pelantar.id – Tak heran jika banyak orang yang suka berprofesi sebagai peminta-minta atau mengemis. Jika beruntung, maka semua kebutuhan hidupnya bakal terjamin. Bahkan lebih dari cukup.

Abbas misalnya. Pria 70 tahun asal Teluk Pinang, Tembilahan Riau ini bahkan mau menyeberang lautan hingga ke Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau untuk mengemis.

Sudah sejak beberapa tahun belakangan ia merantau dari Tembilahan ke Karimun. Ia mengaku senang dengan pekerjaannya.

Selama mengemis di Karimun, ia memperoleh pendapatan yang sanggup untuk memenuhi semua kebutuhannya. Hasil mengemis pun bisa dikirimkannya ke kampung halaman.

Bagaimana tidak, penghasilannya dari mengemis setiap hari tak kurang dari Rp100 ribu. Jika sedang ramai, ia bisa mengumpulkan uang sampai Rp300 ribu.

Setiap bulan, pendapatan bersih yang dikantongi Abbas lebih dari Rp4 juta. Uang itu sudah terbebas dari biaya makan dan tempat tinggal.

Yang mencengangkan, Abbas mengaku sehari-hari menginap di hotel. Meski bukan hotel mewah, namun gaya hidupnya itu tentu bisa dijadikan gambaran betapa menguntungkan profesi pengemis yang digelutinya.

Sebelum ke Karimun, ia juga sudah mengemis di sejumlah daerah. Tapi Karimun adalah tempat favoritnya. Di daerah berjuluk Bumi Berazam itu, Abbas benar-benar merasa nyaman dan aman.

Di Karimun, Abbas mangkal di Pasar Puan Maimun. Kalau sepi, kadang ia berkeliling ke tempat-tempat yang ramai orang berkumpul.

Abbas mengandalkan keterbatasan penglihatannya untuk meraih simpati dari orang-orang yang melintas di depannya, atau dari mereka yang ia datangi.

“Setiap hari paling sedikit dapat Rp100 ribu, tapi sering juga dapat Rp200 ribu sampai Rp300 ribu setiap hari. Itu sudah lepas dari kebutuhan makan, biaya tempat tinggal dan sebagainya,” kata Abbas ditemui saat ditangkap Tim Gabungan Penertiban gelandangan dan pengemis di Tanjungbalai Karimun, Rabu (21/11/18).

Abbas mengaku, memilih kamar hotel sebagai tempatnya menginap jika sudah selesai menjalankan aksi meminta-minta.

“Setiap hari saya nginap di Hotel Ardila Jalan Nusantara Kecamatan Karimun. Biayanya per hari Rp35 ribu. Saya hanya sendiri. Kalau pulang ke Tembilahan biasanya sebulan sekali,” katanya.

Petugas menjaring Abbas yang sedang mengemis di Pasar Puan Maimun, Tanjungbalai Karimun, Rabu (21/11/18).
Foto: PELANTAR/Abdul Gani

Dipulangkan ke Daerah Asal

Abbas adalah satu di antara 20 pengemis dan gelandangan yanh terjaring razia oleh Tim Gabungan. Bersama yang lain, Abbas digelandang ke Kantor Satpol PP Karimun.

Di kantor itu, para gelandangan dan pengemis yang terakhir razia kemudian didata. Setelah pendataan, mereka akan diberangkatkan ke daerah asal masing-masing oleh Dinas Sosial.

“Selain mendata, kami juga beri mereka pengerahan untuk tidak mengemis lagi. Rencananya, gelandangan dan pengemis yang berasal dari luar daerah akan kami pulangkan ke daerahnya paling lambat besok,” kata Kepala Satpol PP Karimun, TA Rahman yang memimpin razia tersebut.

Ke-20 gelandangan dan pengemis yang terjaring itu terdiri dari, tujuh orang anak terlantar, tujuh orang pengemis dan enam orang anak jalanan berpenampilan punkers

“Razia yang kami lakukan ini merupakan respon dari banyaknya lebih masyarakat. Banyak yang resah atas keberadaan gelandangan dan pengemis yang kerap menggangu dan memaksa dalam meminta,” kata Rahman.

Menurut sumber di Satpol PP Karimun, jumlah pengemis di daerah setiap tahunnya diperkirakan terus bertambah. Meski tak ada data pasti, namun tahun ini jumlahnya hampir mencapai ratusan orang.

“Mereka tersebar di pasar dan pusat-pusat keramaian. Juga di simpang-simpang jalan,” ujar sumber yang minta namanya tak disebut.

Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Karimun bersama kepolisian sudah berulangkali menggelar penertiban gelandangan dan pengemis. Setelah didata dan dibina, mereka yang berasal dari luar dwerah dipulangkan ke daerah asal masing- masing.

Namun, keberadaan para gelandangan dan pengemis di Karimun seakan tak pernah habis. Malah, dalam beberapa kali razia, ada pengemis yang diamankan adalah orang yang sama.

“Jadi memang betul kalau dibilang, mengemis itu pekerjaan gampang tapi hasilnya bikin senang. Buktinya banyak yang sudah ditangkap, dipulangkan tapi balik lagi ke sini,” katanya.

 

 

Reporter : Abdul Gani
Editor : Yuri B Trisna