Bola mata Wanzaimah (42) berbinar menatap layar televisi di ruang tamu rumahnya di Tanjung Kumbik, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Di satu waktu, ia tak bisa menahan tawa, lalu kembali diam, menyimak kisah percintaan sepasang muda-mudi dalam sinetron yang ditayangkan stasiun tv swasta tersebut.
Perempuan yang sehari-harinya bekerja sebagai penjahit itu mengaku sangat senang bisa menonton siaran televisi. Ia merasa nyaman, tanpa ada rasa khawatir listrik bakal padam atau tagihan listrik membengkak.
Sejak hari itu, dan hari-hari ke depan, Wanzaimah bakal puas menyaksikan beranekaragam siaran televisi, karena daerahnya sudah dialiri listrik 24 jam penuh. Selama ini, dia dan kebanyakan masyarakat Natuna lainnya, hanya bisa menonton televisi selama 6 jam, sesuai batas waktu menyalanya listrik di wilayah tersebut.
“Alhamdulillah, sangat senang kami. Anak-anak pun bisa lebih enak belajar di malam hari,” katanya
Mulai sekarang, listrik bagi masyarakat di berbagai pulau di Natuna sudahbukan barang mewah lagi, yang hanya bisa dinikmati segelintir orang. PT PLN (Persero) telah menunaikan program Natuna Terang. Per 29 Mei 2018, ada 6 wilayah di Natuna yang mendapat pasokan listrik dari PLN dengan aliran listrik full.
Yanti (25), warga Pulau Sabang Mawang pun demikian. Ia kini lebih betah di rumah, karena televisi siap menemani hari-harinya dengan banyak jenis hiburan. Sebelum listrik PLN masuk, warga setempat mendapat pasokan listrik dari Perusahaan Daerah (Perusda) dengan lama listrik menyala tak lebih dari 6 jam. Untuk bisa menggunakan listrik itu, warga harus membayar sekitar Rp150 ribu sampai Rp400 per bulan.
“Senang sekali, bisa nonton (televisi) sampai puas, tak kesepian lagi. Anak-anak di sini juga senang. Selama ini, kalau untuk mencari hiburan, ya kami main ke laut,” kata dia.
Masuknya listrik 24 jam ke daerah-daerah di Natuna disambut riang gembira oleh masyarakat. Menurut mereka, banyak hal yang bisa dilakukan dengan listrik yang tercukupi. Selain membantu kegiatan sehari-hari di rumah tangga, mereka juga bisa memanfaatkannya untuk menambah pendapatan.
“Bisa bantu-bantu menambah uang, bisa buat kue, minuman dingin dan macam-macam,” ujar Yanti.
Terpenuhinya kebutuhan listrik di Natuna juga dirasakan positif oleh industri perikanan. PT Neptuna Dwindo Matrina di kawasan Selat Lampa adalah salah satu perusahaan yang diuntungkan.
Industri perikanan, selama ini memang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Natuna. Mayoritas masyarakat menggantungkan hidupnya di industri ini, mulai dari penangkapan, pengawetan hingga pengiriman ikan ke daerah luar.
Dengan pasokan listrik 24 jam dari PLN, proses pengawetan ikan menjadi sangat terbantu. Pabrik es juga bisa lancar beroperasi dan menghasilkan es yang sangat dibutuhkan nelayan dan industri perikanan.
“Selama ini, kami memang sangat terkendala soal listrik. Tak cukup waktu untuk mengawetkan karena proses pendinginan dan pengawetan terhambat. Ikan menjadi cepat busuk,” kata Wandi, pemilik PT Neptuna Dwindo Matrina.
Kini, Wandi bisa bernapas lega, melalui program Natuna Terang, PLN sudah mengaliri listrik di 13 desa, serta meningkatkan jam nyala listrik menjadi 24 jam penuh di 6 lokasi.
Menurut Wandi, selama ini pihaknya menggunakan mesin genset untuk mendukung proses pendinginan dan pengawetan ikan. Untuk itu, perusahaan harus mengeluarkan biaya hingga Rp150 juta per bulan. Ke depan, ia sudah menghitung hanya akan keluar uang Rp50 juta saja untuk kebutuhan listrik.
