pelantar.id – Keinginan Pemerintah Kota Batam menjadikan kota ini sebagai Kota Wisata – selain industri, perdagangan dan alih kapal – terus membuncah. Hasrat Wali Kota Batam, Muhammad Rudi beserta wakilnya, Amsakar Achmad agar Batam mampu mendatangkan wisatawan baik domestik maupun mancanegara sebanyak-banyaknya, terasa meluap-luap.
Hampir di setiap kesempatan, Rudi maupun Amsakar selalu menekankan kepada jajarannya untuk terus menggali dan mengeksplorasi semua potensi yang dimiliki Batam supaya tumbuh menjadi kota tujuan para pelancong dari segala penjuru mata angin.
Sejak dilantik pada 14 Maret 2016, Pemko Batam di bawah kepemimpinan Rudi-Amsakar memang terkesan tancap gas untuk mewujudkan hasrat tersebut. Yang paling terlihat jelas di depan mata adalah maraknya pembangunan infrastruktur, khususnya jalan.
Kegiatan pembangunan dan pelebaran jalan terus dilaksanakan di beberapa titik, terutama di jalur-jalur utama. Dua tahun belakangan, Batam betul-betul sedang disolek agar tampil kembali muda, asri dan menawan.
Apa yang dilakukan Pemerintah Kota Batam bisa dikatakan sudah tepat. Banyak pakar pariwisata mengatakan, jika suatu daerah ingin maju pariwisatanya, yang harus disiapkan pertama kali memang harus infrastruktur-nya. Dan jalan memiliki posisi strategis dari variabel pendukung sektor pariwisata, selain air, listrik, telekomunikasi dan sebagainya.
Di tahun pertama kepemimpinan Rudi-Amsakar, mereka sudah menyulap jalanan Kota Batam menjadi lebih tertata rapi dan sedap dipandang mata. Lebar right of way (row) jalan di kawasan Batam Centre, Nagoya, Jodoh sekarang rata-rata mencapai 50 meter.
Sejak dahulu, tiga kawasan itu memang menjadi destinasi andalan Batam dalam menggaet wisatawan baik lokal maupun internasional. Para pelancong itu banyak menghabiskan waktu dan uang mereka dengan berburu kuliner dan barang-barang branded seperti parfum, tas, sepatu hingga pakaian.
Saat meninjau pekerjaan pelebaran jalan di Nagoya awal tahun 2018, Rudi pernah menyatakan, ia ingin menyulap kawasan Nagoya dan Jodoh menjadi kawasan metropolitan yang modern, tanpa meninggalkan ke-Melayuan-nya. Dengan konsep itu, semua yang dicari wisatawan, tersedia di kawasan tersebut.
Bukan hal yang mustahil, memang. Nagoya, Jodoh dan Batam Centre memiliki fasilitas pendukung pariwisata yang memadai dan lengkap. Hotel-hotel berbintang dan pusat-pusat perbelanjaan besar ada di tiga lokasi ini. Termasuk gerai atau toko-toko yang menjual produk fashion ternama.

Mau wisata kuliner? Ada. Dari makanan Nusantara atau khas Melayu hingga hidangan ala Western pun dengan mudah bisa dijumpai. Pokoknya, apapun yang mau dicari wisatawan, semuanya siap terpenuhi.
Upaya Pemko Batam mempercantik wajah Batam, bukan sekadar membangun atau memperlebar jalan. Kawasan yang sudah tertata itu, kemudian didandani dengan tambahan lampu penerangan jalan, dan lampu warna-warni untuk hiasan dengan aneka ragam bentuk bunga seperti teratai, tulip, dan lainnya.
Kini, jika berjalan-jalan di kawasan Nagoya dan Jodoh pada malam hari seakan-akan kita bermandikan cahaya. Beberapa ikon baru pun diciptakan, seperti pemberian nama kawasan Sei Jodoh dan Lubuk Baja dalam bentuk tulisan yang penuh kemilau lampu hias.
Tulisan identitas tersebut menjadi objek menarik bukan hanya bagi warga Batam, tapi juga wisatawan. Mereka ber-swafoto dengan latar belakang tulisan dengan gemerlap warna tersebut.
Pemerintah pun melakukan revitalisasi terhadap sejumlah bangunan yang ada di kawasan Jodoh dan Nagoya. Gedung-gedung, rumah toko yang tampak kusam lantaran catnya sudah termakan usia, dipugar tampilannya. Tak lupa, trotoar untuk pejalan kaki juga dibuat senyaman mungkin, lengkap dengan tanaman pelindung atau tanaman hias untuk memperasri lingkungan.
