Pelantar.id – Sandy dan Mela merupakan satu keluarga kecil yang tinggal di salah satu kavling sempit di daerah Batuaji, Batam. Sehari-hari, Sandy bekerja sebagai sekuriti galangan kapal di daerah Kabil, Batam. Sementara istrinya sebagai ibu rumah tangga saja.
Mereka punya sepasang anak. Yang pertama laki-laki, saat ini sudah bersekolah TK dan yang kedua, perempuan, masih balita.
Saat bercakap-cakap dengan keluarga ini tentang anak-anaknya, mereka bercita-cita ingin memberikan pendidikan terbaik kelak.
“Nanti Habibi habis TK masuk SD-IT,” ujar Sandy saat bercakap di depan rumah mereka. “Ah SD-IT, sekolahnya mahal,” balas istrinya.
“Ga masalah, nanti pasti punya rezeki, yang penting sekolahnya harus bagus, SD-IT kan bagus,” kata Sandy mencoba meyakinkan istrinya.
Sandy dan istrinya mungkin bisa dijadikan contoh sebagai orangtua yang masih berusaha memberikan pendidikan terbaik untuk kebahagiaan anak mereka kelak meskipun mereka berkekurangan.
Mereka masih punya kesadaran, di mana masa depan anak-anak adalah penting, mereka harus lebih baik dari kehidupan orangtuanya; menjadi lebih bahagia.
Mendapatkan/memberikan pendidikan adalah hak bagi anak dan ketentuan itu sudah tertuang dalam Keputusan Presiden no. 36/1990 tanggal 28 Agustus 1990.
Dalam kepres ini memuat beberapa point tentang hak anak yang harus diketahui orangtua di antaranya hak untuk mendapatkan nama atau identitas, hak untuk mendapatkan kewarganegaraan, hak memperoleh perlindungan, hak memperoleh makanan, hak atas kesehatan, hak berekreasi, hak mendapatkan pendidikan, hak bermain, hak berperan dalam pembangunan, dan hak mendapatkan kesamaan.
Tujuan mengupayakan hak-hak anak adalah langkah membahagiakan anak-anak. Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri, Eri Syahrial, bergembira atau mendapatkan kebahagiaan memang sudah menjadi kebutuhan dan hak anak.
Tapi, menurutnya ada indikator bahagia lainnya yang juga penting diupayakan seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk menjalani kehidupan, memastikan anak dapat tumbuh dengan baik dan anak dapat berkegiatan di berbagai lingkungan. Suasana bahagia berpengaruh pada tumbuh kembang fisik dan mentalnya.
“Setiap anak menginginkan kegembiraan. Kegembiraan secara psikologis berpengaruh pada suasana batinnya, rasa bahagia akan membantunya berkembang dengan baik,” kata Eri, Kamis, 31 Oktober 2019.
Namun, yang terpenting menurut Eri, faktor kebahagiaan utama yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang kedua orangtuanya, kepedulian dan perlindungn karena masih banyak temui orangtua yang acuh atau kurang mengawasi anak.
Sikap ini berdampak hingga orangtua tidak mengetahui petaka yang dihadapi anak di lingkungan. Misalnya sebagai contoh kasus, terjadinya kekerasan seksual atau pencabulan terhadap anak dengan berbagai macam pelaku; pelaku datang dari keluarga dekat maupun dari luar lingkungannya.
Dalam pengawasan kasus anak yang dilakukan KPAD Kepri di Batam, kasus kekerasan anak banyak ditemui di Kota Batam. Data dari KPAD menyimpulkan, pada semester pertama 2019, kasus kekerasan pada anak mencapai 39 kasus di antaranya dominan adalah kekerasan seksual pada anak.
“Ya paling banyak pencabulan, mungkin banyak kasus karena ada yang mendiamkan saja dan tak mau melapor ke polisi,” kata Eri.
Kasus ini menyimpulkan bahwa para orangtua kurang mengawasi lingkungan anak-anak mereka dan kurang menjalin komunikasi dengan anak.
Sudah bahagiakah Anak-anak di Batam?
Banyak faktor yang menyebabkan kurang terpenuhinya kebahagiaan anak. Faktor utama memang berasal dari orangtua sendiri.
Banyak anak yang menjadi korban ketidakbahagiaan orangtuanya sendiri, misalnya karena perceraian. Mereka bisa diterlantarkan sehingga menjadi tertekan dan bingung.
Anak-anak korban perceraian rentan dan secara fisik sangat lemah saat menerima tekanan dari luar sehingga lebih gampang di bully. Di era digital ini, anak-anak tidak hanya di bully di lingkungannya sendiri tetapi juga datang dari media sosial.
“Kasus lainnya di Batam adalah perebutan hak asuh anak penyebab perceraian juga bertampak pada ketidakbahagiaan pada anak karena anak harus memilih. Kemudian kasus bully, namun untuk kasus bully jarang orangtua yang melaporkan,” tambah Eri.
Ketidakbahagiaan anak-anak juga bisa dialami oleh anak-anak yang putus sekolah, anak-anak yang mengalami masalah ekonomi hingga anak-anak yang kurang mendapatkan ruang bermain dan bersosialisasi.
Menurut Eri, anak-anak Batam secara umum sudah cukup bahagia meskipun masih perlu observasi atau pengawasan lebih lanjut di lingkungan karena masih ditemui kasus kekerasan terhadap anak. Namun, Batam menurutnya telah berupaya menjadi kota yang ramah anak dengan mempertimbangkan ruang bermain anak dan pengawasan terhadap anak.
“Masih perlu pembenahan, kita harus tetap mengupayakan perlindungan terhadap anak, dan yang terpenting juga adalah masyarakat harus ikut diberdayakan untuk mewujudkan kota ramah anak,” kata dia.
Menjadi Orangtua Ber-skill Parenting
Anak-anak yang mendapatkan kebahagiaan dan bergembira akan bersemangat dalam hidupnya dan berpengaruh pada masa depannya.
Tidak mudah menjadi orangtua. Untuk mewujudkan kebahagiaan anak, orangtua perlu paham pola asuh anak. Yang paling utama memang memberikan kasih sayang dan tetap melakukan pengawasan.
“Penuhi dulu kebutuhan dasar anak, berikan mereka kasih sayang, orangtua perlu dibekali dengan parenting skill agar tahu bahwa bahagia adalah hak dan kebutuhan anak,” ujar Eri.
(Mer)