pelantar.id – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi kondisi perekonomian pada tahun 2019 masih diwarnai sejumlah ketegangan. Menurutnya, ada beberapa tekanan dan ketidakpastian yang bakal terjadi.

“Banyak warning terhadap perekonomian 2019 yang harus diwaspadai. Misalnya warning di capital market bahwa ada potensi resesi dunia. Yield curve treasury yang memberi indikasi, memberi tanda-tanda bearish. Trade policy AS menimbulkan ketegangan di dunia. Kita memasuki 2019 dengan sense ketidakpastian,” kata Sri Mulyani dalam pemaparannya di Acara Property Outlook, Jakarta, Senin (24/12/18).

Sri Mulyani menjelaskan, The Fed atau Bank Sentral AS, juga mengalami tekanan yang tidak mudah. Suku bunga The Fed pun arahnya cenderung naik. Selain itu, jumlah uang yang beredar terutama hard currency semakin ketat.

Kondisi itu tentu berpengaruh pada perekonomian negara emerging market, termasuk Indonesia. Salah satu sektor yang terpengaruh tren ini, ialah properti.

Padahal, properti menjadi sektor yang cukup menentukan dalam pertumbuhan ekonomi.

“Properti terpengaruh tren ini. Di banyak negara, central bank secara sistematis dan penuh melakukan monetary property,” jelas Sri Mulyani.

Bank Indonesia pun berusaha maksimal agar perekonomian Indonesia tetap stabil. BI merespons kondisi perekonomian global ini melalui berbagai kebijakan, baik dari sisi suku bunga, likuiditas, dan nilai tukar.

Bersamaan dengan itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan juga siap menerapkan instrumen fiskal.

“Kebijakan fiskal juga sangat berpengaruh, misalnya dari segi pajak. Semua rezim perpajakan akan menentukan apakah sektor properti tumbuh atau tidak. Untuk itu kita terus review dan evaluasi bagaimana mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan, namun tetap bisa menumbuhkan sektor konstruksi dan properti karena sektor ini memiliki multplier effect yang sangat tinggi,” katanya.

*****

Sumber : CNBCIndonesia.com