oleh: Fathurrohim
Pelantar.id – Makam Raja Sidabutar yang terletak di Desa Wisata Tomok Parsaroan, Kecamatan Simanindo, Samosir, Sumatera Utara amat kaya akan peninggalan sejarah Suku Batak Toba. Di dalamnya tak hanya terdapat Rumah Bolon, di sana pun terdapat beberapa makam raja dan sanak familinya.
Komplek pemakaman berusia tiga abad itu berukuran sekitar 10×10 meter dan terletak sedikit di belakang desa. Di komplek pemakaman raja itu, terdapat dua gapura sebagai pintu masuk dan keluar.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, setiap orang yang datang ke kompleks makam raja harus masuk dan keluar dari pintu yang berbeda.
Di dalam komplek itu, terdapat 13 makam yang serupa peti dan tersusun atas dua baris. Baris pertama terdapat tujuh makam, sedang baris kedua ada enam makam yang ukurannya relatif sama meski terbuat dari bahan yang berbeda.
Di dalam tiap makam pun terdapat beberapa jasad yang disemayamkan tergantung jumlah keluarga atau keturunan raja di satu generasi. Juru Makam sekaligus keturunan langsung Raja Sidabutar, Biden Sidabutar mengatakan seluruh makam yang ada terletak di atas tanah mengikuti pesan raja pertama yang tak ingin dikubur.
Beberapa di antaranya terbuat dari batu alam dan sisanya terbuat dari semen mengikuti perkembangan zaman. “Yang di tengah itu makam raja pertama. Raja OP Soribuntu Sidabutar, orang pertam sekaligus raja yang membawa Marga Sidabutar pada abad 17. Beliau tutup usia pada umur 115 tahun” katanya.

Foto: Fathurrohim/pelantar.id
Memang tampilan makam itu sedikit berbeda. Batu alamnya sedikit menghitam dan ditumbuhi lumut pada permukaannya. Bukti usia makam yang telah melewati banyak zaman.
Makam Raja OP Soribuntu Sidabutar merupakan peti mayat yang terbuat dari batu atau juga disebut sarkofagus. Pada bagian depannya terdapat pahatan kepala manusia. Sementara bagian atasnya atau bagian belakang pahatan kepala manusia terdapat patung anak kecil.
“Patung itu diletakkan karena semasa hidupnya, raja amat menyukai anak-anak. Ia pun sering menggendong anak dan cucunya di pundaknya. Artinya, raja ingin seluruh keturunannya kelak akan lebih tinggi derajat serta kehidupannya dibanding pendahulunya,” kata Biden.
Setelah menjelaskan seluruh silsilah raja dan keturunannya, Biden pun menerangkan tentang makna lambang cicak dan empat buah tonjolan (yang berarti payudara) yang kerap menghiasi rumah dan bangunan milik masyarakat uku Batak Toba.
Ia berkisah, filosofi Suku Batak Toba diwakili oleh dua hal tersebut. Cecak berarti, Orang Batak Toba harus bisa hidup di mana saja. Namun, ketika cecak sedang berada di ketinggian (kesuksesan), ia tak boleh bertepuk tangan atau sombong. Karena hal itu akan membuat cecak jatuh ke tanah.
“Sementara empat payudara berarti simbol kesuburan Putri Batak zaman dahulu. Karena dulunya ketika Orang Batak ingin menikah, ia tak mencari wanita yang cantik nan rupawan. Tetapi dilihat dari seberapa besar payudaranya,”
“Karena menurut mereka, banyak anak berarti banyak rezeki. Jadi anggapan mereka, jika payudara seorang wanita besar, maka ia dapat menghidupi banyak anak. Jumlahnya ada empat pun bermakna, calon istri harus mempunyai empat kriteria. Yaitu kesuburan, keramah-tamahan, kesucian hati, dan kesetian,” terangnya.
Kedua ornamen itu pun selalu diposisikan saling menghadap. Cicak yang bagian kepalanya menghadap ke payudara berarti setinggi apappun kesuksesan yang diraih Orang Batak, tak boleh melupakan ibu yang telah menyusui dan membesarkannya.
Yang juga tak lupa dari pandangan adalah, ukiran pada rumah maupun bangunan Suku Batak Toba merupakan garis panjang yang meliuk dan tak putus. Itu berarti, seluruh keturunan Suku Batak Toba saling terhubung dan jika ditarik ke belakang akan ditemui silsilah keluarganya.
“Ukiran itu pun selalu dihiasi dengan warna putih, merah, dan hitam. Itulah warna Suku Batak Toba. Putih itu melambangkan dunia atas tempat kita berasal, merah berarti kehidupan sekrang yang penuh tantangan, dan hitam berarti kehidupan bawah tanah,” kata Biden.