Pelantar.id -Semula Isna hanya fokus membuat rajutan dari benang. Ia belajar merajut dari tahun 2013.
Isna belajar dari saudaranya, dan sejak tahun itu pula Ia sudah aktif menjual kerajinan rajut di Batam. Ibu dua anak asal Cilacap ini kemudian masuk kedalam komunitas kerajinan.
Pada tahun 2017, Isna beralih menggunakan bahan lain untuk rajutan, yakni eceng gondok. Keahlian merajut Isna tetap terpakai.
Isna membuat produk kreatif seperti tas, karpet, sandal, vas bunga dan alas piring dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan orang. Isna yang saat ini tinggal di Tanjungpiayu, Batam mengatakan sangat mudah mendapatkan bahan rajutan (eceng gondok) tersebut. Menurutnya eceng gondok banyak tumbuh di sekitar Tanjungpiayu, Batam.
Turun mencari bahan
Eceng gondok, memang mudah ditemukan di kolam-kolam dan rawa semak belukar tapi menurut Isna, untuk mengambil tanaman ini penuh perjuangan.
“Saya ikut turun ke dalam kolam mengumpulkan eceng gondok, mau tak mau ya begitu, meskipun saya sering digigit lintah,” ujar Isna.
Isna menjelaskan mengolah eceng gondok terbilang memakan waktu ketimbang merajutnya. Karena setelah dikumpulkan eceng gondok perlu melewati proses penjemuran dan pengeringan.
Menurut Isna tidak ada bahan khusus untuk proses pengeringan tersebut. Hanya saja ketika produk sudah jadi, Isna menambahkan polesan anti bakteri dan vernis.
“Tujuannya agar awet dan tidak menimbulkan alergi,” kata dia.
Untuk sementara waktu, umumnya Isna lebih banyak mengerjakan rajutan eceng gondok sendiri di rumah. Terkadang ada yang membantu kalau pemesanan terlalu banyak.
Rumahnya saat ini diubah menjadi galeri eceng gondok. Tak jarang wisatawan datang langsung ke sana untuk sekadar melihat atau membeli.
“Wisatawan luar juga ke sini, seperti Singapura. Ada juga dari mereka yang membeli untuk dijual lagi di sana,” tambah Isna.
Mudah berkreasi
Tak sulit bagi perempuan berkerudung ini menemukan ide-ide untuk membuat rajutan dalam berbagai bentuk. Dari galeri rumahnya, Isna memajang produk rajutan eceng gondok seperti tas, vas bunga, karpet, anting, sepatu dan sebagainya.
“Kadang melihat botol aqua, saya langsung kepikiran saja bikin vas bunga,” kata dia.
Isna menjual hasil rajutannya dengan harga yang relatif dengan tingkat pembuatan rajutan dan ukuran produk.
“Vas bunga kecil saya jual Rp10 ribu, tapi harga jual lebih tinggi di atas Rp1 juta juga ada,” papar dia.
Sejauh ini Isna memasarkan produknya dalam pameran-pameran produk di Batam. Ia juga juga bekerja sama dengan Dekranasda Batam.