pelantar.id – Orang dengan gejala tidak tampak terpapar coronavirus dapat membuat banyak orang rentan untuk terserang. Pembawa tanpa gejala atau disebut juga silent carrier memiliki kemampuan menyebarkan virus. Mereka biasanya juga didiagnosis positif Sars-Cov-2.
Dilansir dari liputan6.com, sebuah studi oleh para ilmuwan dari University of Texas di Austin, Texas, memperkirakan bahwa orang yang belum menunjukkan gejala, berisiko menularkan sekitar 10% dari 450 kasus yang mereka pelajari di 93 kota Cina. Lalu bagaimana mengenalinya? Berikut kami rangkum dari situs liputan6.com
1. Asimptomatik (tanpa gejala)
Sebenarnya ini yang banyak dikhawatirkan para tenaga medis. Kecurigaan asimptomatik pada pasien Covid-19 sebenarnya telah ada sejak virus ini menyebar di Wuhan, China. Namun, pasien tanpa gejala pertama diduga dari Taiwan.
Hal ini dikonfirmasi Badan Pengawas Epidemi Taiwan yang melaporkan kasus Novel Coronavirus ke-18, sekaligus yang pertama tanpa muncul gejala pada 9 Februari silam.
2. Sampel darah
Beberapa pasien tanpa gejala memiliki viral load (kisaran jumlah partikel virus dan jumlah RNA HIV per 1 ml (1 cc) sampel darah) yang serupa dengan pasien yang memiliki gejala.
3. Kebanyakan carrier berusia muda
Benjamin Cowling, seorang profesor epidemiologi dan biostatistik di University of Hong Kong, mengatakan ada bukti yang jelas bahwa orang yang terinfeksi dapat menularkan infeksi sebelum gejala muncul. “Ada banyak laporan penularan sekitar 1-2 hari sebelum timbulnya gejala,” katanya.
Sementara Hiroshi Nishiura, seorang ahli epidemiologi di Universitas Hokkaido, dalam International Journal of Infectious Diseases mengatakan, rasio asimptomatik bisa lebih tinggi di antara anak-anak daripada orang dewasa yang lebih tua.
4. Antibodi lemah
Secara ilmiah, seseorang yang immunocompetence berarti memiliki sistem kekebalan tubuh yang berfungsi dengan baik, sehingga tubuh mampu meningkatkan respons kekebalan yang tepat.
Namun, seseorang bisa juga menjadi immunocompromised (kebalikan immunocompetence, yaitu sistem kekebalan tubuh melemah, tidak berfungsi sebagaimana mestinya).
Dalam kasus virus Corona saat ini, peneliti dari University of Melbourne di Peter Doherty Institute for Infection and Immunity di Australia telah memaparkan bagaimana sistem imun manusia meningkatkan respons terhadap Covid-19. Dan ada kemungkinan orang yang sistem imunnya bagus hanya mengalami gejala ringan hingga sedang dan sembuh lebih cepat daripada umumnya.
Prof. Katherine Kedzierska, rekan peneliti mengatakan, meskipun Covid-19 disebabkan oleh virus baru, namun pada orang orang yang sehat dengan sistem imun yang kuat, virus tidak akan bertahan.
5. Kehilangan indera penciuman
Selain demam, batuk kering dan sesak napas. Sekelompok dokter menemukan sejumlah pasien terinfeksi Covid-19 ini kehilangan indra penciuman dan rasa. Menurut dokter, kondisi ini disebut juga anosmia, hilangnya indera penciuman, dan ageusia (hilangnya indera perasa) muncul sebagai tanda khas Covid-19, dan kemungkinan penanda infeksi.
American Academy of Otolaryngology, Minggu (22 Maret) juga mengunggah informasi yang menunjukkan kalau indera penciuman yang hilang atau berkurang adalah gejala signifikan yang terkait dengan Covid-19, dan mereka telah terlihat pada pasien yang akhirnya dites positif, tanpa gejala lainnya.
liputan6.com