Filipina adalah negara di Asia Tenggara yang mungkin saja menerapkan kebijakan paling tegas kepada pelanggar hukum, terutama bandar narkotika.
Sejak menduduki kursi utama di Istana Malacanang pada tahun 2016 silam, Rodrigo Duterte, pria berumur 72 tahun itu langsung menyita perhatian publik di region Asia karena bersuara keras kepada pemerintah Amerika Serikat.
Tak lama, setelah itu dia mengeluarkan kebijakan tembak mati bandar narkotika yang membuat ratusan, bahkan ribuan bandar mati di jalanan. Dia memberikan stimulus berupa sejumlah uang kepada petugas atau siapa saja yang dapat menembak mati bandar narkoba. Meskipun langkah itu banyak mendapat tentangan dari kalangan pegiat hak asasi manusia, namun terbukti ampuh menekan peredaran gelap narkotika di negeri itu.
Duterte kembali mengambil kebijakan keras, kali ini kepada para penyelundup. Dia memerintahkan pemusnahan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat yang tertangkap saat diselundupkan ke negara itu. Langkah Duterte itu adalah respons dan wujud komitmennya memerangi penyelundup dan perdagangan barang ilegal.
Mantan Wali Kota Davao itu dikabarkan oleh laman www.carmudi.com.ph memerintahkan aparat bea dan cukai (Bureau of Customs/BoC) menggilas ratusan kendaraan dengan alat berat pada awal bulan ini. Dari 116 unit kendaraan roda dua yang dihancurkan itu nyaris seluruhnya memiliki merek terkenal seperti Piaggio, Triumph, BMW hingga beberapa Harley Davidson seri Roadking. Selain itu, BoC juga menghancurkan sejumlah kendaraan roda empat merek Land Rover, Mitsubishi dan Volvo.
Hukuman mati kepada kendaraan yang kebanyakan dimasukkan secara tidak sah dalam kondisi bekas pakai itu dilakukan di Kantor Pusat BoC Manila, dan di sebuah dermaga Pelabuhan Cebu. Total barang yang dihancurkan menurut laporan laman tersebut senilai tidak kurang dari 34 juta Peso, atau setara Rp9 miliar lebih.
Eksekusi mati itu bukan pertama kali dilakukan oleh BoC. Beberapa bulan terakhir, Filipina menggalakan pemberantasan kendaraan ilegal dan memusnahkan berbagai merek mobil. Sebut saja BMW, McLaren, Mercedes-Benz, Ferrari, Lexus, dan Jaguar ada dalam daftar yang dieksekusi. Nilainya fantastis, mencapai Rp165 miliar.
Duterte adalah seorang penggemar otomotif. Kebijakan itu meskipun sedikit menyakitkan untuk dirinya tetap harus diambil demi memberantas mafia barang ilegal. Dia menyebut, saat alat berat menggilas barisan kendaraan mewah itu, dirinya merasa seperti terpukul.
“Waktu eskavator menggilas Harley Davidson, saya merasa seperti dipukul di leher. Sangat disayangkan,” katanya seperti dikutip laman carmudi Filipina.
Meskipun berat, Duterte mengajak para importir untuk taat agar investasinya tidak sia-sia. Dia meminta para pelaku bisnis membayar pajak untuk menghindari pemusnahan oleh negara.
Kepala BoC Isidro Lapeña menyatakan, para penyelundup sebelumnya telah diimbau untuk membayar pajak. Namun karena imbauan dari petugas tidak diindahkan, negara mengambil tindakan penegakan hukum. Pemusnahan itu dilakukan untuk menghentikan aktivitas penyelundup yang sudah cukup lama disebut merugikan Filipina.
“Perintah presiden sangat jelas. Untuk mengirimkan pesan kepada penyelundup agar menghentikan operasi. Mereka telah lama merugikan negara, dan itu harus diakhiri,” kata Lapena kepada wartawan usai pemusnahan.
Lapena menyebut, Duterte memberikan perintah langsung agar tidak barang yang ditegah oleh BoC sepanjang tahun 2017 lalu itu tidak dilelang. Menurut dia, proses lelang biasanya akan melibatkan kaki tangan penyelundup, dan kendaraan mewah itu akan kembali ke tangan mereka melalui lelang tersebut.
Dilaporkan oleh laman GMA News Online, Filipina mengakui berbagai akar masalah yang dihadapi oleh negara itu bermula pada budaya koruptif yang kronis. Lapena menyatakan, pihaknya menyadari banyak pegawai nakal di lingkungannya yang bermain mata dengan para penyelundup untuk memperoleh keuntungan pribadi.
“Kita tidak tutup mata, sudah ada penyelidikan internal, dan pelaku sudah teridentifikasi. Tunggu saja, cepat atau lambat akan kita gulung mereka,” kata Lapena.
Sejak diadakan penyelidikan internal oleh komisi khusus, pemerintah telah mengambil tindakan kepada pegawai nakal atas rekomendasi dari komisi tersebut. Hasil penyelidikan itu menyebabkan setidaknya 641 pejabat menerima sanksi pemecatan dan kehilangan posisi.
Bukan hanya kendaraan, BoC juga menyita berbagai produk mesin pertanian dan sejumlah jenis barang lain. Nasibnya sama, tidak akan ada lelang untuk barang-barang tangkapan itu.
Joko Sulistyo
Dari berbagai sumber