pelantar.id – Pesta demokrasi selayaknya diwarnai dengan suasana gegap gempita. Hampir setiap waktu, masyarakat akan dijejali dengan hiruk pikuk kampanye dan janji-janji yang ditebar peserta pemilihan umum maupun elemen pendukungnya. Namun tidak di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Kota berpenduduk sekitar 260.519 jiwa itu akan menggelar pemilihan wali kota dan wakil wali kota (pilwako) pada 27 Juni nanti. Namun hingga pekan pertama April, tidak ada hal-hal menonjol yang mencerminkan bahwa kota yang menyandang status ibu kota Provinsi Kepri itu tengah menggelar hajatan besar, mencari pemimpin untuk lima tahun ke depan.
Ada dua pasangan calon yang akan bertarung. Syahrul-Rahma sebagai pasangan calon dengan nomor urut 1 dan Lis Darmansyah-Maya Suryanti pasangan nomor urut 2. Lis dan Syahrul, yang menang saat berduet pada Pilwako Tanjungpinang 2013, memutuskan untuk saling adu kuat.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tanjungpinang sudah menetapkan masa kampanye sejak 15 Februari 2018. Kedua pasangan calon diberi waktu selama 128 hari untuk berkampanye atau sampai 23 Juni untuk menyampaikan visi dan misi mereka ke masyarakat. Telah lewat sebulan, nyaris tak ada kabar tentang kegiatan kedua pasangan. Pilwako Tanjungpinang pun terasa kurang greget.
Pola kampanye terbatas dari pintu ke pintu ditengarai menjadi salah satu penyebab. Tak ada pengerahan massa pada kampanye kali ini. Kampanya akbar hanya akan dilaksanakan sekali bagi masing-masing pasangan. Hingga kini, KPU belum menetapkan jadwal dan lokasi kampanye akbar tersebut.
Senyapnya pesta demokrasi di Tanjungpinang juga tampak dari minimnya liputan media massa terhadap kegiatan kampanye dari masing-masing calon. Bukan tanpa alasan para jurnalis seperti tak bergairah menulis aktivitas kedua pasangan calon. Minimnya komunikasi dari peserta pilwako dengan kalangan pewarta memperburuk kondisi ini. Aksi turun ke masyarakat kedua pasangan juga sering tak sesuai dengan jadwal yang mereka laporkan ke penyelenggara pemilu. Lis dan Syahrul seakan bertarung dalam sunyi.
Sementara untuk media dalam jaringan (daring), KPU membatasi setiap tim sukses pasangan calon hanya boleh memiliki lima akun di media sosial (medos). Ketua KPU Pemilihan Umum (KPU) Kota Tanjungpinang Robby Patria mengatakan, akun-akun tersebut sudah didaftar ke KPU Kota Tanjungpinang.
“Masing-masing pasangan calon sudah mendaftarkan lima akun resmi mereka di medsos ke KPU. Akun-akun itu ada di Facebook, Instagram dan WhatsApp,” kata Robby Patria di acara diskusi bareng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Tanjungpinang, Rabu (28/2).
KPU dan Panwaslu bukannya tak menyadari sunyinya Pilwako Tanjungpinang ini. Dua lembaga itu rajin menggelorakan pesta demokrasi di kota yang terkenal dengan Pulau Penyengat-nya itu. Kegiatan-kegiatan sosialisasi terus digelar, terutama ke pemilik hak suara. Forum-forum diskusi juga dilaksanakan guna menghidupkan suasana pilwako. Namun, tetap saja gema Pilwako Tanjungpinang nyaris tak terdengar. Berita-berita yang muncul di media, lebih didominasi kegiatan KPU dan Panwaslu Tanjungpinang.
Jangankan menyedot perhatian masyarakat di seluruh daerah Kepri, apalagi nasional. Di lingkungan masyarakat Tanjungpinang pun, hajatan lima tahunan ini seolah kehilangan hingar-bingarnya. Padahal, Tanjungpinang adalah satu-satunya daerah di Kepri yang menggelar pemilihan kepala daerah.
Gebyar Pilwako Tanjungpinang yang melempem, dikhawatirkan berdampak pada rendahnya partisipasi pemilih pada hari pencoblosan. Ancaman lainnya, terjadi politik uang dan kampanye hitam yang masif.
Lis maupun Syahrul, bisa jadi senang dengan kondisi ini. Keduanya memang sudah sangat dikenal masyarakat Tanjungpinang. Selain sebagai petahana, Lis maupun Syahrul merupakan dua tokoh publik yang memiliki elektabilitas paling tinggi saat ini.
Begitu pula dengan pasangan masing-masing. Maya Suryanti, pasangan Lis adalah putri Suryatati A Manan, mantan wali kota sebelum Lis Darmansyah. Sehari-hari, ia dikenal pula sebagai dokter yang mempunyai hubungan dekat dengan masyarakat. Adapun Rahma. tercatat sebagai anggota DPRD Tanjungpinang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai dimana Lis menjabat sebagai sekretaris dalam struktur kepengurusan tingkat Provinsi Kepri. Kemungkinan, calon-calon pemimpin itu merasa nyaman dengan metode kampanye senyap.
Anggota DPRD Kepri daerah pemilihan (dapil) Tannjungpinang Rudi Chua juga merasakan kurang semaraknya pesta demokrasi di kota ini. Tapi ia memandangnya lebih positif.
“Memang benar terasa sunyi, tapi ini bagus karena daerah tetap kondusif,” katanya.
Menurutnya, berkurangnya hiruk pikuk di Pilwako Tanjungpinang juga menandakan masyarakat sudah dewasa dalam berpolitik.
Rudi berpendapat, tidak adanya kampanye terbuka dengan pengerahan massa berarti meminimalisir gesekan antarpendukung pasangan calon. Kampanye terbatas dari pintu ke pintu, menurutnya cukup efektif bagi kandidat untuk menyampaikan program-program unggulan mereka.
Partai Pengusung
Lis Darmansyah-Maya Suryanti (Lis-Maya)diusung oleh PDIP, Partai Hanura, Partai Demokrat, PAN, PPP, PKPI dengan total 20 kursi atau sekitar 67 persen dari 30 kursi DPRD Tanjungpinang. Adapun pasangan Syahrul-Rahma (Sabar) diusung Partai Golkar, Partai Gerindra, PKS dengan total 10 kursi atau sekitar 33 persen dari 30 kursi DPRD Tanjungpinang.
Di DPRD Kota Tanjungpinang, saat ini PDIP memiliki 7 kursi, Golkar 4 kursi, Hanura 4 kursi, PKS 3 kursi dan Gerindra 3 kursi. Kemudian, Partai Demokrat memiliki 3 kursi, PAN 2 kursi, PPP 2 kursi dan PKPI 2 kursi. ***
Editor: Yuri B Trisna