pelantar.id – Rumah ikan atau rumpon yang tersebar di tengah laut bakal ditertibkan oleh pemerintah. Tujuannya, agar ikan-ikan bisa menepi ke kawasan pantai.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, pemasangan rumpon di tengah laut mengakibatkan ikan enggan menepi ke kawasan pantai. Kondisi ini berdampak pada nelayan kecil yang tidak mampu menjangkau lokasi ikan berkumpul di tengah laut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rumpon adalah tempat tinggal atau tempat berkumpul (berbiak) ikan yang sengaja dibuat orang untuk memudahkan penangkapan.

“Tidak perlu rumpon-rumpon besar dipasang, jadi yang gede-gede utamanya dari orang Jakarta, orang mana, akan saya sapu itu karena tidak berizin dan tidak boleh,” ujar Susi saat bertemu para nelayan di Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Jawa Timur, Senin (4/2/19). 

Menurut Susi, rumpon-rumpon tersebut juga mengancam ekosistem ikan. Pasalnya, ikan menjadi tertipu dengan rekayasa tempat berlindung tersebut, sehingga tidak mau bertelur di kawasan pantai dan sekitarnya. 

“Fish Aggregation Devices itu berbahaya untuk ekologi ikan, ikannya keliling pusing, karena disangkanya itu rumahnya. Jadi dia tidak kembali ke pinggir pantai untuk bertelur untuk beranak pinak,” kata dia.

Menurut Susi, kondisi teluk Prigi di Trenggalek merupakan pelabuhan alam terbaik, karena cukup dalam dan memiliki ombak yang tidak besar. Kondisi tersebut sangat dimungkinkan menjadi lokasi ikan-ikan untuk bertelur. 

“Ini adalah pelabuhan alam yang terbaik, karena dalam ombaknya juga tidak banyak, itu berarti di sini juga jdi tempat beranak-pinaknya tuna. di Gorontalo di pinggir (pantai) seperti ini ada yang dapat 37 kg – 45 kg tuna/ekor, karena mereka tidak pakai rumpon lagi,” jelasnya. 

Susi Pudjiastuti

Susi menyayangkan banyaknya rumpon-rumpon yang dipasang di tengah laut, sehingga kondisi ikan di sekitar teluk menjadi sedikit. Selain itu pihaknya juga mengkritik kebiasaan nelayan yang menggunakan lampu secara berlebihan serta jaring cantrang, karena hal itu akan menghabisi ikan-ikan yang masih kecil. 

“Ini PR kita bersama, semua main rumpon, nelayan menengah main rumpon, nelayan besar apalagi. Ini kesalahan fatal dalam menjaga ekosistem ikan (agar) terus ada dan banyak,” katanya. 

“Cantrang, jaring dulu 2 inchi, sekarang 1,25 inchi, kenapa gak pakai kelambu nyamuk saja, semua kena. Kita semua yang bermasalah,” sambung Susi. 

Supani, seorang nelayan setempat mengaku cukup terganggu dengan keberadaan rumpon. Menurut dia, perahu kecil milik nelayan tidak mungkin untuk menjangkau kawasan rumpon layaknya perahu-perahu besar. 

“Dulu ikan tuna, cakalang dan lainnya itu sampai ke tepi sini, tapi sekarang tidak ada lagi,” kata Supani.

*****

Sumber: Detik.com