pelantar.id – Aplikasi TraceTogether dibuat Pemerintah Singapura untuk membantu pelacakan kontak di tengah wabah COVID-19 pada warganya.
Aplikasi ini muncul sejak bulan Maret lalu. TraceTogether bekerja dengan menggunakan sinyal Bluetooth antar ponsel untuk pelacakan jarak dekat.
Sayangnya, kegunaan aplikasi ini hanya diunduh 17 persen saja dari total populasi di Singapura. Sementara penggunaan aplikasi ini belum diwajibkan.
Dikutip dari onlinecitizenasia, Ketua Komite Parlemen Pemerintah untuk Kesehatan Singapura, Chia Shi-Lu, menyatakan bahwa aplikasi tersebut harus diwajibkan agar memudahkan upaya pelacakan kontak antar warga di sana. Akan tetapi hasil unduhan aplikasi itu “mengecewakan”.
“Pelacakan kontak adalah salah satu pilar terpenting untuk mengelola wabah apa pun, dan memanfaatkan teknologi dapat membuat segalanya lebih mudah. Tetapi pengunduhan sejauh ini mengecewakan. “
Menurut The New Paper, rendahnya tingkat pengunduhan dapat dikaitkan dengan masalah privasi karena aplikasi mengumpulkan nomor ponsel dan menyimpannya secara terpusat untuk pelacakan kontak.
Seorang warga Singapura, Jon Fong, mengatakan ragu untuk mengunduh aplikasi tersebut karena dia tidak ingin lokasinya dilacak.
Sementara, di situs web TraceTogether mengklarifikasi bahwa aplikasi tidak mengumpulkan data dari lokasi GPS pengguna serta WiFi atau jaringan seluler mereka.
“TraceTogether menggunakan Bluetooth untuk memperkirakan jarak Anda ke ponsel lain yang menjalankan aplikasi yang sama. Kami tidak mengumpulkan data tentang lokasi GPS Anda. Kami juga tidak mengumpulkan data tentang WiFi atau jaringan seluler Anda. ”
Situs web tersebut juga menyatakan bahwa data ponsel di dekat pengguna tidak akan mengungkapkan identitas pribadi. Sebaliknya, ID Sementara hanya dapat didekripsi oleh Departemen Kesehatan.
onlinecitizenasia