pelantar.id – Produksi mobil Esemka akan melalui part by part dengan terus mengupayakan penggunakan komponen produksi dalam negeri. Namun informasinya, sebagian besar komponen akan diimpor dari negara Tiongkok.

“Itu yang disampaikan, dan perusahaan juga meminta informasi serta agar dapat dipertemukan dengan industri komponen KBM [Kendaraan bermotor mobil],” kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Putu Juli Ardika, kemarin.

Ia mengatakan, sejauh ini belum ada informasi terkait dengan tingkat komponen dalam negeri yang ada dalam kendaraan bermotor mobil Esemka. Ia pun mengaku belum mengetahui perihal impor komponen yang akan dilakukan oleh perusahaan secara keseluruhan.

“Saya tidak tahu secara keseluruhan. Saya dengar sebagian importasi komponen katanya dari China,” katanya.

Menurut Putu, pemenuhan kebutuhan komponen impor untuk keperluan produksi dapat dilakukan menggunakan importasi secara terurai utuh (completely knock down/CKD) atau terurai sebagian (incompletely knock down/IKD).

Kondisi tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 34/2017 jo Permenperin No. 5/2018 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih.

“Di luar itu, importasi pemenuhan kebutuhan impor dilakukan melalui part by part. Untuk Esemka kebutuhan komponen impornya dilakukan melalui part by part,” katanya.

Baca Juga : Lolos Sertifikasi, Mobil Esemka Siap Diproduksi Massal

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan memastikan bahwa 8 tipe mobil Esemka dipastikan telah mengantongi Sertifikat Uji Tipe.

“Kami telah mengeluarkan sertifikat uji tipe (SUT) SUT untuk kendaraan merek Esemka sebanyak 8 tipe,” ujar Kepala Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Pitra Setiawan, Rabu (10/10).

Kedelapan tipe mobil Esemka tersebut adalah Garuda I 2.0 (4×4) MT, Bima 1.3 L (4×2) M/T, Bima 1.0 (4×2) M/T, Niaga 1.0 (4×2) M/T, Bima 1.8D (4×2) M/T, Bima 1.3 (4×2) M/T, Borneo 2.7D (4×2) M/T, dan Digdaya 2.0 (4×2) M/T.

Jenis mobil tersebut mencakup mobil penumpang, kendaraan angkutan barang bak terbuka, minibus, dan kendaraan angkutan kabin ganda. Sebagian dilengkapi dengan mesin berbahan bakar bensin, sebagian lainnya berbahan bakar solar.

Mobil Esemka tersebut hanya berstandar Euro 2, sehingga empat di antaranya yang bermesin bensin dipastikan tidak bisa diproduksi massal karena berstandar Euro 2, mengingat sejak 7 Oktober 2018 seluruh mobil baru bermesin bahan bakar bensin wajib berstandar Euro 4.

 

Sumber : Bisnis.com