Bersama para pemilik bangunan, Pemko Batam kemudian melakukan pengecatan ulang toko-toko di kawasan tersebut. Hasilnya mengagumkan. Kini, kita bisa melihat deretan bangunan di Nagoya dan Jodoh dengan warna yang lebih lebih segar, lebih lembut dan ramah mata. Hilang sudah kesan wajah kota yang muram.
Investasi Jalan
Hasrat Pemko Batam menggarap jalan sebagai penunjang sektor pariwisata sudah diaplikasikan di lapangan. Membangun jalan adalah investasi besar yang akan memberi dampak hebat bagi perekonomian suatu daerah. Tampaknya, Batam sudah dan akan terus melakukankannya.
Jalan ibarat karpet merah yang disiapkan untuk para tamu kehormatan. Wisatawan bisa dikatakan sebagai tamu kehormatan. Karena itu, harus disambut dan dilayani istimewa.
Bagaimana bisa berharap wisatawan datang dan betah berlama-lama di Batam kalau jalanan utama kota sempit, dan penuh bopeng? Apalagi kalau Batam ingin menasbihkan diri sebagai Kota Metropolitan. Maka, menyediakan infrastruktur jalan yang bagus dan mulus menjadi wajib hukumnya.
Bukan hanya biar terasa luas, mulus dan rapi, pembangunan serta pelebaran jalan di Batam juga dimaksudkan untuk mengurai kemacetan lalu lintas. Kemacetan memang menjadi momok yang meresahkan bagi kota-kota yang sedang tumbuh dan berkembang, tak terkecuali Batam.
Meski belum separah Jakarta atau kota-kota besar lain di Indonesia, kemacetan di Batam sudah mulai terasa mengganggu beberapa tahun belakangan ini. Terutama pada jam-jam sibuk (pagi dan sore hari), di sejumlah ruas jalan utama akan terlihat kemacetan panjang.
Hal seperti ini, kalau tidak lekas diantisipasi, akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga maupun tamu yang datang.
Mengutip data Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Kepulauan Riau, jumlah kendaraan yang mengaspal di Batam sampai bulan Agustus 2018 adalah, 600.000 unit kendaraan roda dua dan 260.000 unit kendaraan roda empat. Jumlah itu meningkat cukup tajam dibanding periode Januari-Agustus 2017.
Sampai Agustus 2017, jumlah kendaraan roda dua di Batam tercatat sebanyak 586.830 unit, dan kendaraan roda empat sebanyak 128.829 unit. Tingginya pertumbuhan kendaraan berbanding lurus dengan pertambahan penduduk di Batam.
Pada tahun 2016, jumlah penduduk Batam sebanyak 1.236.399 jiwa. Kemudian naik menjadi 1.263.941 jiwa pada tahun 2017. Adapun tahun 2018, jumlah penduduk Batam tercatat sebanyak 1.329.773 jiwa. (Sumber: BPS Kota Batam)
Menyediakan akses jalan yang nyaman dan aman sangat penting untuk membangun Batam menjadi Kota Wisata. Ia adalah investasi yang tak boleh alpa dilakukan pemerintah.
Pembangunan infrastruktur yang sudah ditaja Pemko Batam sejak tahun 2016, masih berlanjut di tahun 2018. Secara gamblang, tekad Wali Kota Rudi membangun pondasi yang kuat agar Batam terus berlari menuju kota yang berdaya saing di bidang pariwisata, tergambar dalam Nota Keuangan APBD Kota Batam tahun anggaran 2018.
Di nota keuangan 2018 itu tertulis, anggaran infrastruktur yang dialokasikan Pemerintah Kota Batam sebesar Rp290 miliar untuk kegiatan Dinas Bina Marga . Dari jumlah itu, anggaran untuk pembangunan dan peningkatan jalan jembatan sebesar Rp207,4 miliar, peningkaan kebinamargaan Rp39,1 miliar, pengendalian banjir Rp32,6 miliar serta infrastruktur hinterland sebesar Rp10,5 miliar.
Rudi sepertinya memahami betul, infrastruktur memiliki peran penting dalam mendukung kemajuan pariwisata, sekaligus mendongkrak perekonomian masyarakat. Dengan jalan yang tertata apik dan lancar, arus perpindahan wisatawan dari satu destinasi wisata ke destinasi wisata lainnya semakin gampang. Perputaran uang pun bisa semakin cepat.
Membuat Wisatawan Betah
Pulau Batam adalah bagian dari Provinsi Kepulauan Riau. Pulau yang dari udara terlihat menyerupai hewan kalajengking ini memiliki luas sekitar 1.575 kilometer persegi, dengan luas wilayah daratan sekitar 715 kilometer persegi. Secara geografis, posisi Batam diakui sangat strategis.
