Menahan lapar dan dahaga sepanjang hari adalah inti dari menjalankan puasa. Lemas, letih dan mengurangi aktivitas fisik di luar ruangan mungkin sebagian cara orang agar dapat bertahan hingga saat berbuka puasa tiba.
Sejumlah orang memiliki cara masing-masing untuk mengalihkan pikiran dari godaan makan dan minum. Ada yang mengerjakan hobi ringan, namun ada juga yang menjalani hari seperti biasa, penuh aktivitas dan tetap berkeringat.
Yazella Agustin misalnya. Anggota Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) berpangkat Sesan Dua itu sehari-hari berdinas di Pasukan Marinir 1 Jakarta. Dara kelahiran Padang, Sumatera Barat 19 Agustus 1997 itu sudah bergabung sebagai prajurit sejak lulus dari SMU Negeri 102 Jakarta Timur, tahun 2014 silam.
Soal bermain di ketinggian, jangan ragukan nyali Zella, begitu dia karib dipanggil. pelantar.id pernah berkesempatan mengikuti latihan terjun free fall bersama Batalyon Intai Amfibi 2 Marinir. Menumpang pesawat angkut sedang Casa 212 milik Pusat Penerbangan TNI AL, satu shortie (kelompok terjun) berisi tidak kurang dari dua puluh personel yang diterjunkan dalam dua run dari ketinggian berbeda.
Pada ketinggian berkisar 2000 hingga 3000 kaki, para penerjun itu berlompatan tanpa ragu, melalui pintu rampa pada bagian belakang badan pesawat yang terbuka.
Zella adalah satu dari sedikit peterjun tempur wanita yang dimiliki TNI AL itu ada di dalamnya. Dalam sehari latihan, Zella bisa melahap sedikitnya dua atau tiga kali penerjunan. Pada latihan tertentu, bahkan tim harus terjun hingga 4 atau lima kali dalam sehari, dengan jeda hanya beberapa menit saja.
Tak hanya terjun pada kondisi cuaca normal, Zella juga merupakan salah satu prajurit yang terlatih untuk terjun tempur, penyusupan dan terjun dalam kondisi gelap pada malam hari. Sebagai penerjun militer, dia terlatih untuk terjun tidak terlalu tinggi dan membuka parasut pada jarak cukup rendah, 500 kaki dari permukaan tanah. Waktu yang dibutuhkan untuk memindai titik pendaratan, dan membuka parasut sangat pendek, namun latihan yang berjenjang, teratur dan kedisiplinan berlatih membuatnya kian hari kian mahir.
Selain itu, sebagai peterjun, Zella memang diharuskan menangani perlengkapannya sendiri. Melipat dan menyimpan parasut harus dilakukan dengan prosedur ketat dan dilakukan sendiri. Pasalnya, jalinan tali-tali dan kain parasut itulah tumpuan keselamatan penerjunan hingga ke titik pendaratan.
Sebagai personel yang merupakan bagian dari satuan tempur, Zella selalu harus siap untuk diterjunkan kapan saja dan di mana saja. Dia mencintai Indonesia, dengan keluasan wilayahnya. Mengabdi di Marinir mengharuskan Zella memiliki kemampuan dan referensi berbagai pelosok wilayah, terkait karakter, arah angin dan titik pendaratan, baik di daratan, bangunan maupun di perairan.
Segudang aktivitas fisik yang menguras energi bukan hal baru bagi Zella, bahkan saat bulan Ramadan tiba. Jangan membayangkan melewati puasa dengan malas-malasan, tidur sepanjang hari. Sejak pukul 08.00, Zella sudah harus berjibaku dengan kegiatan luar ruangan yang menguras tenaga.
“Puasa itu kewajiban, aktivitas tetap biasa, dari pagi jam 08.00 sudah mulai kegiatan latihan sampai jam 11.30. Istirahat sampai jam 02.00 dan mulai lagi latihan sampai jam 17.00,” kata Zella melalui jejarin WhatsApp kepada pelantar.id.
Hidup jauh dari orangtua membuat Zella dipaksa mandiri, mungkin lebih dari gadis seusianya. Meski menghadapi jadwal yang padat, Zella mengaku tidak memiliki kiat khusus agar tetap bugar berpuasa. Soal menu, dia juga mengaku bukan tipe pemilih. Zella terbiasa bersantap sahur dengan menu seadanya, yang paling praktis dan mudah di dapat. Menyebut diri sebagai anak Warteg, Zella tidak terlalu dipusingkan dengan ritual menyiapkan hidangan sahur ala sosialita.
