“Pagi ke pagi kuterjebak di dalam ambisi/ Seperti orang-orang berdasi yang gila materi/ Rasa bosan membukakan jalan mencari peran/ Keluarlah dari zona nyaman…”
Pelantar.id -Lirik lagu dari grup musik indie kenamaan itu barangkali yang menggerakan orang-orang bermigrasi ke Batam.
Sebagai salah satu kota industri di Indonesia, Batam disinyalir menjadi daerah yang tepat untuk bermigrasi atau tempat untuk sekadar adu nasib.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau (Kepri) mencatat, pada 2010 lalu sedikitnya terdapat 180.319 orang baru yang datang ke Batam.
Angka yang diperbarui setiap sepuluh tahun sekali itu pun terus bertambah seiring terus bertumbuhnya perekonomian di Batam.
Namun, pindah dan bekerja di kota baru bukanlah hal yang mudah. Paling tidak perlu adaptasi untuk memahami beberapa hal yang ada di tempat baru.
Nah, bagi kamu yang baru kali pertama menginjakkan kaki di Batam, berikut panduan sederhana untuk beradaptasi di sini.
1. Persiapkan Colokan Stopkontak Kaki Tiga
Meski Indonesia secara umum menggunakan jenis soket listrik dengan dua kaki, namun hal itu tak berlaku di Batam. Colokan stopkontak di sini umumnya menggukanan soket listrik dengan tiga kaki.
Hal itu diperkirakan lantaran Batam berdekatan dengan Singapura yang menggunakan soket listrik tiga kaki. Bagi kamu yang datang ke Batam, tentu perlu menyiapkan extension colokan listrik tambahan.
2. Kobokan di Rumah Makan bukan Air Minum
Persoalan ini sebenarnya sepele, tapi perlu diketahui. Kalau kamu makan di Rumah Makan Padang atau ayam penyet di pinggir jalan, jangan heran kalau melihat teko atau ceret kecil di atas meja.
Keberadaan ceret itu pun biasanya sejajar dengan tisu dan wadah sendok dan garpu.
Fungsinya ya sudah tentu buat cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Nah kalau kamu gak mau sakit perut karena mengira ceret itu adalah air minum, perlu banget mengetahui hal ini.
3. Teh Obeng adalah Es Teh Manis
Jangan heran kalau mendengar orang Batam memesan es teh manis dengan sebutan teh obeng. Karena memang begitulah orang Batam menyebutnya. Meski tak ada sumber literatur yang menyebutkan, namun teh obeng diyakini awalnya dipakai warga etnis Tionghoa di Singapura dan Malaysia untuk menyebut es teh manis.
Penyebutan itu juga bermula dari penamaan teh o yang berarti minuman tanpa susu, sama halnya seperti kopi o yang berati hanya diberi tambahan gula saja.
Sementara Beng berarti dingin dalam bahasa Mandarin. Voila ~ maka jadilah teh obeng.
(Ftr)