pelantar.id – Badan Pengusahaan (BP) Batam mencatatkan  perjanjian  investasi hingga Rp5,2 triliun dari sebagian lahan tidur atau lahan tidak produktif di Batam, Kepulauan Riau. Saat ini, luas lahan menganggur yang terdata di BP Batam mencapai 5.000 hingga 6.000 hektare (ha).

Deputi III Bidang Pengusahaan Sarana dan Usaha di BP Batam, Dwianto Eko Winaryo mengatakan, total investasi itu diajukan investor dalam periode Januari-Oktober 2018. Ia menegaskan, investor harus terlebih dulu mendapat izin dari BP Batam sebelum akhirnya memulai konstruksi dan operasi bisnisnya.

“Investasi tersebut akan mulai dilakukan tahun ini, tahun depan, dan dua tahun berikutnya,” ujar Dwianto di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (16/11/18).

Dwianto mengatakan, salah satu investasi yang tengah berjalan yaitu pembangunan refinery palm oil atau pabrik pengolahan minyak kelapa sawit. Investor dari pabrik pengolahan itu adalah PT Unggul Persada.

Baca Juga : 

Batam Masih Menarik di Mata Investor China

Perusahaan tersebut merupakan bagian dari Wilmar Group. Total investasi yang mereka tanam mencapai Rp1 triliun. Investasi tersebut dilakukan di atas lahan seluas 8,3 ha.

“Perkembangan konstruksi mencapai 30 persen dan Insya Allah 2019 akhir sudah bisa operasi,” katanya.

Baca Juga : 

Januari-Mei 2018, Batam Serap Investasi 38 PMA

Dwianto menyebutkan, rata-rata investasi di kawasan Batam menggunakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Namun demikian, tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut menerima skema Penanaman Modal Asing (PMA).

“Kami telah melakukan evaluasi terhadap lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan secara maksimal. Untuk sisa lahan yang belum, nanti kami panggil dan mereka presentasi bisnis plan (rencana bisnis),” ujarnya.

Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, pemerintah mendorong pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada kawasan tersebut. Selain BP Batam, Indonesia juga tengah mengembangkan BP Bintan, BP Tanjungpinang, dan BP Karimun.

“Dalam perkembangannya akan lahir KEK-KEK. Ada lagi di dalamnya (kawasan ekonomi) yang lebih kecil lokasinya tapi lebih fokus,” ujar  Darmim.

Sumber: CNNIndonesia.com