pelantar.id – Festival Pulau Penyengat 2019 resmi dimulai, ditandai dengan pengguntingan pita oleh Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Nurdin Basirun dan Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul di Balai Adat Pulau Penyengat, Kamis (14/2/19). Event pariwisata ini akan berlangsung hingga 18 Februari mendatang.

Permainan tradisional gasing oleh warga setempat mengawali acara pembukaan pesta wisata budaya dan sejarah tersebut. Selain para pejabat pemerintahan, seremonial pembukaan juga dihadiri ratusan pengunjung baik warga maupun wisatawan.

Festival Pulau Penyengat ditaja oleh Pemko Tanjungpinang, sebagai upaya melestarikan tradisi dan sejarah kehidupan bermasyarakat Bangsa Melayu di kota itu. Pulau Penyengat sejak dahulu dikenal sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Melayu (Riau-Lingga).

Di pulau yang dari Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang bisa ditempuh dengan perjalanan kapal tak lebih dari 15 menit itu, sangat kaya dengan situs-situs peninggalan sejarah Melayu. Di antara yang sudah populer di masyarakat dan wisatawan adalah Masjid Sultan Riau yang dibangun tahun 1832 dan Gurindam 12 karya Pahlawan Nasional Raja Ali Haji.

Karena itu, tak heran jika Pulau Penyengat diampu sebagai destinasi wisata sejarah dan religius oleh pemerintah daerah, dan sudah dipatenkan menjadi Warisan Budaya Nasional oleh Pemerintah Indonesia. Pulau Penyengat pun tengah menanti penetapan menjadi Warisan Budaya Dunia dari UNESCO, lembaga PBB.

“Festival Pulau Penyengat bukan sekadar kegiatan untuk mendorong kemajuan sektor pariwisata. Tapi lebih dari itu, festival ini untuk melestarikan tradisi, bagian yang sudah tak terpisahkan dalam perjalanan masyarakat Melayu, khususnya Tanjungpinang sejak ratusan tahun yang lampau,” kata Syahrul.

Syahrul berharap, Pemerintah Indonesia memperjuangkan Pulau Penyengat untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia. Dengan demikian, keberadaan pulau ini dengan segala kekayaan sejarahnya bisa memberi manfaat sebesar-besarnya bukan hanya bagi masyarakat Tanjungpinang tapi juga Indonesia.

“Kita sangat bangga dengan Pulau Penyengat. Di sinilah lahirnya cikal bakal bahasa nasional kita, bahasa Indonesia,” ujarnya.

Gubernur Kepri, Nurdin Basirun dan Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul menggunting pita tanda dimulainya Festival Pulau Pennyengat 2019, Kamis (14/2/19). (IST/PELANTAR.ID)

Ia berharap pemerintah pusat melalui kementerian terkait terus mendorong dan mempromosikan Pulau Penyengat ke dunia internasional. Dengan meningkatnya popularitas Pulau Penyengat, diharapkan wisawatan baik domestik maupun mancanegara berdatangan ke Tanjungpinang dan Kepri.

Banyaknya turis yang datang, lanjut Syahrul, tentu akan berdampak pada perekonomian masyarakat, daerah, dan negara. Apalagi secara geografis, Tanjungpinang atau Kepri sangat strategis, berbatasan langsung dengan negara-negara seperti Singapura dan Malaysia serta negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Nurdin Basirun menekankan pentingnya semangat melestarikan budaya dan menjaga kearifan lokal Pulau Penyengat oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Menurut dia, pelaksanaan Festival Pulau Penyengat akan memberi berkah kepada masyarakat Pulau Penyengat dan Tanjungpinang.

Karena itu, Pemprov Kepri dan Pemko Tanjungpinang, lanjut Nurdin, akan terus mengupayakan agar level Festival Pulau Penyengat menjadi bertaraf internasional. Kementerian Pariwisata sudah memulainya dengan memasukkan festival ini ke dalam daftar 100 Calendar of Event terbaik.

Ia berjanji, bersama-sama jajaran Pemko Tanjungpinang akan menata Pulau Penyengat agar lebih baik dan cantik sehingga memiliki daya tarik tinggi di mata wisatawan asing.

“Pulau Penyengat sudah dikenal sebagai pulau yang bersejarah. Semua potensi yang ada di sini harus kita jaga dan tingkatkan lagi pemanfaatannya,” kata dia.

Koordinator Calendar of Event Kementerian Pariwisata, Raseno Arya yang hadir di pembukaan itu menegaskan, pemerintah pusat sudah mengakui eksistensi Pulau Penyengat sebagai Warisan Budaya Nasional. Festival Pulau Penyengat adalah salah satu event pariwisata terbaik di Indonesia.

“Festival Pulau Penyengat ini sangat luar biasa. Kami percaya festival ini akan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Peninggalan sejarahnya sangat mahal, tradisi kebudayaannya pun sangat menarik, termasuk kulinernya. Sangat layak untuk dipromosikan ke dunia internasional,” katanya.

Gubernur Kepri, Nurdin Basirun dan Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul melihat sejumlah peninggalan sejarah di Balai Adat Pulau Penyengat, Kamis (14/2/19). (IST/PELANTAR.ID)

Tampilkan Berbagai Atraksi Budaya

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Buralimar mengatakan, seluruh rangkaian acara pada Festival Pulau Penyengat mengusung kearifan lokal. Catatan panitia, belasan acara akan dilaksanakan pada festival ini.

Selain lomba pembacaan Gurindam 12, ada juga Fashion Malay Penyengat Serantau, Short Film Netizen Penyengat Halal Competition, dan Tour Pattern Penyengat Halal Competition. Seperti pelaksanaan festival sebelumnya, juga akan digelar napak tilas sejarah Pulau Penyengat, pentas seni hingga permainan tradisional Melayu.

Berbagai perlombaan pun sudah disiapkan panitia seperti, lomba berbalas pantun, gasing, melukis, layang-layang, tangkap bebek di laut dan tak ketinggalan lomba kuliner khas Melayu. Buralimar memastikan, setiap wisatawan yang hadir bakal terpuaskan dan mendapat tambahan wawasan bukan saja soal sejarah Pulau Penyengat dan Melayu tapi juga tentang kehidupan masyarakat setempat.

“Kami sangat optimistis festival ini akan mendatangkan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Apalagi masyarakat Singapura dan Malaysia termasuk serumpun, memiliki ikatan emosional sejarah dan budaya dengan Kepri,” katanya, Rabu (13/2/19).

Menurut Buralimar, sejumlah agen perjalanan baik dari Indonesia maupun dari Singapura dan Malaysia sudah memastikan ada ratusan wisatawan yang akan datang ke Penyengat. Ia menjamin semua pengunjung bakal terhibur dan bergembira selama menyaksikan rangkaian acara di Festival Pulau Penyengat.

“Ini event pariwisata yang sangat bagus dan layak jual. Karena itu, konsep acaranya juga dikemas semenarik dan semeriah mungkin, dengan tetap mengedepankan kebudayaan lokal,” kata dia.

*****

Editor : Yuri B Trisna