Pelantar.id – Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ditopang 60 persen dari kontribusi pertumbuhan ekonomi Batam. Sehingga naik turun perekonomian Batam berpengaruh langsung pada pertumbuhan ekonomi Kepri.

Pertumbuhan ekonomi Batam tak selamanya signifikan. Berdasarkan data Bank Indonesia, tahun 2017 pertumbuhan perekonomian Batam mengalami perlambatan. Otomatis berimbas pada laju pertumbuhan perekonomian Kepri.

Ada beberapa sektor yang mendukung utama ekonomi Batam, di antaranya sisi sektoral yakni sektor industri pengolahan dengan kontribusi terhadap total ekonomi Batam sebesar 55,00 persen. Sektor ini masih menjadi penyumbang terbesar.

Sektor kedua dengan kontribusi terbesar adalah sektor konstruksi dengan konstribusi sebesar 19,16 persen dan diikuti sektor jasa keuangan dengan kontribusi sebesar 3,59 persen.

Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid mengatakan perlambatan ekonomi Batam sebenarnya sudah terjadi sejak tahun tahun 2012. Dan tetap melambat signifikan hingga tahun 2017.

“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, tapi syukurnya angka ekonomi Batam pertumbuhannya masih di atas ekonomi nasional,” kata dia beberapa waktu lalu.

Rafki menilai faktor yang mempengaruhi perlambatan tersebut di antaranya terjadinya persaingan atau penawaran upah murah di luar Batam termasuk datang dari Indonesia sendiri seperti di pulau Jawa.

“Investor jadi berpikir membangun pabrik di luar Batam dengan upah yang lebih murah dari Batam, jadi saingan Batam semakin banyak,” ujar dia.

Faktor ke dua, Rafki menyebut kenaikan harga minyak dunia dapat berpengaruh karena bergantung pada operasi industri kapal di Batam.

Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid/foto: elizagusmeri/pelantar.id

“Kalau harga minyak naik, otomatis operasi berhenti dan menyebabkan permintaan turun,” kata dia.

Meskipun melambat, Rafki menilai industri utama Batam yakni pengolahan masih tergolong tinggi disusul industri kontruksi.

“Visi Batam berubah, semula Batam fokus pada industri pengolahan, tapi tanpa kita sadari industri kontruksi meningkat seperti bisa kita lihat maraknya pembangunan apartemen di Batam saat ini,” papar dia.

Pelemahan rupiah tidak terlalu berpengaru

Sementara terkait pelemahan rupiah dan masih berlangsungnya perang dagang China-AS menurut Rafki sedikit berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi Batam.

“Tidak bisa dihindari juga, tapi tidak berdampak besar justru menguntungkan investor karena transaksi di Indonesia untuk membayar upah menggunakan rupiah,” paparnya.

Ada beberapa solusi yang dicermati Rafki untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Batam. Misalnya memperhatikan industri pengolahan, hingga pembangunan pariwisata Batam.

“Pariwisata bisa menyumbang ekonomi Batam, ya meskipun masih kecil mempengaruhi, kita tahu dulu Batam tak hanya di setting untuk industri kapal tapi juga pariwisata,” kata Rafki menegaskan.

Selain itu, menurutnya pemerintah daerah dapat mendorong perusahaan lokal bermitra atau memberi akses dengan perusahaan asing untuk pemasokan bahan baku.

“Pada umumnya perusaahan asing di sini beli bahan baku impor, yang kita harapkan multiflyer efek perusahan penunjang yakni perusahan lokal didorong bermitra dengan mereka. Mislanya produksi microchip menggunakan tembaga lokal,” ujarnya.

===========
penulis: eliza gusmeri

foto: eliza gusmeri