“Menunya apa aja, yang penting banyak-banyak air putih,” ungkapnya.
Pun demikian saat berbuka puasa tiba, dia hanya menyebut yang penting jangan terbawa nafsu. Menyantap hidangan berbuka puasa baginya memerlukan proses. Zella memberikan waktu yang memadai untuk lambungnya yang seharian tidak mendapatkan asupan untuk menyesuaikan secara alami.
“Maghrib jangan langsung makan banyak, bertahap gitu,” katanya.
Terlahir dari keluarga relijius, Zella merasa Ramadan adalah bagian karib kehidupannya sejak kecil. Dia menikmati bulan suci itu dengan santai, namun tetap menyempatkan diri mengisinya dengan ibadah dan perenungan, dan beraktifitas seperti biasa.
“Intinya puasa itu membentuk karakter, agar lebih dekat kepada sang pencipta,” katanya.
Asupan makan sahur dimanfaatkan seluruhnya untuk menjalani tugas harian dan berlatih. Saat ini, Zella sedang fokus menyiapkan diri untuk turun di cabang menembak pistol Pekan Olahraga TNI AL (Poral) yang akan digelar bulan Juli mendatang. Meski belum mau membuka akan turun di nomor apa, namun Zella terlihat serius menghadapi Poral, sehingga dia mengurangi kegiatan terjun yang merupakan kegemarannya juga.
Kesempatan berpesiar atau keluar kesatuan saat bebas tugas dimanfaatkan Zella untuk memanjakan diri. Sebagai perempuan, naluriah jika Zella merawat diri ke salon kecantikan, meskipun porsi perawatan yang dijalani tidak seperti remaja kekinian lainnya. Selain itu, di luar tampilannya saat mengenakan seragam loreng kebanggaannya, Zella juga kerap meluangkan diri untuk sekedar mencari hiburan.
“Biasa aja, paling nonton ke bioskop terus pergi makan,” ungkap penggemar genre film fiksi ilmiah itu.
Bioskop merupakan pelepasan wajib Zella. Tidak menyukai genre drama dan film Korea serta sejenisnya, dia hanya dapat menikmati film-film tentang petualangan luar angkasa, konspirasi, adventure dan cerita detektif di bioskop. Saat menjalani kewajiban berpuasa, Zella mengalihkan hobi menonton dan makan ke malam hari.
Jika harus menyebut makanan favorit, Zella akan menempatkan nasi goreng pada daftar teratas, dengan catatan khusus, nasi goreng dimasak oleh ibundanya.
Memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Zella menitipkan pesan kepada sebayanya untuk memanfaatkan betul waktu mudanya dengan hal positif. Menurut dia, Indonesia memiliki putra-putri berprestasi yang jumlahnya cukup melimpah. Sayangnya, tidak banyak eksposur yang diberikan kepada mereka, sehingga media massa terkesan berisi berita kesuraman saja.
Hal positif dan menginspirasi menurut dia selalu dibutuhkan oleh generasi muda. Di tengah situasi politik yang riuh rendah dengan berbagai kabar pro dan kontra, dia mengaku kadang merasa jenuh. Baginya, lebih bermanfaat jika media massa memberikan porsi lebih kepada berita-berita positif, terutama yang menyangkut generasi muda Indonesia.
Rasa optimistis adalah komoditas wajib yang harus ditularkan kepada sesama anak muda. Setidaknya selalu pandai dan jeli mengamati hal baik di tengah gempuran kabar tak sedap yang menghiasi kolom-kolom media.
“Ke depan, aku berharap banyak media yang memuat prestasi dan kisah yang dapat memotivasi anak muda lain,” tuturnya.
Apapun kegiatannya, asal positif dan dapat berguna bagi masa depan, menurut Zella layak untuk dicoba dan ditekuni. Asal istiqamah dan setia pada proses, prestasi membanggakan bukan hal yang sulit dicapai. Muaranya, akan menjadi manfaat bagi diri, keluarga lingkungan dan negara.
Joko Sulistyo