pelantar.id – Kreatif, independen, local brand, kumpul komunitas. Itulah gambaran dari Festival Pasar Rame Batam yang digagas samadengan production. Sebuah konsep pesta komunitas di Batam yang dibarengi dengan bazar atau pasar.

Event yang telah terselenggara untuk yang keempat kalinya ini, cukup menyedot antusias kalangan anak muda di Kota Batam. Hal tersebut tampak dari banyaknya tenan-tenan yang mengisi Festival Pasar Rame, yang ditaja di Kompleks Pertokoan Imperium, Sabtu dan Minggu (5-6/5) lalu.

Sejauh mata memandang, pengunjung akan dipuaskan dengan jejeran berbagai produk kuliner dan fashion yang dijajakan pedagang. Ada pula karya dari industri kreatif berupa hiasan dekorasi rumah, perkakas rumah tangga dan lainnya. Event ini juga diramaikan dengan sejumlah komunitas, salah satunya komunitas pecinta reptile Batam, yang ikut memamerkan macam-macam jenis binatang melata di pintu masuk.

Pengunjung juga dihibur oleh alunan musik dari band akustik yang mengisi panggung utama bazar. Selain musik, panggung juga dimanfaatkan untuk para komunitas memamerkan produk serta memberikan sharing atau diskusi terkait dengan strategi pemasaran karya mereka.

“Alhamdulillah yang bergabung sampai 87 tenan, itu belum semua karena database panitia ada 90 komunitas yang didata sejak penyelenggaraan Pasar Rame pertama,” kata Anggrek, panitia dan penggagas Festival Pasar Rame.

Anggrek mengatakan, sejak gelaran Pasar Rame pertama yang digelar April 2016, antusiasme masyarakat Batam terutama kalangan mudanya memang tampak tinggi. Hal ini membuat panitia semangat untuk terus menyelenggarakan event serupa di tahun-tahun berikutnya.

Panitia lainnya, Opi menambahkan, pemilihan Kompleks Imperium, yang berada persis di depan Markas Polresta Barelang ini, bukan tanpa alasan. Mereka (panitia) merasa tertarik dan jatuh hati dengan konsep dan desain arsitektur gedung. Selain itu, kondisi kompleks yang sepi, menjadi tantangan tersendiri bagi panitia.

“Lokasinya dekat dengan pusat kota, sangat gampang dijangkau. Kami ingin meramaikan tempat yang sepi ini,” kata Opi.

Festival Pasar Rame Batam di Kompleks Imperium Batam, Sabtu (5/5). Foto/PELANTAR/Tama

Menurut dia, tercetusnya konsep Festival Pasar Rame bermula dari kegundahan beberapa anak muda. Mereka ingin melihat Batam mempunyai event kreatif yang digerakkan oleh komunitas-komunitas seperti yang sering mereka lihat di kota lain, terutama di Pulau Jawa.

Bermodalkan jejaring pertemanan, Opi dan Anggrek lantas mulai mengumpulkan beberapa teman yang seide dan satu visi dengan mereka. Kemudian mereka bersama-sama bergerak, menelusuri dan mengajak komunitas lain bergabung dalam event yang diberi nama Festival Pasar Rame.

Anggrek mengatakan, dalam satu kali event yang dilaksanakan mulai pukul 13.00 sampai 22.00, pengunjung bisa mencapai 500 orang. Panitia merasa optimistis melihat data kunjungan dan tenan yang bergabung. Opi yakin, ke depan, event ini akan semakin berkembang dan dikenal masyarakat.

“Melihat tenan-tenan ramai dikunjungi pembeli, kami sudah senang. Berarti tujuan kami tercapai karena kami ingin brand-brand lokal teman-teman dapat dikenal masyarakat Batam. Kami akan terus membantu memasarkan produk-produk kreatif ini,” kata dia.

Anggrek dan Opi berharap, Festival Pasar Rame ini dapat terus bergulir dan dapat menjadi salah satu agenda wisata Kota Batam. “Kami juga tidak menutup diri jika nanti ada dukungan atau sponsorship untuk acara ini, terutama dukungan dari Pemerintah Kota Batam. Sampai sekarang, memang masih kami jalankan secara independen,” katanya.

Arini, pengunjung acara itu mengaku sengaja datang setelah mendengar promosi dari temannya di media sosial. Saat tiba di lokasi acara, langsung tertarik dengan konsep acara dan suasananya. Menurut dia, Festival Pasar Rame ini dapat menjadi wadah kreativitas anak-anak muda di Batam.

“Di Batam ini sangat kurang kegiatan-kegiatan untuk komunitas anak muda. Syukurlah ada acara seperti ini. Apalagi, di sini acaranya cukup lengkap, ada workshop, diskusi kreatif dan macam-macam lagi. Semoga acara seperti ini semakin banyak di Batam,” katanya.

Penulis: Tama