pelantar.id – Suasana di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau harus terus kondusif agar investor merasa nyaman berada di kota ini. Seluruh pihak hendaknya dapat menghindari kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu.

“Kita harus menciptakan suasana yang kondusif terutama untuk investor dari luar. Saya berharap kita bisa menghindari kegaduhan yang tidak diperlukan,” kata Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Lukita Dinarsyah Tuwo di Batam, kemarin.

Menurut Lukita, saat ini Kota Batam masih dalam proses pemulihan, dan para investor sangat sensitif dengan kondisi ekonomi yang belum maksimal.

“Mereka masih berhati-hati. Dengan adanya satu kegaduhan, akan membuat mereka mengerem atau pun bisa-bisa menunda (menanamkan modalnya di Batam),” kata dia.

Lukita menegaskan, menjaga Batam tetap kondusif harus senantiasa dilakukan, mengingat saat ini BP Batam melihat animo investor sedang bangkit. Tidak hanya para pelaku usaha yang ada di Batam tapi juga para pendatang yang baru melihat peluang.

Baca Juga : Penetapan KEK Batam Perintah Presiden

Pengusaha Silakan Pilih, Mau KEK atau FTZ

Namun, menurut Lukita, ada satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pihaknya yaitu lahan.

“Animo investasi tinggi tapi lahannya tidak ada, ini menjadi pekerjaan rumah bagi kami,” ujarnya.

Lukita mengatakan, sementara ini BP Batam tidak bisa berbuat banyak saat ada investor yang mempertanyakan masalah lahan. Pasalnya, saat ini banyak lahan di Batam yang sudah dialokasikan tapi tidak dilakukan pembangunan.

“Lahan memang banyak, tapi lahan tidur. Saya sudah intruksikan kepada kawan-kawan di Direktorat Lahan untuk segera mengevaluasi lahan (tidur) yang potensial untuk industri,” katanya.

BP Batam kini sedang fokus mengevaluasi lahan-lahan tidur terutama yang peruntukannya memang untuk kawasan industri. Hal itu dilakukan karena sudah ada beberapa investor yang meminta area tersebut.

“Bahkan yang sudah ada lahan di kawasan industri pun kewalahan, karena lahannya sudah penuh dan meminta lahan baru, ini harus kita cari,” kata Lukita.

Sumber: Antara