Pelantar.id – Belum selesai dengan duka gempa Lombok yang terjadi pada Ahad 5 Agustus 2018, Indonesia kembali didera duka dengan musibah gempa dan tsunami di Palu yang menelan banyak korban.

Bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala seharusnya menjadi pelajaran untuk masyarakat tentang pentingnya siaga bencana. Presiden Jokowi sendiri sudah meminta seluruh jajaran terkait bersiaga menjaga kemungkinan terjadi usai gempa bumi tersebut.

Tsunami adalah bencana perpindahan tubuh laut akibat adanya perubahan impulsif dasar laut secara vertikal. Perubahan tersebut dipicu oleh gempa bumi, longsor (land slide), maupun letusan gunung yang berada di dalam laut.

Dalam menghadapi situasi bencana, masyarakat Indonesia perlu diberikan pengetahuan tentang siaga bencana dan menghadapi bencana. Hal itu karena masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak paham menghadapi situasi bencana. Biasanya mereka tidak mengerti apa yang harus dilakukan.

Apalagi Indonesia sangat rawan bencana alam. Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara tiga lempeng besar (Eurasia, Indoaustralia, dan Pasifik). Indonesia juga masuk dalam zona ring of fire sehingga kemungkinan bencana bisa saja terjadi.

foto: detik.com

Saat masyarakat panik melanda prioritas menyelamatkan diri segera mungkin terlupakan. Dengan memberikan pengetahuan siaga bencana, kemungkinan untuk menyelamatkan diri dapat dilakukan.

Kita bisa belajar dari negara dengan tingkat kewaspadaan bencana (emergency preparedness) cukup tinggi, misalnya Jepang dan Filipina. Di Jepang, pendidikan kebencanaan sudah diterapkan sejak di bangku sekolah dan masuk kedalam kurikulum nasional. Begitu pula dengan di Filipina.

Berikut ini dikutip American Red Cross pada Minggu (30/9/2018), beberapa hal yang harus Anda lakukan untuk bisa bertahan hidup selama bencana tsunami.

1. Jatuhkan, lindungi, dan berpegangan untuk melindungi diri Anda dari gempa bumi.

2. Ketika getaran berhenti, kumpulkan anggota keluarga dan tinjau rencana evakuasi Anda. Tsunami mungkin datang dalam beberapa menit.

3. Gunakan radio cuaca atau ikuti frekuensi darurat pantai, maupun radio lokal dan stasiun televisi untuk informasi darurat terbaru.

4. Ikuti instruksi yang dikeluarkan oleh otoritas setempat. Rute evakuasi yang disarankan mungkin berbeda dari jalur yang Anda rencanakan, atau Anda disarankan untuk menuju tempat yang lebih tinggi.

5. Jika Anda mendengar peringatan tsunami yang resmi atau mendeteksi tanda-tanda tsunami, segeralah lakukan evakuasi. Peringatan tsunami dikeluarkan ketika pihak berwenang yakin bahwa ancaman tsunami ada dan mungkin hanya ada sedikit waktu untuk keluar.

6. Bawa perlengkapan kesiapsiagaan darurat. Memiliki benda ini akan membuat Anda lebih nyaman selama evakuasi.

7. Jika Anda mengungsi, bawalah hewan-hewan peliharaan. Jika keadaan tidak aman bagi Anda, itu juga tidak aman buat mereka.

8. Pergilah ke dataran yang lebih tinggi sejauh mungkin. Menyaksikan tsunami dari pantai atau tebing bisa membahayakan. Jika Anda bisa melihat gelombangnya dengan jelas dari kejauhan, ini berarti Anda bisa melarikan diri.

9. Hindari kabel listrik yang rusak dan jauhkan diri dari bangunan atau jembatan. Hindari juga tempat benda berat yang jatuh saat terjadi gempa susulan.

10. Menjauhlah sampai petugas setempat memberitahu bahwa kondisi sudah aman. Tsunami adalah serangkaian gelombang yang bisa berlanjut selama berjam-jam. Jangan berasumsi setelah satu gelombang, bahayanya sudah berakhir. Gelombang berikutnya mungkin lebih besar dari yang pertama.

editor: eliza gusmeri

dari berbagai sumber