pelantar.id – Hari Jumat (7/12/18) lalu, Asia Nikkei Review melaporkan Pegatron akan memindahkan perakitan produk iPhone dari Taiwan ke Kota Batam, Kepulauan Riau. Disebutkan, nantinya di Batam mereka akan menyewa pabrik, dengan kebutuhan tenaga kerja sekitar 8.000 hingga 10.000 orang.
Informasi ini menyebar cepat. Sejumlah media Tanah Air terutama di Batam mengutip kabar tersebut dengan gembira. Ini adalah kabar menyenangkan menjelang berakhirnya tahun 2018.
Mengapa Pegatron tiba-tiba memindahkan pabrik perakitan iPhone ke Batam? Informasinya, sebelum memilih Batam, mereka bahkan sempat mempertimbangkan wilayah Vietnam Utara. Nikkei menyebutkan, Pegatron menilai kawasan Vietnam Utara cukup bagus lantaran terus berkembang. Dan di sana terdapat pabrik perakitan smartphone dari Samsung yang berjalan lancar.
Alasa perusahaan dan pemasok komponen terbesar bagi iPhone itu merelokasi pabriknya keluar Taiwan/China adalah, untuk menghindari biaya selangit dari Amerika Serikat (AS) bagi kegiatan ekspor dari China. Hal itu tak lepas dari perang dagang antara negeri Paman Sam tersebut dengan negara Tirai Bambu tersebut.
Meski ketegangan antara AS dan China saat ini mulai reda usai Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping bertemua di acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 pekan lalu, tapi keinginan Pegatron untuk merelokasi pabriknya ke Batam tetap lanjut.
“Pertemuan itu (Trump dan Xi Jinping) tidak berpengaruh. Pegatron tetap akan keluar, tak bisa ditunda lagi. Mungkin akhir bulan ini sudah siap (keluar)” kata sumber Nikkei.
Namun, selain Perang Dagang AS dan China, Pegatron juga dihadapkan dengan persoalan tenaga kerja. Menurut laporan Nikkei, setiap tahunnya, antara September dan November, Pegatron membutuhkan tenaga kerja hingga 200 ribu. Itu adalah musim puncak produksi mereka. Sementara, upah pekerja juga terus meningkat.
Sulitnya mencari tenaga kerja sebanyak itu ditambah upah yang tinggi, membuat Pegatron memutuskan mencari wilayah produksi baru. Apalagi, persaingan antarprodusen elektronik di bidang ketenagakerjaan semakin tinggi. Dan Indonesia dipandang dapat memberikan solusi atas tingginya kebutuhan pekerja tersebut.
Adapun kelebihan Batam di mata Pegatron dibanding daerah lain di Indonesia tak lain karena kota ini sangat dekat dengan Singapura. Juga ketersediaan tenaga kerja yang dianggap sesuai dengan kebutuhan Pegatron.
Nikkei menyebutkan, Pegatron tidak akan membangun pabrik baru di Batam. Mereka akan menyewa gedung atau pabrik dan bekerja sama dengan perusahaan lokal. Pertimbangannya, hal itu dapat membuat produksi lebih cepat.
“Itu akan memungkinkan perusahaan memindahkan peralatan dari China, dan melakukan produksi lebih cepat,” kata sumber Nikkei.
Apa yang akan diproduksi di Batam?
Sama seperti di Taiwan, Pegatron juga akan memproduksi produk-produk non-iPhone di Batam. Agendanya, pabrik perakitan itu sudah bisa beroperasi pada pertengahan tahun 2019.
Menurut laporan Nikkei, produk yang akan diproduksi di Batam adalah Set-top Box dan perangkat pintar lainnya. Disebutkan, produk ini sudah menyumbang pendapatan hingga USD 1 miliar atau ekira Rp14,5 triliun setiap tahunnya.
Informasi Pegatron bakal masuk ke Batam pun disambut antusias oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam, selaku lembaga yang mengurusi investasi di Batam. Kabar ini dianggap menjadi bukti bahwa Batam masih menarik di mata investor.
“Secara resmi, memang belum ada masuk ke kami (BP Batam). Tapi jika bisa direalisasikan segera, ini sangat baik untuk Batam,” kata Mohamad Taofan, Kepala Sub Direktorat Humas BP Batam.
Baca Juga :
Batam Masih Menarik di Mata Investor China
Menurut Taofan, Batam memiliki semua yang dibutuhkan investor. Soal lahan untuk pabrik banyak tersedia, begitu pula tenaga kerjanya. Soal perizinan usaha, pemerintah sudah berkomitmen memberi kemudahan.
Batam juga memiliki infrastruktur yang sangat memadai untuk mendukung industri. Keamanan pun terjamin. Dari sisi strategis, Batam berbatasan langsung dengan negara Singapura dan Malaysia. Jaraknya Batam ke dua negara itu sangat dekat, tak lebih dari 20 kilometer.
Batam berada di jalur lalu lintas laut terpada di dunia yakni Selat Malaka. Setiap tahun, ada sekitar 5.000 sampai 6.000 pelayaran yang melintas di Selat Malaka.
“Jadi, sudah benar kalau pabrik perakit smartphone beroperasi di Batam, akan lebih efektif,” ujarnya.
Yuri B Trisna