oleh: Fathurrohim

Pelantar.id – Usianya sudah mencapai setengah abad lebih delapan tahun. Namun, kecintaannya terhadap vespa tak luntur dimakan usia.

Berangkat dari Medan, Sumatera Utara, Suryanto atau biasa dipanggil Wak Rene menempuh jarak sepanjang 651 kilometer menuju Pekanbaru, Riau.

Hal itu semua ia lakukan bukan tanpa alasan. Hasrat dan kecintaannya akan vespa seakan memberinya kekuatan lebih untuk sekadar bersua, berbagi cerita, dan bersilahturahmi dengan seluruh scooter (sebutan pecinta vespa) se-Sumatera.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 WIB pada Minggu (15/9). Stadion Utama Riau, Pekanbaru, sudah dibanjiri ribuan jenis dan model vespa yang memadati tiap sudut lokasi berlangsungnya Kumpul Bareng Scooter se-Sumatera (KBSS) yang kini berusia 27 tahun.

Deru knalpot vespa terdengar saling bersautan dari tiap sudut stadion. Lalu lalang scooter dengan vespanya pun menjadi pemandangan yang menarik.

Wak Rene saat itu baru keluar dari tendanya. Maklum, bagi scooter dari luar daerah lokasi acara berlangsung, mendirikan tenda atau tidur di emperan memang sudah jadi kebiasaan. Terlebih jarak tempuh yang memakan waktu berjam-jam hingga berhari-hari.

Tapi Wak Rene memilih membangun tenda. Usia menjadi alasan utama mengapa ia tak memilih tidur di emperan.

“Sudah gak kuat kalau tidur beralas bumi, beratap langit,” katanya.

Wak Rene datang dengan Vespa P150 Strada keluaran 1984 yang sudah ia modifikasi dengan gaya retro. Vespa miliknya ia lengkapi dengan bak samping tertutup.

Pada bagian stang, tangki, dan rangka pun ia ubah sehingga vespanya tampak seperti motor tiga penumpang yang umum digunakan pada masa Perang Dunia II.

“Bagian samping itu saya buat menggunakan bak mandi. Semuanya saya kerjakan sendiri selama dua bulan dan menghabiskan biaya hingga Rp20 juta,” ujarnya.

Wak Rene berkisah, kecintaannya pada vespa bermula saat dirinya masih hobi mengendarai sepeda gunung di usia 20’an. Suku cadang sepeda gunung yang amat merogoh kocek, membuat Wak Rene galau untuk melanjutkan hobinya tersebut.

“Suatu ketika, saya melihat anak-anak vespa kok tiap ketemu saling sapa, dan hal itu saya lihat di banyak tempat. Selama saya naik sepeda, belum ada kejadian kayak gitu” kata dia.

Berangkat dari fenomena itu, Wak Rene pun kian mantap beralih hobi menjadi pecinta vespa. Bagi Wak Rene, vespa tak sekadar kendaraan bermesin di bagian kanan saja. Ia lebih dari itu.

Vespa adalah sebenar-benarnya praktik nilai komunal. Karena tak peduli siapa dan berasal komunitas vespa mana, para scooter akan selalu terikat dan saling bahu membahu antar satu sama lain.

“Bagi saya, vespa nomor satu, keluarga nomor dua, pekerjaan nomor tiga,” ujar bapak dua anak ini sambil terkekeh.

 

Scooter di kalangan wanita berhijab

Di lain sudut, terlihat sekumpulan scooter yang amat beda dan menarik perhatian. Kumpulan itu seluruhnya beranggotakan perempuan dan berhijab.

Mereka menamakan diri sebagai Hijab Scooterist. Sebuah komunitas scooter yang diketuai oleh Novita Febriany dan berbasis di Solok, Sumatera Barat (Sumbar).

Dibentuk pada 14 Maret lalu, komunitas itu ingin membentuk sebuah wadah khusus bagi perempuan yang menyukai vespa tapi malu jika harus bergabung ke dalam komunitas yang didominasi laki-laki.

“Kami yakin, ada banyak perempuan yang suka atau penasaran dengan vespa. Tapi keinginan itu tak tersalurkan karena memang kebanyakan komunitas vespa diisi oleh laki-laki,” katanya.

Novita bercerita, kesukaannya pada vespa menular dari hobi sang suami. Berangkat dari hal itu, ia menyadari memang sudah seharusnya ada wadah bagi scooter perempuan tanpa harus bergantung pada laki-laki pasangan.

Hijab Scooterist sendiri kini sudah beranggotakan 14 orang. Selain di Solok, Sumbar, wadah bagi scooter perempuan ini juga sekarang ada di Pekanbaru, juga Jakarta. Tak jauh berbeda dengan komunitas scooter lainnya, Hijab Scooterist pun rutin menggelar pertemuan atau sesekali mengikuti turing ke beberapa kota.

Menurutnya, menjadi perempuan apalagi berhijab tak lantas menjadi halangan untuk menyalurkan hobi. Ia bahkan berkelakar, “Hijab is my style, but Vespa is my life”.

“Tapi meski mengusung kata hijab, persyaratan bergabung tak musti mengenakan aksesori muslimah kok. Sejauh dia perempuan dan suka sama vespa, boleh banget gabung di Hijab Scooterist,” ucapnya.

Berbagai kegiatan Novita dan kawan-kawan pun dapat dilihat melalui akan instagramnya di @hijabscooterist.