Di bagian utara, Batam berbatasan langsung dengan negara Singapura dan Malaysia. Di sisi selatan berbatasan dengan Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Karimun di bagian barat. Kemudian di sebelah timur, Batam bertetangga dengan Pulau Bintan yang ditempati oleh Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang.
Sejak dibuka pada awal tahun 1970-an, Batam terus tumbuh dan berkembang. Oleh pemerintah pusat, keistimewaan Batam kemudian ditetapkan dengan menyematkan status Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
Selain industri, perdagangan dan alih kapal, Batam juga menjadi salah satu pintu utama masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia. Dari masa ke masa, target wisatawan mancanegara yang datang ke Batam dari pemerintah pusat terus ditambah.
Hal itu mencerminkan bahwa pemerintah pusat mengakui eksistensi Batam sebagai daerah penyumbang terbaik devisa negara dari sektor pariwisata. Berdasarkan data BPS Kota Batam, angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Batam menggambarkan peningkatan yang bagus dari tahun ke tahun.
Jika pada tahun 2010, pelancong asing yang masuk ke Batam sebanyak 1.007.446 orang, maka tahun 2015 sudah mencapai 1.443.955 orang. Tahun lalu, kunjungan wisatawan ke Batam sebanyak 1,6 juta orang.
Kemudian, tahun 2018 pemerintah pusat menargetkan Batam bisa menyumbang kunjungan turis asing ke Indonesia sebanyak 1,8 juta orang, dan naik lagi menjadi 2 juta orang sampai akhir tahun. Dan target itu pun sukses terlampaui.
Berkaca dari data tersebut, capaian kunjungan wisatawan mancanegara ke Batam selalu melampaui target dari pemerintah pusat. Meski demikian, sebaiknya Batam tidak lagi mengedepankan kuantitas kunjungan wisatawan, melainkan kualitas.
Meski memperbanyak jumlah kunjungan itu penting, namun akan lebih baik pula jika Batam mampu “menahan” atau memperlama masa kunjungan dari para turis asing tersebut.
Semakin lama wisatawan asing itu bermukim di Batam, kemungkinan bakal lebih besar pula uang yang akan didapat. Otomatis, mereka akan mengeluarkan uang lebih untuk membayar penginapan, biaya makan dan belanja lainnya.
Bandingkan jika orang-orang luar negeri itu hanya sekadar datang sehari, lalu langsung pulang ke negaranya. Itulah pekerjaan rumah yang kiranya musti diselesaikan oleh Pemko Batam di masa hadapan.
Agar dapat membuat wisatawan mancanegara itu betah “mondok” berhari-hari di Batam, pemerintah harus lebih baik lagi mengemas potensi wisata yang hendak dijual. Pemerintah harus pula mengenal segmen. Perlu diingat, setiap wisatawan mancanegara yang datang ke Batam, pasti ingin mencari sesuatu yang berbeda. Karena itu, pemerintah harus menyiapkan “senjatanya”.
Apabila mereka (wisatawan mancanegara) ingin menikmati panorama alam, maka suguhkanlah pemandangan yang indah dan bersih. Siapkan infrastruktur penunjang, jauhkan pungutan liar dan perilaku tak ramah di objek wisata tujuan tersebut.

Jika para turis mau menikmati kuliner, cepatlah sajikan makanan khas yang tak akan mereka dapat di daerah lain. Kalaupun jenisnya sama, maka wisata kuliner Batam harus punya kemasan yang sungguh khas dan menggugah selera, dan tentu saja harganya terjangkau.
Event-event wisata pun wajib diperbanyak dengan bungkus yang istimewa. Gemerlap dan menyenangkan hati siapapun yang menyaksikan. Heterogennya seni dan budaya yang dimiliki masyarakat Batam adalah kekayaan tanpa batas. Dan itu pantas dieksplorasi secara profesional.
Festival-festival kebudayaan akan menjadi kenangan yang manis dan sulit dilupakan bagi mereka yang baru datang ke suatu tempat. Batam harus mulai menyusun agenda ini.
Lokasi untuk pagelaran atau atraksi seni budaya itu bisa di mana saja, asalkan sebelumnya sudah disiapkan dengan matang baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Yang paling penting dari semua itu adalah, pemerintah bersama seluruh elemen masyarakat harus mampu menerapkan Sapta Pesona di Kota Batam yaitu, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.
Kalau itu dapat diterapkan, tak usah heran bila di kemudian hari Batam akan menuai kegemilangan di sektor pariwisata.
*****
Yuri B Trisna