pelantar.id – Google terus memperbaharui fiturnya, seiring maraknya pemberitaan tentang pembobolan data dan privasi pengguna. Yang terbaru, pengguna kini bisa lebih gampang jika ingin menghapus riwayat pencarian pada Google Search.

Seperti diketahui, Google menyimpan semua data yang pengguna cari, termasuk kata kunci, website, pencarian video, dll, dalam servernya. Ketika pengguna penghapus riwayat pencarian pada web browser, history di server Google tidak akan terhapus.

Baca Juga : 

Sekarang, seluruh aktivitas pencarian pada server tersebut dapat dihapus dengan adanya pembaruan ini. Cara menghapusnya pun cukup gampang. Sebelumnya, pengguna diharuskan login dengan akun Google pribadi di web Google Search.

Dengan mengunjungi web Google Search, seperti gambar pada mobile web, penguna dapat mengklik ikon tiga strip pada pojok kiri atas lalu pilih Your data in Search. Setelah itu, pengguna akan melihat pilihan penghapusan di paling atas halaman.

Ada pilihan Delete last hour, yang berarti menghapus pencarian selama satu jam ke belakang. Ada pula opsi Delete all Searches untuk melenyapkan semua pencarian yang pernah pengguna lakukan di Google Search.

Raksasa Mountain View itu meluncurkan pembaruan penghapusan riwayat pencarian untuk aplikasi browser desktop dan mobile (Android dan iOS).

Sementara untuk aplikasi Google Search (bukan aplikasi browser), dikutip dari blog resmi Google, Kamis (25/10), di iOS dan Android akan secara perlahan dibagikan dalam beberapa minggu mendatang.

Ada pula pembaruan untuk pengaturan iklan dalam pencarian. Ini untuk memudahkan pengguna menyesuaikan iklan yang ada pada Google Search ketika mencari sesuatu, agar relevan dengan iklan yang dilihat.

Iklan tersebut dapat dipersonalisasi di bagian bawah halaman pengaturan Your data in Search.

Sang robot pencari yang didirikan Larry Page juga menjanjikan perubahan yang sama, penghapusan pencarian lokasi atau apa pun dalam Google Maps, tahun depan.

Baca Juga : 

Seperti diketahui, kontrol privasi baru ini muncul ketika maraknya skandal privasi menyerang beberapa raksasa teknologi seperti Facebook, yang data 50 juta penggunanya dibobol dan sedang diuji oleh sistem GDPR baru di Eropa.

Apple juga terserang masalah privasi pada pembobolan data Apple ID pengguna yang ujungnya menguras dana pengguna.

Sumber : Kompas