Penuhnya pasokan listrik pun berdampak pada harga es. Jika selama ini es yang dijual ke nelayan seharga Rp100 ribu per 100 kilogram, kini menjadi Rp70 ribu per kilogramnya.
Kembangkan Industri, Tingkatkan Perekonomian
Direktur PLN Regional Sumatera, Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, program Natuna Terang digelar untuk memasok listrik di pulau-pulau terdepan, terluar, dan tertinggal di Provinsi Kepulauan Riau.
“Tujuan utamanya, supaya industri di kawasan ini bisa tumbuh dan berkembang sehingga perekonomian masyarakat juga meningkat,” kata dia.
Dalam program ini, PLN telah melistriki 13 desa di Natuna yaitu, Desa Pulau Tiga, Tanjung Kumbik Utara, Setumuk, Selading, Sabang Mawang Barat, Tanjung Batang, Kadur, Tanjung Pala, Meliah, Terayak, Meliah Selatan, Subi Besar, dan Subi Timur. Adapun 6 lokasi yang jam nyalanya ditingkatkan menjadi 24 jam adalah Pulau Laut, Pulau Serasan, Pulau Midai, Pulau Subi, Pulau Tiga, dan Sistem Listrik Klarik Kecamatan Bungguran Utara yang berada di Pulau Natuna Besar.
Untuk merealisasikan program Natuna Terang, PLN menggelontorkan investasi senilai Rp23 miliar. Peresmian 13 desa berlistrik dan peningkatan 24 jam nyala di 6 lokasi di Kabupaten Natuna dilaksanakan, Selasa (29/5).
Wiluyo berharap, infrastruktur kelistrikan di Natuna dapat mengakselerasi program-program yang sedang digulirkan pemerintah, seperti pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di pulau-pulau. Kemudian, memperkuat penjagaan kawasan pertahanan di Natuna serta peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan.
“Dengan adanya listrik, sentra nelayan seperti cold storage dan oven dapat lebih maksimal dioperasikan. Dampaknya, masyarakat nelayan di Natuna bisa lebih efisien mengelola hasil tangkapannya,” ujar Wiluyo.
Menurut dia, saat ini, rasio desa berlistrik di Natuna mencapai 90 persen. Dengan jumlah 76 desa, sebanyak 69 desa telah terlistriki hingga Mei 2018. Sistem kelistrikan Natuna dipasok dari sistem pembangkit isolated yang memiliki daya mampu sebesar 10,55 MW dengan beban puncak sebesar 5,46 MW. Hal itu menunjukan cadangan daya di Natuna aman dengan adanya surplus daya sebesar 5,09 MW.
Secara umum, rasio desa berlistrik di Kepri yang memiliki 5 kabupaten, 2 kotamadya, 66 kecamatan dan 416 desa, sudah mencapai 80,77 persen.
Gubernur Kepri, Nurdin Basirun yang menghadiri peresmian itu mengapresiasi komitmen PLN dalam melistriki Kepri, khususnya Natuna. Ia mengatakan, di Kepri ada 2.840 pulau dengan 385 pulau berpenghuni dan 60 pulau telah berlistrik.
Nurdin berharap tahun depan, PLN juga dapat menuntaskan program pembangunan infrastruktur kelistrikan di pulau-pulau di Kepri. Menurutnya, ketersediaan tenaga listrik akan mendorong banyak aktivitas yang menyejahterakan masyarakat.
“Perlahan-lahan elektrifikasi di pulau-pulau harus dipenuhi. Listrik akan ikut memajukan suatu daerah,” katanya.
Nurdin ingin dengan diresmikannya Natuna Terang, proyek-proyek selanjutnya akan cepat terwujud demi keadilan dan sosial bagi masyarakat di seluruh Kepri, terutama di wilayah terluar.
“Bukan hanya listrik, pembangunan jalan dan infrastruktur lain juga harus secepatnya kita realisasikan,” kata dia.
Yuri B Trisna