pelantar.id – Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan Pengusahaan (BP) Batam Batam, Adi Sugiharto menyatakan, sejak Januari hingga Mei 2018, Batam sudah menyerap investasi dari 38 penanam modal asing (PMA). Realisasi investasi dari PMA itu mencapai US$120.471.500.

Dari 38 proyek yang dikerjakan, 18 proyek di antaranya merupakan investasi negara gabungan, 4 proyek dari Singapura dan 3 proyek dari Taiwan. Kemudian, PMA asal Tiongkok, India dan Malaysia masing-masing menggarap 2 proyek, dan 1 proyek dikerjakan investor Korea Selatan, Hongkong, Afrika Selatan, Bangladesh dan Belanda.

Berdasar sektor yang diinvestasikan, 12 di antaranya adalah perdagangan dan reparasi, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik (7), industri kayu (3), industri kimia dasar (2), konstruksi (2), industri karet, barang dari karet dan plastik, industri lainnya (2), barang kimia dan farmasi serta 7 jasa lainnya.

“Dari data yang kami terima, realisasi investasi 38 PMA itu menyerap tenaga kerja sebanyak 2.347 orang,” kata Adi di Batam, Jumat (29/6).

Menurut Adi, dibanding periode sebelumnya, nilai investasi PMA tahun ini meningkat. Pada Januari-Mei 2017, realisasi investasi PMA sebesar US$297 ribu, dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1.221 orang untuk melaksanakan 23 proyek.

Dubes Korsel Kunjungi BP Batam
Sehari sebelumnya, BP Batam menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Korea Selatan (Korsel) untuk Indonesia, Kim Chang Beom. Ia disambut anggota 4 Deputi Bidang Pengusahaan Sarana Lainnya BP Batam, Eko Budi Soepriyanto.

Dubes Korsel untuk Indonesia, Kim Chang Beom mengunjungi BP Batam, Kamis (28/6).
Foto: Humas BP Batam

Dalam kunjungannya, Kim mengaperasiasi hubungan baik yang selama ini sudah terjalin antara pemerintah Indonesia dan Korsel. Ia mengatakan, hubungan baik kedua negara sudah meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, baik investasi maupun sosial budaya.

Kim mengatakan, Batam memiliki potensi hub logistik dan pariwisata yang bernilai tinggi. Dengan didukung status kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (Free Trade Zone/FTZ), ia yakin Batam akan menjadi tujuan investasi negara-negara di dunia.

“Pemerintah Korea Selatan tentu juga berkomitmen terhadap perluasan investasi bagi perusahaan-perusahaan dari negara kami yang sudah beroperasi di Batam ini,” katanya.

Ia berharap, Batam mengacu pada business friendly orientation agar rencana pengembangan Batam lebih efisien, dan lebih siap menghadapi kompetisi ekonomi global. Batam, harus memberi kemudahan dan keramahan investasi sehingga lebih mampu menarik investor dari berbagai negara.

Pada kesempatan itu, Eko Budi menyampaikan, saat ini BP Batam terus mengakselerasi pengembangan Batam menuju kawasan tujuan investasi. Pengembangan Batam menjadi basis logistik dan pariwisata dinilai memiliki peluang bagus dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.

Menurutnya dengan status FTZ dan letak geografis yang strategis, sangat mendukung pengembangan Batam kepada industri logistik hub dan memberikan banyak kemudahan bagi investor untuk berinvestasi di Batam.

“Batam bisa menjadi hub yang sangat besar mengingat kondisi global, letak Batam berdekatan dengan Singapura dan dukungan pemerintah pusat, BP Batam mengambil langkah inisiatif untuk terus berupaya mengembangkan infrastruktur dan fasilitas,” katanya.

Eko mengatakan, BP Batam terus melakukan akselerasi infrastruktur-infrastruktur utama seperti Pelabuhan Batuampar dan Bandara Hang Nadim. Proyek prioritas tersebut ditawarkan kepada calon ivestor melalui proses lelang.

Sejauh ini, negara yang sudah bersiap menggarap proyek tersebut adalah Jerman, Jepang, Belanda, dan Inggris. Kepada Kim, Eko berharap Korsel juga ikut berpartisipasi dalam lelang proyek itu.

Yuri B Trisna