyak penduduk yang belum mengungsi. Meski demikian, warga sudah diingatkan untuk waspada, amankan seluruh peralatan listrik, termasuk kabel dan colokan listrik.

 

Petugas Relindo mengevakuasi warga Gadingsari yang rumahnya terendam banjir, Jumat (2/11/18).
Foto:PELANTAR/Abdul Gani

Lurah Gadingsari, Bolkya Ayadi mengatakan, selain hujan, banjir di wilayahnya juga dipicu pasangnya air laut. Hal itu membuat air lambat surut.

“Tanjungsari ini memang langganan banjir. Kalau air laut pasang, maka air akan tertahan atau bahkan debit air bisa lebih dalam lagi,” katanya

Ayadi mengatakan, Parit Jepun sudah sering dilakukan normalisasi dan pelebaran. Tapi karena memang lokasi tanah gambut yang rawan banjir. Kemudian satu-satunya saluran parit ini menampung curah hujan dari segala penjuru kampung, maka air kiriman tertahan di wilayah itu, dan membuat banjir.

Ayadi berharap, perahu karet milik Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Karimun dapat segera di kirim ke Pulau Kundur untuk mempermudah kerja para relawan dalam mengevakuasi warga yang rumahnya terendam.

“Kalau malam ini kembali hujan, akan semakin banyak warga yang bakal dievakuasi,” kata dia.

Selain relawan dari Relindo, tenaga medis dari Puskesmas Tanjungbatu juga telah disagakan. Tenaga mereka diperlukan untuk menangani warga yang terserang penyakit di tengah kondisi banjir.

 

Reporter : Abdul Gani
Editor : Yuri B Trisna