Pelantar.id – Kepala Dinas Lingkungan Hidup Batam, Herman Rozie mengatakan saat ini produksi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Batam mencapai 900 ton per hari. Sebanyak 30 persen dari jumlah tersebut adalah sampah plastik.
Menurut hitungan konvensional, Herman memperkirakan jumlah sampah di Batam dapat bertambah seiring pertambahan penduduk sehingga perlu dilakukan sosialisasi dan solusi untuk pengurangan sampah, terlebih sampah plastik.
Dia menyebut, pemerintah kota (pemko) Batam sedang mempersiapkan peraturan wali kota terkait pembatasan penggunaan kantong plastik untuk mengurangi sampah plastik.
“Belum disetujui, belum ditandatangi wali kota, kalau sudah sah mau tak mau harus mengikuti aturan,” kata dia saat ditemui dalam Workshop Pemanfaatan Sampah di Universitas International Batam (UIB), Kamis, 28 Maret 2019.
Herman mengatakan untuk mengurangi sampah plastik, misalnya penggunaan kantong belanja berbahan plastik dapat diganti dengan kantong belanja permanen atau keranjang.
Lanjut dia, mengurangi sampah plastik harus dilakukan dari rumah. Dia mengaku telah melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait program menjaga kebersihan lingkungan hingga sosialisasi bank sampah.
“Di Batam sudah ada 250 bank sampah di bawah binaan Dinas Lingkungan Hidup Batam, dan hingga saat ini tetap berjalan,” kata Herman.
Menurut Herman keberadaan bank sampah tidak hanya membantu mengurangi produksi sampah, sekaligus membantu masyarakat dari segi ekonomi.
“Istilahnya menabung sampah yang bernilai ekonomis, nanti setelah dikumpulkan dapat diuangkan,” kata dia.
Langkah lainnya yang dilakukuan pemko Batam untuk mengurangi sampah plastik adalah menyetop pemberian izin perusahaan pengimpor sampah plastik yang diolah menjadi bahan baku kembali.
“Ada lebih 30 perusahaan yang sudah kita tolak untuk impor plastik setelah Juli tahun lalu, kalau masih ada berarti palsu,” ujar Herman.
Mengurangi sampah plastik melalui ecobrick
Sampah yang makin menumpuk juga dapat dikurangi dengan cara ecobrick.
Ecobrick adalah botol plastik yang dikemas dengan plastik dengan kepadatan tertentu untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali.
Ecobricks digunakan untuk membuat furnitur modular, ruang taman, dan bangunan skala penuh seperti sekolah dan rumah.
Bagus, pemuda Tanjungpiayu telah menggunakan metode tersebut untuk mengurangi sampah plastik di Batam.
“Saya baru memulai, kebetulan saya bergabung di World Clean up Day di Batam dan kemudian mensosialisasikan langkah ini ke kampus dan lingkungan anak-anak muda,” ujar dia.
Menurut Bagus, produk ecobrick dapat dimanfaatkan sebagai tempat duduk dan meja.
“Cukup kuat, karena kita isi dengan material sampah plastik yang sudah dipotong-potong ke dalam botol,” ujar dia.
eliza gusmeri