Pelantar.id – Mungkin terlalu sore untuk memutuskan ke Jembatan Penyebarangan Orang (JPO) di Tiban, Batam saat itu.
Karena sebentar lagi azan magrib akan berkumandang. Tapi terlanjur sampai di lokasi, sayang pula untuk beranjak pulang.
Langkah kaki menaiki tangga, memasuki jembatan. Ada sekumpulan anak muda tampak duduk-duduk melantai di badan jalan.
Melihat kedatangan pengunjung, satu di antara mereka berdiri dan reflek menyalami. “Halo, silakan..,” begitu kata seorang laki-laki bertopi sambil menunjukan pajangan lukisan-lukisan di dinding jembatan itu, Kamis (13/12/2018).
Di JPO ini memang sedang ada pameran. ‘Mereka’ menyebutnya sebagai Public Space Visual Art Exhibition (PSVAE). Seperti yang dijelaskan laki-laki bertopi itu yang ternyata bernama Agus Ariya Santa.
Dia bilang dia berasal dari Rumah Pohon Institut (RPI) Batam. Sang penyelenggara pameran lukisan PSVAE.
PSVAE adalah rintisan dari pameran Batam Tanpa Tema tahun sebelumnya. Tahun ini terselenggara untuk ketiga kalinya.
Ada puluhan lukisan dengan model surealis yang terpajang di dinding kawat jembatan. Lukisan-lukisan itu adalah karya anak-anak RPI.
Umumnya lukisan yang terpajang memang bergaya surealis. Tema yang diangkat tahun ini adalah Permainan Tradisional.
“Ini karya dari teman-teman RPI semua tentang permainan tradisional, mereka menggunakan konsep yang sebenarnya sudah keluar dari kerangka keindahan,” kata laki-laki yang disapa Santa itu.
Ketika memperhatikan lukisan-lukisan tersebut tak semuanya bisa dipahami karena sebagai lukisan surealis biasanya lebih bermain di simbol-simbol. Sehingga kita perlu berpikir sejenak untuk mengerti maksudnya.
Dipilihnya tema Permainan Tradisional ini menurut Santa punya beberapa tujuan. Yang utama sebagai bentuk kekuatiran mulai hilangnya tradisi memainkan Permainan Tradisional di kehidupan sehari.
“Saya rasa mulai hilang, sekarang permainan tradisional lebih banyak ditampilkan di dalam event-event budaya, dan tujuan kami melalui pemeran ini untuk mengembalikan hakekat dari nilai-nilai permainan tradisional tersebut,” kata dia.
Dari 30 lukisan bertema Permainan Tradisional ini kita akan dibawa nostalgia khususnya kaum milenial ke bawah pada permainan tradisional yang mungkin pernah dicoba. Seperti permainan engrang, kelereng, gasing, gobak sodor, permainan karet dan masih banyak lagi.
Meneruskan Permainan Tradisional pada Generasi
Generasi Z ke atas yang sudah disibukkan dengan gadget dikuatirkan tidak familiar lagi dengan Permainan Tradisional. Tapi Santa berharap masih bisa meneruskan Permainan Tradisional ke generasi sekarang.
“Peran pemerintah juga diharapkan misalnya memasukkan Permainan Tradisional ke dalam kukurikulum sekolah atau mengikutsertakan dalam event olah raga,” ujarnya.
RPI sendiri berupaya mempertahan tradisi dan budaya di Indonesia khususnya Kepri. Perhatian mereka tak hanya tertuju pada tema yang mereka angkat kali ini.
Mereka juga menaruh perhatian pada lingkungan dan pengembangan keindahan tata kota.
“Contohnya untuk penggunaan fasum yang tidak terawat, kami lakukan pengerjaan mural di fasum,” kata Santa melanjutkan.
Santa melalui RPI juga ingin memajukan seni rupa yang sekaligus berperan dalam pembangunan keindahan tata kota.
“Saya ingin pemerintah juga merangkul para seniman untuk membangun kota Batam, apalagi sekarang Batam prioritasnya pariwisata,” kata dia.
Menurutnya harus ada kerja sama semua pihak dan dukungan dari pemerintah untuk mengangkat seni rupa Batam.
Untuk pameran Permainan Tradisional menurutnya tetap mendapatkan dukungan pemerintah.
“Ada, dukungan moral,” ujar dia.
Public Space Visual Art Exhibition (PSVAE) ini akan berlangsung seminggu. Lokasinya berada di JPO Tiban, Batam.
===========
eliza gusmeri