Wawancara oleh: H.M Chaniago
Untieno atau Tieno begitu ia biasa dipanggil. Pemuda penggemar musik britpop dan indiepop ini merupakan kolektor sekaligus satu dari sedikitnya remaja di Batam yang masih bermain kamera analog.
Kepada Pelantar.ID, Tieno mencoba blak-blakan dan membahas panjang lebar tentang hobi dan historikalnya kenapa ia memilih bermain kamera analag di kota yang notabenenya tidak ada lagi studio untuk mencuci foto atau klise.
Berikut petika wawancara santai Pelantar.ID bersama Tieno:
Pelantar.ID : Hallo Tieno, going to the topic aja langsung ya. Kamu kan udah lama nih bermain analog, bisa dijelasin gimana rasanya bermain kamera analog di tengah hegemomi digital yang saat ini semakin merajalela?
Tieno : Membahas ini, kita mulai dari ulur waktu sekarang, kita melihat sendiri kan perkembangan kamera digital di Kota Batam sangat pesat sehingga banyak pengusaha studio foto meninggalkan kamera analog.
Pelantar.ID : Ia benar, bahkan orang di luar Batam banyak yang tahunya Batam ini menjual ragam kamera moderen.
Tieno : Nah iya, aku ingat, terakhir kali aku pribadi bisa mencuci film itu tahun 2013, setelah itu semua cuci film aku lakukan dengan mengirim film ke kota lain. Mungkin terasa sedikit terasingkan ya untuk saat ini main kamera analog di Kota Batam, tapi itulah poin dari bermain kamera analog. Harus penuh perjuangan.
Pelantar.ID : Hmm, merasa cukup terasingkan. Hehehe… Serasa kayak kamu lagi di Mars gitu kali ya, petentangan sendirian di tengah makluk alien gitu.
Tieno : Haha bisa juga… Oke lanjut, Dalam bermain analog, kebutuhan dasar kamera analog yaitu roll film, itu saja sudah tidak mudah didapatkan di Kota Batam. Perjuangan bangetkan? Mendapatkan roll filmnya susah, apalagi untuk mencuci filmnya kita harus mengirimkan roll film yang sudah kita jepret kekota-kota lain yang ada lab studio film untuk memproses film kita. Untungnya sudah era digital, kita dapat dengan mudah mengirimkan roll film kita ke studio foto luar kota, nanti hasil foto kita dimasukin ke cloud, lalu kita tinggal download hasil foto yang sudah kita jepret dalam bentuk jpg. Lalu klisenya akan dikirimkan kembali ke kita.
Pelantar.ID : Oke, terus bisa diceritain awal mulanya tertarik bermain kamera analog?
Tieno : Awal mula tertarik main kamera dulu deh, kalau tak salah itu udah lama, sejak SMA. Tetapi pas itu nggak punya uang buat beli kamera digital. Lalu jadilah saya kenal forum Kaskus. disana akhirnya ketemu thread kamera plastik atau lebih tepatnya KLASTIC (Kaskus Plastic and Toy Camera Community). Lalu ada thread kamera analog yang mana di sana aku banyak belajar tentang dasar-dasar kamera analog, tapi tetap masih belum punya kameranya.
Pelantar.ID : Jadi seperti dilema gitu dong?
Tieno : Dilema pasti, tapi itu jadi motivasi. Jadinya yang awalnya ketika itu mulai sedang dalam masa menabung untuk membeli kamera digital, eh akhirnya malah beli kamera analog, terus banyak yang bilang harus belajar di kamera analog agar bisa lebih teliti sebelum menjepret.
Pelantar.ID : Nah itu gimana tuh? Teliti maksudnya?
Tieno : Ya teliti itu seperti yang diketahui, roll film itu hanya 36 eksposure atau bisa dikatakan hanya 36 foto saja yang bakalan bisa diabadikan (jepret), jadi memang harus benar-benar yakin fotonya bagus baru jepret.
Pelantar.ID : Haha.. Jadi harus teliti banget dong ya. Ohiya terus kamera digital gak pernah beli lagi ya karena dan candu sama analog?
Tieno : Sampai sekarang malah aku belum beli kamera digital untuk dipake moto-moto. sudah jatuh hati dengan hobi ini soalnya.
Pelantar.ID : Kalau kamera analog pertama yang kamu miliki merk apa dan gimana cerita bisa datapin yang merek itu?
Tieno : Nah ini, awalnya aku jalan-jalan kepasar seken aviari, ketemu satu kamera SLR analog dan kamera poket, seneng banget pada saat itu, aku beli 2 kamera itu seharga 100 ribu. Tapi apa daya, ternyata kamera SLRnya rusak, yang bagus hanya yang poket, yaitu Fujica MA1.
Pelantar.ID : Wah didengar sekilas keren kayaknya merek kamera itu?
Tieno : Iya, jadi gini ceritanya, Fujica MA1 ini kamera produksi Indonesia, yang dijual di luar negeri, sedangkan untuk pasar Indonesia kamera ini disebut Fujica M1. jadi bisa dikatakan kamera pertama aku itu Fujica MA1, waktu itu beli film dan cuci foto bisa dilakukan di Batam, tetapi prosesnya sedikit sulit, kita harus cetak foto dulu dalam ukuran 3R atau 4R lalu scan satu persatu memakai scanner untuk dapat file digital jpg. Kalau sekarang kan sudah tidak, dari klise langsung bisa discanner jadi file digital tanpa dicetak dulu.
