pelantar.id – Alam Bintan memang indah. Daerah ini didominasi dengan wisata alam berupa wisata pantai dan wisata mangrove. Satu wisata mangrove yang direkomendasikan adalah Pengudang Mangrove.

Objek wisata ini berada di Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Wisata bakau ini dikelola oleh masyarakat setempat.

Keberadaan wisata mangrove perlu didukung dan dikampanyekan karena pelestarian lingkungan, menjaga pohon mangrove, ekosistem dan habitatnya dari kerusakan.

Tempat ini sudah dipromosikan melalui media sosial, sehingga tak hanya menjaring wisatawan lokal saja tetapi juga wisatawan mancanegara.

Pangundang Mangrove menawarkan pengalaman yang menarik.Wisatawan bisa mengikuti paket tur menjelajahi sungai mangrove Pengudang sejauh lebih kurang 4 kilometer.

Sepanjang perjalanan, wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan pohon mangrove. Mulai dari spesies rhizophora, bruguiera, hingga xylocarpus. Tumbuh pula beragam jenis pandan dan palm di sana.

Aktivitas nelayan penangkap ketam juga menjadi daya tarik tersendiri. Nelayan setempat biasa menangkap ketam dengan bubu. Jika beruntung, wisatawan pun bisa menyaksikan kawanan monyet yang bergelantungan di pohon. Ada pula berang-berang, biawak, dan beberapa jenis burung.

Melengkapi perjalanan tersebut, wisatawan bisa melihat keberadaan Batu Junjung. Dinamakan demikian, karena batu ini seolah-olah dijunjung oleh bebatuan lain. Namun, turis mancanegara asal Singapura lebih suka menyebutnya Philips Rock’s.

Di Pengudang Mangrove tidak hanya bisa berwisata di darat. Bagi yang suka menyelam, ada beberapa tempat yang biasa dipakai untuk aktivitas snorkeling. Wisatawan bisa bermain dengan ikan-ikan kecil dan menjelajah padang lamun.

Sesekali juga muncul penyu dan ikan duyung di antara padang lamun tersebut. Sebab, kawasan laut Pengudang adalah daerah konservasi padang lamun, penyu hingga kuda laut. Termasuk ikan duyung atau dugong.

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), duyung merupakan hewan rentan punah. Duyung juga termasuk satwa yang dilindungi pemerintah, berdasarkan PP No.7/ 1999. Kehidupan duyung bergantung pada keberadan padang lamun. Lamun bukan hanya sebagai rumah, tetapi juga makanan bagi satwa tersebut.

Duyung resmi menjadi ikon Bintan pada tahun 2010. Sejak itu, dibangun gapura, patung dan landmark duyung. Masyarakat juga mulai memproduksi cendera mata dan batik duyung.

sumber: liputan6.com

foto: ilustrasi