pelantar.id – Program Batam Kota Gas, yang pernah dicanangkan pemerintah pusat beberapa tahun lalu, dilanjutkan lagi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pemerintah bersama Perusahaan Gas Negara (PGN Persero) akan terus membangun jaringan di Batam.

“Sebenarnya tidak mandeg, tetap terus. Tapi bertahap karena APBN terbatas,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto saat meninjau perumahaan yang dialiri jaringan gas bumi PGN di Batam, Senin (30/4). Djoko hadir di Batam bersama rombongan Komisi VII DPR RII yang melaksanakan kunjungan kerja ke Provinsi Kepulauan Riau (kepri.

Pada 2016 lalu, pemerintah sudah membangun sekitar 4.000 jaringan gas rumah tangga di Batam. Secara nasional, tahun ini pemerintah membangun 87 ribu sambungan gas bumi ke rumah tangga di seluruh wilayah Indonesia.

“Pemerintah setiap tahun menganggarkan, tapi APBN terbatas. Karena itu kita kerja sama dengan PG,” katanya.

Baca juga : Jadi Kota Gas, Batam Surga Bagi Investor

Untuk Batam, ia mengatakan, bila warga ingin rumahnya disambung jaringan gas, maka bisa meminta untuk disambungkan melalui PGN. Bila permintaahn sudah mencapai ratusan hingga ribuan, baru dapat direalisasikan.

“Tergantung permohonan masyarakat, selama ada penambahan permohonan. Tapi dikumpulin dulu biar murah. Biar bisa sekaligus, biar enggak mahal,” kata dia.

Jaringan akan terus ditambah jika masyarakat meminta sambungan jaringan gas ke rumahnya. Permintaan sambungan jaringan dapat melalui PGN.

“Penambahan (jaringan) tergantung permintaan dari masyarakat. Tapi akan dikumpulin dulu (permohonan sambungan) sampai ratusan hingga ribuan, baru direalisasikan. Biar sekaligus, biar murah,” katanya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Herman Khaeron mengatakan, penyambungan jaringan gas dilakukan secara bertahap di seluruh Indonesia. Penyambungan, tidak bisa dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak karena keterbatasan anggaran.

Pemerintah hingga kini masih menyubsidi biaya koneksi sekitar Rp10 juta per rumah. Sampai sekarang belum ada swasta yang tertarik membangun jaringan gas bumi ke rumah warga.

“Butuh investasi besar sedangkan harga rendah, mungkin ini yang membuat swasta belum berminat,” ujar Herman.

Menurut dia, penyambungan jaringan gas ke rumah tangga adalah program kerakyatan pemerintah yang memberi kemudahan bagi masyarakat, kenyamanan dan lebih ekonomis.

“Program ini memang harus dikembangkan, jika memungkinkan, akan menjangkau seluruh wilayah Indonesia,” katanya.

Saat ini, jaringan gas bumi ke rumah tangga baru terpasang di beberapa daerah di antaranya, sekitar 4.000-an di Kota Batam dan 20 ribu-an sambungan di Cirebon. Herman mengatakan, di luar negeri, rumah tangga sudah tidak menggunakan tabung (gas) dengan pertimbangan keamanan dan kenyamanan.

“Jaringan gas ke masyarakat ini baik untuk mengurangi antrean pembelian gas tabung. Warga juga tak perlu cemas bakal kehabisan gas sewaktu-waktu. Apalagi ini lebih hemat, harganya hampir separuh dari gas dalam tabung (elpiji),” katanya.

Hemat dan Aman
Penggunaan gas yang lebih hemat dirasakan Eka, warga kecamatan Batuaji, Kota Batam. Ia mengaku sudah setahun beralih dari gas elpiji ke jaringan gas rumah tangga.

Menurut dia, saat menggunakan elpiji, dalam sebulan bisa menghabiskan tiga tabung gas dengan harga per tabung Rp18 ribu. Ketika beralih ke jaringan gas, penggunaannya rata-rata sebulan menjadi Rp38 ribu.

“Rata-rata dalam sebulan bisa hemat sekitar Rp16 ribu. Selain itu, kami di rumah juga merasa lebih aman dan nyaman,” katanya.

Penulis: Dwita Sari
Editor: Yuri B Trisna