Pelantar.ID : Oke lanjut pertanyaan berikutnya. Gimana perasaannya pas ngelihat hasil dari jepretan kamera analog kamu?
Tieno : Nah ini yang menarik, ketika foto kan pasti penasaran dengan hasil jepretan kita, harapannya tentu bakalan bagus-bagus semua fotonya. Tapi ya main analog mentalnya harus sudah dilatih dulu untuk mendapatkan hasil yang tidak terduga kayak gini, karena kita gak bisa lihat langsung kayak kamera digital, jadi kadang pasti akan seneng banget kalau hasil fotonya bagus sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi terkadang kesel juga dengan hasil yang tidak bagus.
Pelantar.ID : Normatif lah ya.
Tieno : Begitulah kira-kira, dan juga ada hal yang paling menyenangkan, itu kan hasil jepretan kita kadang tak terduga, seperti fotonya terbakar sedikit, atau double exposure, atau grain fotonya tinggi banget sehingga menghasilkan efek jadul. Dan inilah kenapa aku memilih main kamera analog sih sebenarnya, karena lebih menginginkan hasil yang lebih original, tanpa edit. Semua foto yang aku punya tanpa editan, dan itu lebih jujur.
Pelantar.ID : Menurut kamu tren analog hingga saat ini gimana? Untuk kota Batam.
Tieno : Di Kota Batam sendiri sih, dulu sempat ramai, ketika KLASTIC Batam masih aktif, ada sekitar belasan orang. Kalau sekarang menurut aku lumayan, ada beberapa orang yang main kamera analog, tapi tidak terkumpul atau tergabung dalam komunitas. Tidak seperti dulu ketika ada KLASTIC kita terkumpul. Aku sendiri masih kenal beberapa orang yang aktif, mungkin ada sekitar 10 orang yang aktif saat ini. Itu cukup banyak dan konsisten menurut aku.
Pelantar.ID : Oke udah di penghujung wawancara kita nih. Bisa saranin dulu buat anak-anak Batam yang baru mau main analog?
Tieno : Saran untuk yang mau main analog ya, hmm. Mungkin hal yang pertama kali kalian lihat adalah kamera “role model” kalian pakai, jangan. Untuk terjun di kamera analog hal pertama yang kalian lakukan adalah mencari kamera analog yang kemungkinan besar ada di rumah kalian atau di rumah-rumah saudara kalian. Kalaupun tidak ada, kamera pertama yang paling mudah didapatkan adalah kamera tustel atau bisa dibilang kamera poket. range budget Rp. 100 s/d Rp. 300 ribu atau di pasar seken mungkin dapet Rp.50 ribu, namun gambling sih.
Pelantar.ID : Oh iya, bisa dijelasin kenapa kamera poket atau tustel?
Tieno: Kenapa kamera tustel? karena kamera ini mudah penggunaannya, hanya pasang batre, lalu jepret-jepret. habis roll, dicuci deh.
Pelantar.ID : Oke, apa masih ada saran selanjutnya?
Tieno: Oke kita lanjut, saran yang kedua, lihat tutorial youtube atau tanya saya cara menggunakannya. Haha… Oh iya, cara pemasangan film ke dalam kamera mungkin adalah kesalahan paling mendasar ketika baru main kamera analog, aku juga kejadian, salah masukin film hasilnya blank semua, tenyata filmnya tidak masuk dengan benar.
Pelantar.ID : Memang butuh ketelitian banget ya. Haha.
Tieno: Iya pasti. Ini saran ketiga, ketika filmnya sudah masuk, jangan dibuka kameranya! nanti filmnya terbakar. Dan kempat, siapkan mental untuk menerima hasil foto yang tidak terduga. Tidak selamanya akan mendapatkan hasil bagus dan tidak juga tidak akan selalu mendapatkan hasil tidak bagus.
Pelantar.ID : Terakhir nih, kalau tentang gambaran dananya dan apa saja yg diperlukan?
Tieno : Untuk keperluan kamera analog di luar kameranya sendiri ya. Ini harga online karena di Batam sudah tidak ada yang jual lagi. Roll film kisaran harga Rp. 50-200 ribu. Kalau aku pribadi pakai yang harga Rp. 50 ribu atau Rp. 65 ribu, karena kebutuhan aku untuk snapshot, bukan untuk komersial atau profesional. Sementara itu kalau mau hasil yang lebih profesional terdapat film yang di atas Rp. 100rb.
Pelantar.ID : Itu bisa dapatin filmnya di mana aja? Ada rekomendasi?
Tieno: Film untuk di Batam mungkin bisa hubungi instagram @virtualstudioshop dia penyedia film di Batam. Sementara untuk biaya setelah foto yaitu cuci-scan (dicuci filmnya langsung discan jadi file digital jpg) biasanya kisaran Rp. 40-60 ribu, tergantung studio foto/lab mana yang kita pakai. Yang rekomendasi aku sih biasanya @graingrinlab @hipercatlab @labranajakarta @soupnfilm dan macem-macem. Jadi anggap saja kita sudah punya kamera, untuk 1 roll film 60rb+cuci/scan 50rb. per roll habis 110rb diluar ongkos kirim dua kali. karena klisenya nanti dibalikin kekita lagi.
Tieno : Oh iya, kalau ingin melihat hasil-hasil jepretan analog ku, bisa klik di link blog aku aja hehe : blog tino